Pengertian Jual Beli Aturan-Aturan Syar’i dalam Jual Beli

Pendidikan Agama Islam Kelas XI 78 1 Syarat Orang yang Berakad a Berakal sehingga jual beli yang dilakukan oleh orang gila hukum- nya tidak sah. b Orang yang melakukan akad adalah orang yang berbeda. Maksudnya, seseorang yang sama dalam waktu yang ber- samaan tidak dapat bertindak sebagai pen- jual dan pembeli. 2 Syarat Ijab Kabul Ijab kabul saat ini telah mengalami perkembangan. Bahkan, kita bisa memanfaatkan teknologi, seperti ponsel dan internet. Di antara syaratnya, yaitu terjadi kesepakatan antara penjual dan pembeli dengan lafal yang dapat dipahami. Selain itu, juga ada informasi tertentu tentang keadaan barang dengan jelas. Jika pihak pembeli menyatakan menerima, akad dianggap telah terjadi. 3 Syarat Barang yang Diperjualbelikan a Barang itu ada atau jika tidak ada di tempat, penjual tetap menyatakan kesanggupannya untuk mengadakan barang tersebut. b Dapat dimanfaatkan dan bermanfaat bagi manusia. c Milik sah penjual atau orang yang mewakilkan. d Bisa diserahkan saat akad berlangsung atau pada waktu yang disepakati bersama ketika transaksi berlangsung. 4 Syarat Nilai Tukar a Harga yang disepakati kedua belah pihak harus jelas jumlah- nya. b Bisa diserahkan pada waktu akad, sekalipun secara hukum. c Jika jual beli itu dilakukan secara barter muqayyadah, barang yang dijadikan nilai tukar bukan barang yang diharamkan syara’. 2. MusyarakahSyirkah Kerja Sama Modal Usaha

a. Pengertian Musyarakah

Musyarakah sering juga diistilahkan dengan nama yang lain, seperti syirkah, syarikat, serikat, dan perseroan. Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha yang Sumber: Dokumen Penulis ▼ Gambar 5.3 Dalam jual beli harus memenuhi rukun dan syarat tertentu. Pendidikan Agama Islam Kelas XI 79 di antara pihak memberikan kontribusi modal tertentu dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risikonya akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Singkatnya, kerja sama dengan bentuk modal atau jasa keahlian yang keuntungan atau kerugiannya akan ditanggung bersama.

b. Macam-Macam Musyarakah

Musyarakah dapat dibagi menjadi dua macam sebagai berikut. 1 Musyarakah Harta atau Musyarakah Inan Musyarakah harta atau musyarakah inan berarti akad kerja sama dua pihak yang mana kontribusinya berbentuk modal usaha atau harta. Sebagai contoh, A dan B akan membuka usaha konveksi pakaian. Pihak A memberi modal Rp30.000.000,00, sedangkan B sebesar Rp15.000.000,00. Kedua orang ini kemudian bersepakat bahwa keuntungan dibagi berdasarkan perbandingan besarnya modal, yaitu A mendapat 23, sedangkan B sebesar 13-nya. Pembagian ini berlaku juga dengan risiko yang harus ditanggung, jika usaha yang dijalankan ternyata rugi. Sulaiman Rasyid. 1996: halaman 296 2 Musyarakah Kerja Musyarakah kerja me- nekankan pada kontribusi kerja atau jasa. Bentuk kerja sama ini dapat dalam ke- ahlian yang sama atau ber- beda. Upah atau bagi hasil dari kerja sama ini juga perlu disesuaikan menurut kontribusi pekerjaannya dengan jumlah yang telah disepakati sebelumnya. Sebagai contoh, untuk menyelesaikan proyek pembangunan rumah dikerjakan oleh empat orang, yaitu arsitek, tukang kayu, tukang batu, dan tukang cat. Besarnya gaji mereka berlainan disesuaikan dengan tingkat kesulitan pekerjaan, risikonya, atau waktu penyelesaiannya. Syirkah kerja dapat dibagi menjadi beberapa macam sebagai berikut. a Musaqah Musaqah yaitu kerja sama antara pemilik kebun dan peng- garap dengan ketentuan hasilnya dibagi sesuai dengan ke- sepakatan. Praktik musaqah telah umum dilakukan pada masa Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin. Ketika itu kaum Ansar ingin menolong kaum Muhajirin yang dalam keadaan miskin. Sumber: bulletinmetropolis.com ▼ Gambar 5.4 Saat ini musyarakah kerja maupun jasa telah mengalami perkembangan.