Analisis statistik ANAVA dua Jalur

6475 dari 0,005 0,05 sehingga hipotesis H ditolak dan H a diterima sehingga selanjutnya dapat disimpulkan bahwa perbedaan kemampuan penalaran matematika siswa yang diajarkan dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah lebih baik daripada siswa yang diajar dengan pembelajaran secara konvensional.

3. Analisis statistik ANAVA dua Jalur

Tabel 3.1 Uji ANAVA Kemampuan Penalaran Matematika Siswa Dependent Variable:PenalaranMatematika Source Type III Sum of Squares Df Mean Square F Sig. Corrected Model 1.048 a 5 .210 11.707 .000 Intercept 15.169 1 15.169 847.092 .000 Kelas .072 1 .072 4.044 .048 KAM .736 2 .368 20.561 .000 Kelas KAM .044 2 .022 1.228 .299 Error 1.218 68 .018 Total 26.709 74 Corrected Total 2.266 73 a. R Squared = ,463 Adjusted R Squared = ,423 b. Computed using alpha = ,05 Berdasarkan hasil uji ANAVA pada Tabel 3.1 maka perbedaan kemampuan penalaran matematika siswa dengan F hitung adalah 4,044 dengan signifikansi α = 0,048. Karena taraf nilai signifikan kemampuan penalaran matematika lebih kecil dari α = 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan penalaran matematika siswa yang diajarkan dengan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah PBM dan Pembelajaran Konvensional. Sedangkan untuk interaksi dari Tabel 3.1 terlihat bahwa untuk faktor pembelajaran dan KAM, diperoleh nilai F untuk interaksi pembelajaran dan kemampuan awal matematika siswa sebesar 1,228 dan nilai signifikansi sebesar 0,299. Karena nilai signifikansi lebih besar dari nilai taraf signikan 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tolak Ha dan terima H , yang berarti tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan KAM terhadap kemampuan penalaran matematika siswa dapat diterima. Hal ini juga dapat diartikan, tidak terdapat pengaruh secara bersama yang diberikan oleh pendekatan pembelajaran dan KAM terhadap kemampuan penalaran matematika siswa. Lebih jelasnya, tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dan kemampuan awal matematika siswa terhadap kemampuan penalaran matematika siswa, disajikan pada disajikan pada Gambar 5.1 berikut : 6476 Gambar 3.1 Interaksi Antara Pendekatan Pembelajaran dan Kemampuan Pembahasan Pembahasan hasil penelitian berikut ini adalah berdasarkan analisis data dan temuan-temuan di lapangan. Berdasarkan hasil analisis terhadap hasil belajar sebelum eksperimen dilakukan, ternyata tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelas yang akan dijadikan sampel penelitian. Dengan demikian pengambilan sampel secara acak dapat dilakukan. Sedangkan analisis terhadap faktor yang terkait dalam penelitian ini, yaitu faktor pembelajaran, kemampuan penalaran matematika, interaksi antara pembelajaran yang digunakan, interaksi antara pembelajaran yang digunakan dengan kemampuan awal terhadap kemampuan penalaran matematika siswa. Selanjutnya untuk memberikan kontribusi kearah perbaikan jika menerapkan strategi atau pendekatan dalam pembelajaran matematika di sekolah, perlu dikemukakan hal-hal yang positif untuk menunjang keberhasilan dan mengatasi hambatan-hambatan yang ditemukan pada saat penelitian tentang pembelajaran yang menerapkan pendekatan PBM. Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah menimbulkan interaksi antara siswa dengan siswa, guru dengan siswa yang merupakan hal terpenting dalam pengukuran kemampuan penalaran matematika siswa. Bantuan guru peneliti kepada siswa dalam bentuk scaffolding di awal pembelajaran termasuk sering dilakukan guna memfasilitasi mereka dalam menyelesaikan masalah. Selain itu mampu membuat siswa lebih aktif terlibat dalam menyelesaikan masalah bila langkah atau petunjuk yang tersedia pada lembar kerja tersebut relatif rinci atau tugasnya mudah. Mempresentasikan hasil kerja kelompoknya, masing antar kelompok timbul suatu persaingan , mereka seakan akan ditantang oleh kelompok lain dan saling berlomba bila mereka disuruh menjelaskan hasil pekerjaannya di depan kelas. Berdasarkan hasil analisis data terhadap rata-rata skor pretes yang dilakukan pada kelompok siswa yang memperoleh pembelajaran melalui Pendekatan PBM dengan rata-rata sebesar 4,95 dan pada kelompok siswa yang memperoleh pembelajaran hanya