6483
disintegrating Tablet juga disebut dengan Oro-disperse, mouth dissolving, rapidly disintegrating, fast melt, quick dissolve dan freeze dried wafers Kundu dan Sahoo, 2008. ODT telah mendapatkan perhatian sebagai
alternatif pilihan dari tablet konvensional dan kapsul, karena dapat memberikan kepatuhan pasien yang lebih baik. Teknologi ODT memenuhi beberapa kebutuhan pasien dalam kenyamanan penggunaan obat seperti pada
pasien geriatrik, pasien pediatrik dan pasien disfagia Jaysukh, et al., 2009. ODT diharapkan cepat terdisintegrasi di mulut ketika kontak dengan air ludah atau saliva dalam waktu
kurang dari 60 detik Kundu dan Sahoo, 2008. Zat aktif kemudian akan melarut atau terdispersi dengan adanya air ludah, lalu ditelan oleh pasien dan obat akan diabsorpsi seperti umumnya. Untuk proses ini, jumlah air ludah
yang sedikit telah mencukupi untuk memungkinkan terjadinya disintegrasi tablet. Oleh karena itu, tidak diperlukan air untuk menelan obat Koseki, et al., 2008. Hal inilah yang akan mempermudah dan
meningkatkan kepatuhan pasien anak-anak ataupun orang tua dalam penggunaan obat. Selain itu, sejumlah bagian obat juga mungkin diabsorpsi di daerah pra-gastrik seperti mulut, faring, dan esofagus ketika air ludah
turun ke lambung sehingga ketersediaan hayati obat akan meningkat dan pada akhirnya juga meningkatkan efektivitas terapi.
3 Metode Penelitian
3.1 Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi pembuatan pati pisang kepok, pembuatan maltodekstrin dan memformulasikannya menjadi sediaan ODT. Evaluasi yang dilakukan
pada penelitian ini meliputi uji praformulasi dan evaluasi sediaan ODT.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Semi Solid dan Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan, Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara Medan. Laboratorium Penelitian Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara Medan.
3.3. Alat - alat yang digunakan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat –alat gelas, neraca kasar Ohaus, neraca
listrik Mettler toledo, blender Miyako, termometer digital, freeze dryer Modulyo, Edward, serial no: 3985, hot plate dan magnetic stirrer Boeco-Germany, pH meter Hanna, oven Gallenkamp, ayakan
mesh no. 60, eksikator, himac compact centrifuges Hitachi RXII series, disintegration tester Erweka, friabilator Roche, stopwatch, kertas saring, kertas lakmus, penangas air, kain penyaring, mortir dan
stamper.
3.4 Bahan - bahan yang digunakan
6484
Bahan- bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisang kepok mentah, air suling, enzim α-
amilase LIPI Bogor, maltodekstrin komersil Qinhuangdao Lihua Starch Co., LTD, tablet metoklopramida Soho, bahan-bahan kimia yang berkualitas pro analisis E Merck, Jerman yaitu : natrium sulfit, etanol,
iodium, natrium hidroksida, asam klorida, kalium bromida anhidrat, kalium iodida, CuSO
4
.5H
2
O, kalium natrium tartrat tetrahidrat, glukosa anhidrat, metilen biru, magnesium stearat, talkum, manitol.
3.5 Pembuatan Pereaksi
Prosedur pembuatan pereaksi kecuali dinyatakan lain adalah berdasarkan Ditjen POM 1995.
3.5.1 Larutan Natrium Sulfit
Natrium sulfit sebanyak 1,22 gram dilarutkan dengan air suling lalu volumenya dicukupkan sampai 1000 ml.
3.5.3 Larutan Natrium Hidroksida 0,1 N
Natrium hidroksida pellet sebanyak 4 gram dilarutkan dalam air suling bebas CO
2
lalu volumenya dicukupkan sampai 1000 ml.
3.5.4 Larutan Asam Klorida 0,1 N
Larutan asam klorida pekat sebanyak 8,3 ml diencerkan dengan air suling sampai 1000 ml.
3.6 Pembuatan Pati Pisang