118 Sumber: BPDAS 2007
Tabel 4.4 menunjukkan klasifikasi lahan agak curam – curam di lokasi penelitian atau di hulu Sungai Cisadane dengan dominasi mencapai
78.12 memperlihatkan kondisi morfologi berupa dataran tinggi, perbukitan, dan pegunungan dengan batuan penyusunnya didominasi oleh hasil letusan
gunung api yang terdiri dari andesit, tufa, dan basalt. Gabungan batuan tersebut termasuk dalam sifat jenis batuan relatif lulus air dimana
kemampuannya meresapkan air hujan tergolong besar.
4.4 Hidrogeologi, Cekungan Air Tanah dan Akuifer
Sebagaimana sudah diketahui bahwa ilmu yang membahas mengenai air tanah yang bertalian dengan cara diperolehnya terdapatnya air,
penyebaran, pengaliran, potensi, dan sifat kimia air tanah adalah termasuk dalam disiplin Hidrogeologi. Adapun terkait dengan cekungan air tanah
didefinisikan sebagai suatu wilayah yang dibatasi oleh batas hidrogeologis, tempat semua kejadian hidrogeologis seperti proses pengimbuhan,
pengaliran dan pelepasan air tanah berlangsung; sedangkan akuifer atau lapisan pembawa air dalam hal ini didefinisikan sebagai lapisan batuan jenuh
air di bawah permukaan tanah yang dapat menyimpan dan meneruskan air dalam jumlah cukup dan ekonomis.
Khusus Lokasi penelitian DAS Cisadane hulu yang berada di Kabupaten Bogor umumnya terletak di antara kaki Gunung Pangrango dan
Gunung Salak. Kawasan Gunung Pangrango merupakan kawasan Taman Nasional Gunung Gede dan Gunung Pangrango, sedangkan Kawasan
Gunung Salak, umumnya termasuk dalam kawasan Taman Nasional Halimun Salak yang mengindikasikan potensi air tanah yang cukup tinggi.
Potensi air tanah yang berada di Lokasi penelitian DAS Cisadane hulu, secara umum disajikan pada lembar peta hidrogeologi Gambar 4.3.
119
Daerah hulu DAS Cisadane memiliki potensi air tanah yang relatif jumlahnya besar dan banyak, tersebar di daerah Ciawi, Cigombong, Cijeruk,
Caringin, Tamansari, dan Ciomas dengan ketebalan akuifer 2 m sampai 77 m dengan debit air bawah tanah lebih dari 5 liter per detik. Adapun potensi
air bawah tanah sedang, terdapat pada sebagian kaki Gunung Salak dan kaki Gunung Pangrango serta sebagian di Kota Batu, Ciomas; dimana
komposisi batuan penyusunan akuifernya adalah endapan vulkanik muda dengan debit air bawah tanah kurang dari 5 liter per detik. Selain itu untuk
potensi air bawah tanah rendah menempati bagian Timur dan Barat Kabupaten Bogor serta sebagian puncak Gunung Salak dan Gunung
Pangrango; dimana komposisi batuan utama penyusunan akuifernya adalah endapan sendimen padat yang bersifat lempungan
http:www.bogorkab.go.id diakses 21 Mei 2010.
Gambar 4.3 Peta Hidrogeologi Kabupaten Bogor dan Kota Bogor
Sumber : http:www.bogorkab.go.id
diakses 21 Mei 2010
120 Gambaran secara umum tentang keberadaan mata air yang berada
pada cekungan air tanah Bogor dan hubungannya dengan hidrogeologi disajikan pada Peta Hidrogeologis dan Cekungan Air Tanah CAT Bogor,
sebagaimana disajikan pada Gambar 4.4. Mata air yang merupakan sumber air baku yang diperuntukan untuk kepentingan air bersih atau air minum di
lokasi penelitian sangat banyak, yaitu 55 mata air 64.71 dari total mata air pada CAT Bogor sekitar 85 mata air. Jumlah 55 mata ait di lokasi
penelitian dalam CAT Bogor terdistribusi 13 mata air 23.64 di Kecamatan Ciawi, 7 mata air 12.73 di Kecamatan Caringin, 14 mata air 25.45 di
Kecamatan Cijeruk, 9 mata air 16.36 di Kecamatan Cigombong, dan masing-masing 6 mata air 10.91 di Kecamatan Tamansari dan
Kecamatan Ciomas. Jumlah mata air pada CAT Bogor tersebut disajikan pada Gambar 4.4 dalam bentuk
zona pemunculan mata air.
