Pendapatan Asli Daerah Uraian Teoritis 1. Akuntansi Pajak

6362 3. Tingkat pencapaian antara 80 - 90 berarti cukup efektif. 4. Tingkat pencapaian antara 60 - 80 berarti kurang efektif. 5. Tingkat pencapaian dibawah 60 berarti tidak efektif. Kontribusi digunakan untuk mengetahui sejauh mana pajak daerah memberikan sumbangan dalam penerimaan PAD. Dalam mengetahui kontribusi dilakukan degan membandigkan penerimaan pajak daerah khususnya pajak hotel dan pajak restoran periode tertentu dengan penerimaan PAD periode tertentu pula. Semakin besar hasilnya berarti semakin besar pula peeranan pajak daerah terhadap PAD, begitu pula sebaliknya jika hasil perbandingannya terlalu kecil berarti peranan pajak daerah terhadap PAD juga kecil Mahmudi, 2010:145. Indikator kontribusi adalah rasio antara realisasi penerimaan pajak dengan realisasi pendapatan daerah. Untuk mengetahui bagaimana dan seberapa besar kontribusi Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, maka untuk mengklasifikasikan criteria kontribusi pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan terhadap pendapatan daerah digunakan rumus sebagai berikut : Kontribusi Penerimaan = 100 Daerah tan Pendapa alisasi Re BPHTB Pajak Penerimaan alisasi Re  Dengan asumsi sebagai berikut : Persentase Kontribusi Kriteria 0,00 – 10 Sangat Kurang 10,10 – 20 Kurang 20,10 – 30 Sedang 30,10 – 40 Cukup Baik 40,10 – 50 Baik 50 Sangat Baik Dalam penelitian ini, konteks kontribusi merupakan seberapa besar sumbangan penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan BPHTB dalam pos Pendapatan Asli Daerah Kota Medan . Diharapkan semakin tinggi kontribusi penerimaan BPHTB maka akan besar pula PAD kota Medan.

2.5. Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan asli daerah dikategorikan dalam pendapatan rutin Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD. Pendapatan Asli Daerah merupakan suatu pendapatan yang menunjukan suatu kemampuan daerah menghimpun sumber-sumber dana untuk membiayai kegiatan rutin maupun pembangunan. Jadi pengertian dari pendapatan asli daerah dapat dikatakan sebagai pendapatan rutin dari usaha-usaha pemerintah daerah dalam memanfaatkan potensi-potensi sumber keuangan daerahnya untuk membiayai tugas dan tanggungjawabnya. Menurut Deddy Supriady Barata Kusuma dan Dadang Solihin dalam bukunya Otonomi penyelenggaraan Pemerintah Daerah, mengemukakan bahwa : Pendapatan Asli Daerah PAD adalah penerimaan yang diperoleh dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang di pungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. 2002:171. 6363 Menurut Rustian Kamaluddin dalam bukunya Pembangunan Ekonomi Daerah, yang dimaksud dengan Pendapatan Asli Daerah adalah Pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah,hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, yang bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada daerah dlam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah ssebagai perwujudan asas desentralisasi. 2000:47. Sedangkan menurut Mardiasmo 2002, hal 132 “Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan daerah dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain- lain pendapatan asli daerah yang sah”. Faktor-faktor yang mempengaruhi target penerimaan pajak yaitu: 1. Kurangnya kesadaran masyarakat sebagai pemungut pajak untuk menyetor pajaknya. 2. Beberapa Perusahaan Tambang yang nakal tidak membayar pajaka. 3. Kurangnya sosialisasi mengenai peraturan terbaru kepada masyarakat. 4. Basis penerimaan pajak indonesia yang masih kecil. 5. Tingkat kepatuhan pajak yang rendah

3. Pembahasan