6368
memiliki nilai-nilai peradaban tersebut. Nilai-nilai peradaban dimaksud tersimpul dalam nilai-nilai kepribadian atau karakter yang digali dari nilai-nilai agama, nilai-nilai Pancasila, nilai-nilai budaya
bangsa dan nilai-nilai dari tujuan Pendidikan Nasional. Siswa Sekolah Menengah Atas SMA adalah sebagai remaja dan generasi penerus bangsa yang secara umur belum layak dikatakan sebagai orang yang
sudah dewasa dan memahami nilai-nilai karakter bangsa secara total. Namun demikian pendidikan yang terarah dan metode mengajar yang tepat, dalam hal ini metode pembelajaran kontekstual atau CTL
contextual teaching and learning yang menekankan pembelajaran pada aktivitas siswa diharapkan akan mampu menjadikan peserta didik memahami nilai-nilai karakter yaitu generasi penerus yang memiliki
keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, serta memiliki etos kerja yang produktif dengan tetap mencintai tanah air.
Kata kunci :
Pemahaman nilai-nilai karakter bangsa, metode Kontekstual atau CTL.
1. Pendahuluan
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar. Bangsa yang besar harus didukung oleh kemampuan, sikap mental dan cara berpikir yang besar pula. Kemampuan, sikap mental dan cara berpikir yang besar
terintegrasi dari berbagai aspek yang saling mendukung dan saling melengkapi. Siswa Sekolah Menengah Atas SMA sudah sewajarnya dapat diajak untuk berpikir dan menyadari bagaimana situasi dan kondisi bangsa
Indonesia, agar mereka dapat memahami bagaimana harus bersikap untuk keberlangsungan dan kemajuan bangsa Indonesia ini.
Kemajuan bangsa diawali dari generasi muda yang memiliki sikap mental dan cara berpikir mindset yang jauh kedepan. Memiliki Kemampuan Sumber Daya Manusia SDM yang handal dan memiliki nilai-nilai
peradaban. Dibutuhkan langkah dan strategi yang besar untuk menuju bangsa yang memiliki nilai-nilai peradaban tersebut. Nilai-nilai peradaban dimaksud tersimpul dalam nilai-nilai kepribadian atau karakter yang
digali dari nilai-nilai agama, nilai-nilai Pancasila, nilai-nilai budaya bangsa dan nilai-nilai dari tujuan Pendidikan Nasional.
Untuk menuju bangsa yang berkarakter, perlu rekayasa sosial yang dirancang dan dilaksanakan secara sadar dengan arah yang jelas. Rekayasa sosial ini memerlukan partisipasi dari semua pihak tanpa terkecuali,
dimulai dari orangtua atau keluarga sebagai tempat tumbuh dan berkembang anak, dilanjutkan pada sekolah sebagai tempat belajar dan upaya pendidikan secara formal serta terus dikembangkan ditengah masyarakat.
Generasi muda yang kurang mendapatkan pendidikan karakter bangsa akan mudah terprovokasi dengan berbagai isu yang dapat memecah belah persatuan dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat maupun bernegara.
Pendidikan karakter bukanlah mata pelajaran, tetapi nilai-nilai yang bisa diintegrasikan dalam setiap mata pelajaran di sekolah, ataupun setiap pengembangan budaya positif di keluarga dan di masyarakat. Kita
semua menyadari bahwa pendidikan karakter bangsa adalah bagian dari pembangunan watak yang sangat penting untuk mencapai peradaban yang unggul dan mulia. Semua itu bisa terlaksana dengan masyarakat yang
baik yakni manusia yang bermoral dan beretika sehingga bangsa Indonesia bisa bersaing dengan bangsa lain dengan cara yang terhormat dan bermartabat. Pembangunan karakter dalam diri anak bangsa harus tetap
memperhatikan dan berpedoman kepada sendi-sendi Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI serta norma sosial yang berlaku dalam masyarakat.
6369
Siswa Sekolah Menengah Atas SMA adalah sebagai remaja dan generasi penerus bangsa yang secara umur belum layak dikatakan sebagai orang yang sudah dewasa dan memahami nilai-nilai karakter bangsa
secara total. Namun demikian pendidikan yang terarah dan metode mengajar yang tepat, diharapkan akan mampu menjadikan peserta didik memahami nilai- nilai karakter yaitu generasi penerus yang memiliki
keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, serta memiliki etos kerja yang produktif dengan tetap mencintai tanah air.
Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang berkarakter ialah melalui proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar merupakan suatu bentuk komunikasi antara subjek didik
dengan pendidik, antara siswa dengan guru. Proses belajar tersebut tampak lewat prilaku siswa dalam mempelajari bahan belajar. Prilaku belajar tersebut merupakan respon siswa terhadap tindak mengajar atau
tindak pembelajaran dari guru. Guru merupakan faktor yang sangat mempengaruhi dalam proses belajar mengajar karena guru tidak saja dituntut mampu melakukan transformasi ilmu terhadap siswa, tetapi juga
mampu memilih strategi model serta metode yang efektif dan efisien. Namun kenyataannya, masih banyak guru yang mengajar secara monoton. Dimana guru hanya menjelaskan saja, sedangkan siswa hanya mendengar
dan mencatat penjelasan dari guru. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya.
Pembelajaran yang berorientasi pada target penguasaan materi, terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat dalam jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan masalah dalam kehidupan jangka
panjang. Salah satu metode pada proses pembelajaran yang dianggap lebih memberdayakan siswa adalah pembelajaran dengan pendekatan kontekstual atau CTL Contextual Teaching and Learning. CTL merupakan
metode pembelajaran yang mengaitkan materi ajar dengan situasi dunia nyata yang dihadapi siswa. Dalam pembelajaran kontekstual guru dituntut membantu siswa dalam mencapai tujuannya.
Maksudnya adalah guru lebih berurusan dengan strategi dari pada memberi informasi. Disini guru hanya mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerjasama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi siswa.
Kegiatan belajar mengajar KBM lebih menekankan Student Centered dari pada Teacher Centered. Menurut Depdiknas guru harus melaksanakan beberapa hal sebagai berikut : 1 Mengkaji konsep atau teori yang akan
dipelajari oleh siswa. 2 Memahami latar belakang dan pengalaman hidup siswa melalui proses pengkajian secara seksama. 3 Mempelajari lingkungan sekolah dan tempat tinggal siswa yang selanjutnya memilih dan
mengaitkan dengan konsep atau teori yang akan dibahas dalam pembelajaran kontekstual. 4 Merancang pengajaran dengan mengaitkan konsep atau teori yang dipelajari dengan mempertimbangkan pengalaman yang
dimiliki siswa dan lingkungan hidup mereka. 5 Melaksanakan penilaian terhadap pemahaman siswa, dimana hasilnya nanti dijadikan bahan refleksi terhadap rencana pembelajaran dan pelaksanaannya.
Menurut Nurhadi dalam Sugiyanto 2007, CTL Contextul Teaching and Learning adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata
siswa. Menurut Johnson dalam Sugiyanto 2007 CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan untuk
6370
menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subyek-subyek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka.
2. Pembahasan A. Pengertian Karakter