6400
Fenomena seperti ini merupakan permasalahan yang perlu segera ditemukan alternatif-alternatif pemecahannya. Salah satu upaya yang dapat dijadikan alternatif pemecahan masalah tersebut adalah dengan
menerapkan pembelajaran keterampilan berbicara dengan ”metode debat plus”. Penggunaan kata plus dimaksudkan untuk menyampaikan
pesan adanya “manipulasimodifikasi‟ terhadap sebuah metode pembelajaran keterampilan berbicara sehingga siswa diajak belajar sambil bermain dengan
permainan games serta kuis. Game dan kuis dicantumkan dalam metode ini mulai dari teknik pembagian kelompok, kegiatan dalam debat, ataupun di tengah-tengah kegiatan atau setelah kegiatan debat.
1.2. Tujuan Penulisan
Secara umum, penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas kegiatan “debat plus” dalam proses pembelajaran bahasa Inggris dalam meningkatkan kemampuan berbicara. Efektivitas dalam
penelitian ini berarti bagaimana debat dapat meningkatkan aspek-aspek kebahasaan dari kemampuan berbicara, baik aspek verbal maupun aspek nonverbal.
1.3. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Swasta Bintang Laut Teluk Dalam, Kabupaten Nias Selatan. Pendekatan adalah konsep dasar yang melingkupi metode dengan cakupan teoretis tertentu. Metode merupakan
jabaran dari pendekatan. Metode adalah prosedur pembelajaran yang difokuskan ke pencapaian tujuan. Satu metode dapat diaplikasikan melalui berbagai teknik pembelajaran. Teknik adalah cara kongkret yang dipakai
saat proses pembelajaran berlangsung, guru dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.
Debat merupakan kegiatan bertukar pikiran antara 2 dua orang atau lebih yang masing –masing
berusaha memengaruhi orang lain untuk menerima usul yang disampaikan Simon, 2005:3. Debat dapat diartikan pula sebagai silang pendapat tentang tema tertentu antara pihak pendukung dan pihak penyangkal
melalui dialog formal yang terorganisasi Depdiknas, 2001: 2. Sementara itu, ”plus” merupakan penyampaian pesan melalui “manipulasimodifikasi‟ terhadap metode debat sehingga siswa diajak belajar sambil bermain
dengan berbagai permainan games serta kuis. Game kuis disertakan dalam metode debat plus mulai dari teknis pembagian kelompok, kegiatan dalam debat, ataupun di tengah-tengah kegiatan atau setelah kegiatan
debat. Adapun untuk tema debat akan dipilihkan tema yang terkait dengan topik materi yang dipelajari pada saat itu, tema dari kejadianfenomena aktual yang menantang namun tidak asing.
2. Uraian Teoritis
Sejumlah pandangan para ahli yang digunakan sebagai landasan teori penelitian ini bersangkutan dengan: 1 berbicara dan keterampilan berbicara; 2 faktor-faktor penunjang keefektifan berbicara; 3
pelafalan; 4 tata bahasa; 5 kosa-kata; 6 penelitian tindakan kelas; 7 Pendekatan komunikatif communicative approach; 8 penilaian; 9 tes dan nontes; dan 10 metode debat plus.
2.1. Berbicara dan Keterampilan Berbicara
6401
Berbicara merupakan sebuah bentuk penyampaian informasi dengan menggunakan kata-kata atau kalimat. Dengan kata lain, berbicara berarti menggunakan bahasa untuk bermacam-macam tergantung dari para
penuturnya. Keterampilan berbicara adalah kemampuan mengungkapkan pendapat atau pikiran dan perasaan kepada seseorang atau kelompok secara lisan, baik secara berhadapan ataupun dengan jarak jauh. Harmer
1983 menyatakan bahwa berbicara merupakan alat komunikasi yang alami antara anggota masyarakat untuk mengungkapkan pikiran dan sebagai sebuah bentuk tingkah laku sosial.
Lebih jauh lagi Harmer 1983 menyatakan bahwa keterampilan berbicara adalah kemampuan menyusun kalimat-kalimat karena komunikasi terjadi melalui kalimat-kalimat untuk menampilkan perbedaan
tingkah laku yang bervariasi dari masyarakat yang berbeda. Keterampilan berbicara merupakan suatu keterampilan yang kompleks dan berkaitan dengan berbagai
keterampilan mikro Brown, 2001 seperti 1 menghasilkan ujaran-ujaran bahasa yang bervariasi; 2 menghasilkan fonem-fonem dan varian-varian alophon lisan yang berbeda dalam bahasa Inggris; 3
menghasilkan pola-pola tekanan, kata-kata yang mendapat dan tidak mendapat tekanan, struktur ritmis dan intonasi; 4 menghasilkan bentuk-bentuk kata dan frasa yang diperpendek; 5 menggunakan sejumlah kata
yang tepat untuk mencapai tujuan-tujuan pragmatis; 6 menghasilkan pemberbicaraan yang fasih dalam berbagai kecepatan yang berbeda; 7 mengamati bahasa lisan yang dihasilkan dan menggunakan berbagai
strategi yang bervariasi, yang meliputi pemberhentian sementara, pengoreksian sendiri, pengulangan, untuk kejelasan pesan; 8 menggunakan kelas kata kata benda, kata kerja, dll. sistem tenses, agreement dan
plural, pengurutan kata, pola-pola, aturan-aturan dan bentuk ellipsis; 9 menghasilkan pemberbicaraan yang menggunakan elemen-elemen alami dalam frasa, stop, nafas dan kalimat yang tepat; 10 mengekspresikan
makna tertentu dalam bentuk-bentuk gramatika yang berbeda; 11 menggunakan bentuk-bentuk kohesif dalam diskursus lisan; 12 menyelesaikan fungsi-fungsi komunikasi dengan tepat menurut situasi, partisipan dan
tujuan; 13 menggunakan register, implikatur, aturan-aturan pragmatik dan fitur-fitur sosiolinguistik yang tepat dalam komunikasi langsung; 14 menunjukkan hubungan antara kejadian dan mengomunikasikan
hubungan-hubungan antara ide utama, ide pendukung, informasi lama, informasi baru, generalisasi dan contoh; 15 menggunakan bahasa wajah, kinetik, bahasa tubuh dan bahasa-bahasa nonverbal yang lainnya bersamaan
dengan bahasa verbal untuk menyampaikan makna; dan 16 mengembangkan dan menggunakan berbagai strategi berbicara, seperti memberi tekanan pada kata kunci, parafrase, menyediakan konteks untuk
menginterpretasikan makna-makna kata, meminta pertolongan dan secara tepat menilai seberapa baik interlokutor memahami apa yang dikatakan.