melalui pembelajaran Konvensional kelompok kontrol dengan rata-rata sebesar 3,41. Setelah adanya pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional untuk kelas kontrol, maka diperoleh skor postes untuk kemampuan penalaran matematika pada kedua kelas. Rerata skor postes kemampuan penalaran matematika siswa kelas eksperimen adalah 11,89 dan 6477 simpangan baku 2,09 demikian pula rerata skor kemampuan penalaran matematika siswa pada kelas kontrol adalah 9,78 dan simpangan baku 2,15. Kesimpulan Kemampuan penalaran matematika siswa yang diajar dengan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah lebih baik dibanding dengan kemampuan penalaran matematika siswa yang diajar secara konvensional. Indikator kemampuan penalaran matematika yang paling tinggi pada Pendekatan PBM pada indikator generalisasi menarik kesimpulan umum dari nilai-nilai perbandingan trigonometri dan nilai gain sebesar 0,70 sedangkan pada pembelajaran secara konvensional nilai gain sebesai 0,66. Daftar Pustaka Abdurrahman, M. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta Arends, R.I. 2008. Learning to Teach. Buku Dua. Edisi Ketujuh. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Hadi, S. 2005. Pendidikan Matematika Realistik dan Implementasinya. Banjarmasin: Tulip Hudojo, H. 1988. Mengajar Belajar Matematika, Jakarta, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. Ibrahim, M dan Nur, M, 2000. Pengajaran Berdasarkan Masalah, Surabaya: Unesa-University Pressh Napitupulu, E. 2008. Mengembangkan Kemampuan Menalar dan Memecahkan Masalah Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah PBM. Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA. Vol 1, No.1. Edisi Juni 2008. Hal: 24. Nurhadi, dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: IKIP Malang Russefendi, E.T. 1990. Pengajaran Matematika Modern dan Masa Kini. Bandung: Tarsito Soedjadi. 1991. Kiat Belajar Matematika di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sujono. 1988. Pengajaran Matematika untuk Sekolah Menengah.Jakarta: Depdikbud, Dikti P2LPTK. Wahyudin dan Sudrajat. 2003. Ensklopedi Matematika Realistik dan Peradaban Manusia. Jakarta: Tarity Samudra Berlian 6478 PENGARUH KONSETRASI VARIASI JUMLAH MALTODEKSTRIN DARI PATI PISANG KEPOK Musa paradisiacal L TERHADAP KARAKTERISTIK orally disintegrating tablet ODT Minda Sari Lubis 30 ABSTRAK Maltodekstrin merupakan salah satu turunan pati yang dihasilkan dari proses hidrolisis parsial oleh enzim α-amilase yang memiliki nilai Dextrose Equivalent DE kurang dari 20. Aplikasi maltodekstrin telah banyak pada industri makanan dan industri farmasi. Untuk meningkatkan penggunaan maltodekstrin, maka penelitian ini mencoba penggunaan maltodekstrin sebagai disintegrant pada sediaan Orally Disintegrating Tablet ODT. ODT atau tablet hancur di mulut merupakan salah satu sediaan obat yang paling berguna untuk pasien geriatrik dan pediatrik yang mengalami kesulitan dalam menelan tablet atau kapsul konvensional. Kriteria utama dari ODT adalah cepat larut atau cepat hancur di dalam rongga mulut dengan bantuan air liur dalam waktu 15 sampai 60 detik. Metoklopramida dipilih sebagai model obat untuk Orally Disintegrating Tablet di mana memberikan keuntungan pada pasien-pasien tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui maltodekstrin dapat diformulasikan menjadi sediaan ODT dan untuk mengetahui pengaruh variasi jumlah maltodekstrin terhadap karakteristik ODT. Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi pembuatan pati pisang kepok, pembuatan maltodekstrin dan memformulasikannya menjadi sediaan ODT. Evaluasi yang dilakukan pada penelitian ini meliputi uji praformulasi dan evaluasi sediaan ODT . Sediaan ODT yang diteliti mengandung Metoclorpramide Hydrochlorida sebagai bahan obat dan maltodekstrin sebagai desintegrant dengan konsentrasi 0, 10, 15 dan 100 ODT1 – ODT5. Hasil uji preformulasi dan evaluasi tablet terhadap berbagai formula sediaan ODT memenuhi syarat uji yang telah ditetapkan. ODT4 merupakan formula dengan menggunakan 15 maltodekstrin sebagai disintegrant dan manitol sebagai pengisi. 30 Dosen Yayasan UMN Al Washliyah Medan 6479 Kata kunci: Maltodekstrin, Pati Pisang, Orally Disintegrating Tablet

1. Pendahuluan