Gambar 4.4 Peta Hidrogeologi, Cekungan Bogor dan Pemunculan Mata Air Kabupaten Bogor dan Kota Bogor
Sumber : Laporan Akhir Master Plan Sistem Penyediaan Air Minum SPAM Kota Bogor. Bappeda. 2009.
Gambar 4.4 Peta Hidrogeologi, Cekungan Bogor dan Pemunculan Mata
Air Kabupaten Bogor dan
Kota Bogor
121 Daerah
resapan air merupakan daerah yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan sehingga sebagai tempat
pengisian air tanah akuifer sangat berguna sebagai sumber air baku untuk keperluan air bersih atau air minum. Kriteria daerah atau kawasan resapan
air dicirikan oleh adanya curah hujan yang tinggi, terdapatnya struktur tanah yang meresapkan air dan terjadinya bentuk geomorfologi yang mampu
meresapkan air hujan yang besar ke dalam tanah. Struktur tanah dengan komposisi yang mengandung kerakal adalah struktur tanah yang tergolong
mempunyai tingkat kelulusan air yang tinggi, sedangkan struktur tanah dengan komposisi yang mengandung lempung, tingkat kelulusan airnya
rendah karena cenderung mempunyai pori yang relatif sangat kecil. Gambaran tentang peta lokasi daerah resapan air diperlihatkan pada
Gambar 4.5.
Gambar 4.5 Peta Daerah Resapan Air Kabupaten dan Kota Bogor Sumber :
http:www.bogorkab.go.id diakses 21 Mei 2010
Kota Bogor
122
Daerah peresapan recharge area atau kawasan Imbuh adalah
suatu daerah yang mempunyai kemampuan tinggi dalam meresapkan air ke lapisan pengandung air di bawah tanah. Kawasan imbuh ini, umumnya
berada di daerah dengan topografi lebih tinggi dari daerah pelepasannya. Di daerah peresapan sering ditemukan zona tidak jenuh yang agak dalam
antara muka air tanah dan permukaan tanahnya. Sebaliknya di daerah
pelepasan atau discharge area atau Kawasan Lepasan adalah suatu
daerah atau tempat dimana air bawah tanah muncul di atas permukaan tanah, baik terjadi secara alamiah maupun oleh rekayasa manusia melalui
kegiatan pengeboran, muka air tanah terletak pada permukaan tanah tersebut atau akan memotong topografi yang ada.
Keberadaan mata air di DAS Cisadane hulu sebagai daerah studi ditinjau dari peta hidrogeologi, peta cekungan air tanah dan peta daerah
resapan air Gambar 4.3, Gambar 4.4, dan Gambar 4.5 dapat dibagi berdasarkan pada keterdapatan dan penyebaran air tanah dalam rongga
antar butir atau rekahan batuan Iwaco 1990 dan Tahmat et al. 1995 dalam DESDM 2009 dan Bappeda 2009 sebagai berikut:
1. Akuifer dengan Aliran melalui Ruang atau Rongga Antar Butir Wilayah Akuifer Produktif Tinggi dengan Penyebaran
Luas
Akuifer ini berkembang pada satuan endapan kipas aluvial, litologi hasil rempah gunungapi, pasir, kerikil, breksi dan tufa.
Pada wilayah ini air tanah terdapat pada pori-pori antar butir dari endapan aluvial. Morfologi dataran dengan kemiringan
lereng 2 – 5
o
yang menyebar di bagian tengah utara
Kabupaten Bogor. Penggunaan lahan berupa pemukiman, pesawahan, pertanian tanah kering dan tegalan.