Richard 1986: 21-28 membagi fungsi berbicara menjadi tiga sebagai berikut: 1 Berbicara sebagai interaksi talk as interaction
Fungsi berbicara sebagai interaksi mengacu pada kegiatan percakapan yang biasa dilakukan dan berhubungan dengan fungsi sosial. Fokus utamanya adalah kepada si penutur dan bagaimana mereka
menunjukkan diri mereka kepada orang lain. Bahasa tuturannya bisa formal ataupun berupa tuturan yang sering
6402
digunakan dalam percakapan sehari-hari. Beberapa kemampuan yang ikut dilibatkan dalam kegiatan berbicara sebagai sebuah interaksi, antara lain:
a membuka dan menutup percakapan; b memilih topik;
c membuat percakapan-percakapan kecilringan; d bergurau;
e menceritakan kejadian dan pengalaman pribadi; f dilakukan secara bergantian;
g adanya interupsimenyela percakapan; h bereaksi terhadap satu sama lain;
i menggunakan gaya berbicara yang sesuai. 2 Berbicara sebagai transaksi talk as transaction
Kegiatan berbicara sebagai transaksi lebih memfokuskan kepada pesan yang ingin disampaikan dalam kegiatan berbicara. Richard 1986: 21- 28. Ada dua tipe dalam kegiatan sebagai sebuah interaksi yaitu:
a Kegiatan yang fokus utamanya memberi dan menerima informasi, dengan kata lain membuat orang lain mengerti dengan jelas dan akurat terhadap pesan yang disampaikan daripada peserta tutur dan bagaimana
mereka berinteraksi dengan orang lain. Ketepatan bukannya menjadi fokus utama selama informasi berhasil dikomunikasikan dan dimengerti.
b Kedua adalah kegiatan yang fokus utamanya adalah untuk memeroleh barang atau jasa, misalnya dalam percakapan seseorang yang memesan makanan di restoran.
3 Berbicara sebagai penampilan talk as performance Berbicara sebagai penampilan mengacu pada kegiatan berbicara guna menyampaikan informasi di
depan umum atau peserta. Berbicara model ini lebih kepada berbicara satu arah daripada dua arah dialog dan lebih terkesan seperti bahasa tulis daripada percakapan Richard, 1986: 21-28.
Ciri utama kegiatan berbicara sebagai penampilan adalah a fokus pada pesan yang ingin disampaikan dan kepada peserta, b mementingkan bentuk dan ketepatan ucapan, c bahasa yang digunakan terkesan
seperti bahasa tulis, d lebih sering monolog, dan e struktur dan urutannya dapat diprediksikan. Dalam pembelajaran bahasa, menurut Bygate 1995:5-6 ada dua cara mendasar yang kerap kita lakukan yang dapat
dikategorikan sebagai skill keterampilan yaitu: 1 Motor-perceptive skill yang mencakup mengartikan, menghasilkan, dan mengucapkan bunyi dan struktur
bahasa secara benar. 2 Interaction skill yang mencakup membuat keputusan tentang sebuah komunikasi misalnya ingin
mengungkapkan apa, bagaimana mengatakannya, mengembangkannya sesuai dengan yang dimaksudkan oleh orang lain.
6403
Belajar bahasa Inggris berarti memiliki kemampuan untuk memproduksi ujaran grammatikal dari sebuah bahasa dan tahu bagaimana menggunakannya dengan benar untuk dapat berkomunikasi secara efektif.
Harmer, 1983:13. Dalam mempelajari bahasa di kelas, siswa lebih cenderung memberi perhatian untuk menjadi lebih
teliti accuracy akan tetapi pada dasarnya mereka juga harus berlatih untuk menggunakan bahasa secara fasih fluency. Ada beberapa alasan tentang dilakukannya latihan berbicara selama pelajaran berlangsung di kelas
antara lain Baker dan Westrup, 2003:5 antara lain:
1 Kegiatan berbicara akan menguatkan pemerolehan kosakata baru, tata bahasa, dan bahasa secara fungsional.
2 Memberikan kesempatan siswa untuk menggunakan bahasa yang dipelajarinya 3 Memberikan kesempatan kepada siswa yang lebih mahir untuk mencoba bahasa yang telah mereka ketahui
dalam situasi dan topik yang berbeda 4 Memberikan kesempatan kepada siswa yang lebih mahir untuk mencoba bahasa yang telah mereka ketahui
dalam situasi dan topik yang berbeda Dengan demikian, untuk memudahkan guru dalam merancang program pengajaran yang baik demi
mencapai tujuan komunikasi, maka guru diharuskan mengetahui fungsi bahasa yang akan dipakai siswa untuk berinteraksi dalam sebuah komunikasi.
2.2. Faktor-Faktor Penunjang Keefektifan Berbicara