Pendidikan Agama Islam Kelas XI
76
Dengan demikian, rezeki di dunia memudahkan kita menuju jalan kesuksesan di akhirat.
b. Kebebasan Memilih
Untuk mengantisipasi terjadinya perselisihan dan menciptakan keadilan dan kerelaan antara pembeli serta penjual, syariat Islam mem-
berikan hak khiyar. Khiyar yaitu hak untuk memilih antara me- langsungkan atau tidak melangsungkan transaksi tersebut karena
suatu hal yang terjadi di antara kedua belah pihak.
c. Tanggung Jawab
Responsibility
Setiap orang yang melakukan transaksi bertanggung jawab atas tindakannya. Jika seseorang melakukan tindakan yang merugikan,
ia harus bertanggung jawab atas tindakannya tersebut.
d. Keseimbangan Equilibrium
Ada keseimbangan dalam menanggung risiko antara pemodal dengan pengguna modal. Jika suatu usaha dapat meraih keuntungan
atau justru menanggung kerugian, akan dipikul oleh kedua belah pihak. Kerugian maupun keuntungan tersebut dibagi antara pemodal
dengan pengguna modal sesuai kesepakatan keduanya.
Dalam melakukan transaksi ekonomi dengan orang lain syaratnya harus bisa mengikat pihak-pihak yang bertransaksi. Setiap pihak harus
bersikap tanggung jawab terhadap transaksi yang dijalankan. Selain itu, transaksi harus dilakukan dengan akhlak terpuji. Misalnya dengan
didasari niat yang baik, tidak menipu, tidak curang, dan tidak memaksa.
Di depan telah dijelaskan beberapa asas dan prinsip dalam transaksi ekonomi Islam. Coba Anda tunjukkan keutamaan dari berlakunya asas dan prinsip tersebut untuk diterapkan.
Misalnya dengan membuat tabel seperti contoh.
No. Prinsip
Tujuan 1.
Sukarela Agar dalam melakukan transaksi tidak ada pihak yang merasa
dirugikan. 2.
. . . . . . . .
3. . . . .
. . . . 4.
. . . . . . . .
5. . . . .
. . . .
Pendidikan Agama Islam Kelas XI
77
B. Contoh Transaksi Ekonomi Islam
Dalam melakukan transaksi ekonomi tidak boleh bertentangan dengan asas yang telah ditetapkan. Pada saat ini bentuk transaksi ekonomi yang
berlangsung di tengah masyarakat sangat beragam, mulai jual beli, jasa kredit, pemberian modal usaha, investasi, dan sebagainya. Dalam fikih muamalah,
khususnya tentang kajian ekonomi Islam, juga membahas bentuk-bentuk transaksi ini. Berikut ini pembahasannya.
1. Jual Beli
a. Pengertian Jual Beli
Jual beli dalam bahasa Arab menggunakatan kata al-bay’ yang berarti menjual, mengganti, atau menukar sesuatu dengan sesuatu
yang lain. Dalam fikih muamalah, jual beli diartikan dengan kegiatan tukar-menukar harta dengan harta yang lain dalam bentuk
pemindahan milik dan kepemilikan melalui cara tertentu yang bermanfaat.
Ciri khas tukar-menukar harta dalam kegiatan jual beli ini adalah bersifat perpindahan kepemilikan, tidak sekadar sewa-menyewa.
Hukum dasar jual beli adalah halalmubah, tetapi dalam kondisi- kondisi tertentu bisa berubah menjadi wajib, sunah, makruh, bahkan
haram. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman:
Ya- ayyuhal-laz .
i -
na a-manu la- ta’kulu- amwa-lakum bainakum bil-ba-t.ili illa- an taku-na tija-ratan ‘an tara-d.im minkum . . . .
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman Janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil tidak benar, kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama
suka di antara kamu . . . . Q.S. an-Nisa-’ [4]: 29
b. Aturan-Aturan Syar’i dalam Jual Beli
Jual beli dianggap sah dan tidak bertentangan dengan ketentuan syar’i jika memenuhi rukun dan syarat-syarat tertentu. Rukun jual
beli, yaitu harus ada penjual, pembeli, barang yang diperjualbelikan, alat tukar uang, dan akad ijab kabul atau serah terima.
Berdasarkan rukun jual beli tersebut, jumhur ulama menetapkan syarat-syarat tertentu sebagai berikut.