6382
Menimbang bahwa tentang adanya bantahan besarnya jumlah hutang tersebut Majelis Hakim berpendapat bahwa bantahan tersebut bukanlah merupakan suatu sengketa atau menunjukkan adanya sengketa
antara Pemohon Pailit dengan Termohon Pailit ; Menimbang bahwa dalam hukum kepailitan tidak ada ketentuan hukum yang mengharuskan hutang
Debitor haruslah sudah pasti jumlahnya karena masalah besarnya dan pastinya jumlah utang Debitor pailit akan ditentukan bersama-sama antara Debitor, Kreditor dan Kurator dalam rapat verifikasi setelah Debitor
dinyatakan pailit sebagaimana ditentukan dalam Pasal 115 ayat 1 UU No.37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Membayar Utang yaitu semua Kreditor wajib menyerahkan piutangnya masing-
masing kepada Kurator disertai perhitungan atau keterangan tertulis lainnya yang menunjukkan sifat dan jumlah piutang, disertai dengan surat bukti atau salinannya, dan suatu pernyataan ada atau tidaknya Kreditor
mempunyai suatu hak istimewa, hak gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan, hipotek, hak agunan atas kebendaan lainnya, atau hak untuk menahan benda ;
Menimbang bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas Majelis Hakim berpendapat bahwa permohonan pailit yang diajukan oleh Pemohon Pailit tidak terdapat sengketa dan oleh
karenanya Pengadilan Niaga Medan berwenang untuk memeriksa dan memutus permohonan pailit yang diajukan oleh Pemohon Pailit tersebut ;
Menimbang bahwa menurut ketentuan Pasal 2 ayat 1 UU no.37 Tahun 2004 dinyatakan syarat-syarat kepailitan adalah :
a. Debitor mempunyai dua atau lebih kreditor, b. Tidak membayar lunas sedikitnya satu utang,
c. Yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih. Menimbang bahwa menurut ketentuan Pasal 8 ayat 4 UU No.37 Tahun 2004 dinyatakan
permohonan pernyataan pailit harus dikabulkan apabila terdapat fakta atau keadaan yang terbukti secara sederhana bahwa persyaratan untuk dinyatakan pailit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 1 telah
terpenuhi.
C. Kesimpulan.
Pelaksanaan putusan Pengadilan Niaga memerlukan pelaksanaan peran dari Hakim Pengawas dan Kurator. Peran Hakim Pengawas dalam pelaksanaan Putusan Pailit Pengadilan Niaga sangat penting karena
Hakim Pengawas yang langsung mengawasi jalannya pelaksanaan putusan yang ditetapkan atau dijatuhkan oleh Hakim Ketua. Secara umum mengenai tugas dari hakim pengawas telah disebutkan dalam Pasal 65 UUK
PKPU, yaitu Hakim Pengawas mengawasi pengurusan dan pemberesan harta pailit, dan hakim pengawas diangkat oleh Majelis Hakim yang memeriksa atau memutus perkara, hal mana terhadap Hakim Pengawas ini
tentunya adalah hakim pada pengadilan niaga dimana perkara tersebut diputus.
D. Daftar Pustaka.
1. Buku.
6383
Ahmad Yani Gunawan, 2000, Seri Hukum Bisnis Kepailitan, Raja Grafindo Persada, Jakarta. C.S.T.Kansil Christine S.T.Kansil, 2008, Pokok-Pokok Pengetahuan Hukum Dagang Indonesia, Sinar
Grafika. Darminto Hartono, 2009, Economic Analisys of Law atas Keputusan PKPU Tetap, Jakarta, Lembaga Studi
Hukum dan Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Ediwarman, 2008, Monograf Metodologi Penelitian Hukum Panduan Penulisan Thesis dan Desertasi
Medan. Gunawan Widjaja, 2004, Tanggung Jawab Direksi atas Kepailitan Perseroan, PT.Raja Grafindo Persada,
Jakarta. Hadi Shubhan, 2008, Hukum Kepailitan Prinsip, Norma, dan Praktik di Peradilan, Kencana Prenada Media
Group, Jakarta. Haryanto Adikusumo,2003, Prinsip-Prinsip Restrukturisasi Utang, dalam Emmy Yuhassarie, edt.,Kredit
Sindikasi; Proceedings Rangkaian Lokakarya Terbatas Masalah-Masalah Kepailitan dan Wawasan Hukum Bisnis Lainnya, Jakarta; Pusat Pengkajian Hukum.
Hermansyah , 2008, Hukum Perbankan Nasional IndonesiaI, Kencana, Jakarta. Imran Nating, 2004, Peranan Dan Tanggung Jawab Kurator Dalam pengurusan Dan pemberesan Harta
Pailit, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta. Kartono, 1982. Kepailitan dan Pengunduran Pembayaran, Pradya Paramita, Jakarta.
Kartini Muljadi, 2001, Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Serta Dampak Hukumnya, Dalam : Penyelesaian Utang Piutang melalui Pailit Atau Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang,
Alumni Bandung. Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, 2003, Pedoman Menangani Perkara Kepailitan, Raja Grafindo
Persada, Jakarta. Munir Fuady, 2002, Doktrin-Doktrin Modern Dalam Corporate Law Dan Eksistensinya dalam Hukum
Indonesia, Citra Aditya Bhakti, Bandung. MB.Rahimsyah Satyo Adhie, 2006, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, APRINDO, Jakarta.
Peter Mahmud Marjuki,2005, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta. Rachmadi Usman, 2003, Pilihan Penyelesaian Sengketa Diluar Pengadilan, Citra Aditya Bakti, Bandung.
Rudhy A.Lontoh, 2001, Penyelesaian Utang-Piutang; Melalui Pailit atas Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Bandung; Penerbit Alumni.
Sunarmi, 2010, Hukum Kepailitan Edisi 2, PT.Sofmedia, Jakarta. Teguh Samudera, 2004, Hukum Pembuktian Dalam Acara Perdata, P.T.Alumni, Bandung.
2. Perundang-undangan.