Pendidikan Agama Islam Kelas XI
27
tanpa terputus-putus. Contohnya dapat ditemukan pada lafal dan
. Agar tidak keliru dalam membaca mad layyin, bedakan jika
menemukan lafal yang berharakat tegak diikuti huruf wau atau ya tanpa sukun. Misalnya, untuk kalimat berbunyi
, , atau
.
b. Mad ‘A -
rid Lissuku-n
Bacaan mad mad ‘a-rid lissukun terjadi jika ada mad pada akhir ayat atau yang terhenti karena waqaf. Cara membacanya memanjang-
kan madnya dengan dua sampai enam harakat. Misalnya yang terdapat pada kata
. Selain dua hukum bacaan di atas, dalam Surah al-Baqarah [2]
ayat 177 juga banyak ditemukan hukum bacaan alif lam syamsiyah yang dapat ditemukan dalam kalimat
dan . Bacaan
alif lam qamariyah dapat ditemukan pada kata ,
, ,
.
Dalam kegiatan kali ini Anda diajak untuk mempraktikkan membaca dilakukan dengan mencari hukum bacaan tajwid. Agar lebih jelas, ikutilah langkah-langkah berikut ini.
1. Bacalah Surah al-Baqarah [2] ayat 177 secara berpasangan.
2. Dengan bantuan teman di samping Anda, teliti dan uraikan hukum bacaan apa saja
yang terdapat dalam ayat tersebut. 3.
Catatlah hukum bacaan tajwid dengan menuliskan kalimatnya dalam bentuk tabel seperti contoh.
4. Kerjakan tugas ini pada selembar kertas tugas dan kumpulkan di meja Bapak atau
Ibu Guru. Contoh Tabel
No. Lafal
Bacaan Sebab
Cara Membaca 1.
2. 3.
4. 5.
Pendidikan Agama Islam Kelas XI
28
3. Isi Kandungan Surah Al-Baqarah [2] Ayat 177
Asbabun nuzul Surah al-Baqarah [2] ayat 177 menurut riwayat Rabi’ dan Qatadah, yaitu ketika terjadi percekcokan di antara ahli kitab Yahudi
dan Nasrani tentang ibadah mereka yang menghadap ke arah barat dan timur. Di antara mereka menganggap golongannya sebagai yang paling
benar dan berbuat kebajikan. Berbeda dengan umat Islam yang sekadar mengikuti arah kiblat mereka. Selanjutnya, Allah Swt. menurunkan ayat
177 Surah al-Baqarah [2] ini untuk membantah pendapat dan persangkaan mereka dengan menjelaskan beberapa amal kebajikan. Berikut ini
dijelaskan tentang amal-amal kebajikan seperti termaktub dalam Surah al-Baqarah [2] ayat 177.
a. Tujuan Ibadah adalah Mengabdi kepada Allah Swt.
Inti pokok ibadah bukan menghadapkan muka ke arah
kiblat seperti yang diperdebatkan para ahli kitab. Kiblat hanya
merupakan suatu tanda untuk kesatuan umat guna mencapai
maksud yang satu dalam ber- ibadah kepada Allah Swt. Kiblat
umat Islam adalah Kakbah di Masjidilharam. Hal ini bukan
berarti umat Islam menyembah Kakbah dalam beribadah. Kakbah
hanya sebagai arah dalam ber- ibadah agar kiblat umat Islam
sama. Umat Islam dalam ber- ibadah menyembah Allah Swt.,
zat Yang Mahasempurna bukan menyembah Kakbah.
Beribadah dan menyembah hanya kepada Allah Swt. merupakan suatu keharusan bagi manusia. Hal ini karena adanya manusia
diciptakan oleh Allah Swt. Selain itu, Dia telah mengaruniakan nikmat yang tidak dapat dihitung oleh manusia. Jika memperhatikan badan
sendiri, Anda dapat menemukan banyak nikmat yang dikaruniakan Allah Swt. Mata, tangan, kaki, mulut, lidah, hidung, dan anggota
tubuh lainnya merupakan karunia atau nikmat yang sangat berharga. Selain itu, hidup dan kehidupan yang kita rasakan merupakan
karunia-Nya yang harus kita syukuri. Menunaikan ibadah dengan ikhlas dan menyembah hanya kepada-Nya serta tidak menyekutukan-
Nya merupakan wujud rasa terima kasih kita kepada Allah Swt.
Sumber: Dokumen Penulis
▼ Gambar 2.5
Kiblat umat Islam dalam menunaikan salat adalah Kakbah di Masjidilharam.