123
Wilayah Akuifer Produktif Sedang dengan Penyebaran Luas
Berkembang pada satuan endapan kipas aluvial, litologi breksi, tufa, dan aglomerat. Pada wilayah ini air tanah
terdapat pada endapan aluvium dan celah endapan vulkanik tak terpisahkan. Morfologi dataran – bergelombang,
kemiringan 5 – 21
o
Setempat, Akuifer Produktif Sedang
. Wilayah ini dijumpai pada bagian Selatan Kota Bogor, pada kaki lereng Gunung Salak dan kaki lereng
Gunung Pangrango, seperti di Cigombong, Cijeruk, Ciawi, Caringin, Tamansari, Ciomas dan Tenjolaya. Penggunaan
lahan berupa hutan, pertanian lahan kering dan tegalan, pesawahan, dan pemukiman.
Berkembang pada satuan endapan kipas aluvial, terutama pada bagian sungai-sungai besar. Litologi tersusun dari
rombakan bahan gunung api. pasir, kerikil, kerakal sampai bongkahan. Pada wilayah ini air tanah terdapat pada
endapan Sedimen.
Morfologi perbukitan sampai bergelombang dengan kemiringan lereng 10 – 44
o
Akuifer Produktif Tinggi dengan Penyebaran Luas
. Antara lain tersebar di daerah Jonggol, Cibarusa dan Cibodas.
2. Akuifer yang terdapat dalam Rongga Antar Butir dan Celah atau Rekahan
Akuifer ini berkembang pada satuan endapan gunung api muda. Litologi terdiri dari breksi, lahar, lava, lavili, dan tufa.
Morfologi bergelombang dengan kemiringan lereng 5 – 21
o
. Banyak ditemukan mata air. Tersebar di bawah kaki Gunung
Salak bagian utara, sekitar Ciawi, Kota Bogor dan Ciampea. Penggunaan lahan berupa hutan, pertanian lahan kering dan
tegalan, pesawahan, dan pemukiman.
124
Akuifer Produktif Sedang dengan Penyebaran Luas
Akuifer ini berkembang pada satuan endapan gunung api muda. Litologi terdiri dari breksi, lahar, lava, lavili, dan tufa.
Morfologi bergelombang; kemiringan lereng 5 – 21
o
Setempat Akuifer Produktif Sedang
. Pada wilayah ini air tanah terdapat pada pori-pori dan rekahan
endapan vulkanik muda. Banyak pula ditemukan mata air. Penyebarannya di bawah kaki Gunung Salak bagian Utara
dan wilayah ini tersebar luas di bagian Selatan Kota Bogor. Penggunaan lahan berupa hutan, pertanian lahan kering dan
tegalan, pesawahan, dan pemukiman.
Akuifer ini berkembang pada satuan endapan gunung api muda. Dijumpai pada daerah lereng perbukitan dan gunung
api yang ditempati endapan vulkanik. Litologi terdiri dari breksi, lahar, lava, lavili, dan tufa. Morfologi perbukitan
sampai terjal dan gunung api; kemiringan lereng 21 – 88
o
Wilayah Akuifer Setempat Berarti
. Penyebarannya di bagian Selatan kaki Gunung Salak bagian
Utara, Barat, dan Timur Kabupaten Bogor. Penggunaan lahan terutama berupa hutan belukar.
3. Akuifer yang terdapat dalam Celah atau Rekahan atau Saluran
Akuifer ini berkembang pada satuan batu gamping. Litologi yang dominan terdiri dari batu gamping terumbu. Morfologi
karst; dengan kemiringan 5 – 8
o
. Pada wilayah ini air tanah terdapat pada celah endapan Sedimen. Wilayah ini dijumpai
terutama di bagian Timur Kabupaten Bogor seperti dijumpai di daerah Jonggol, Cariu dan Pasirkalong. Selain itu tersebar di
daerah Bukit Gadung dan Ciampea. Penggunaan lahan
125 terutama berupa pertanian lahan kering, tegalan dan
pemukiman.
Wilayah Akuifer Tak berarti
Pada wilayah ini air tanah terdapat pada celah endapan sedimen tua dan lava. Wilayah ini, penyebarannya dijumpai di
bagian Barat dan Timur Kabupaten Bogor.
4. Akuifer Bercelah atau Sarang Wilayah Akuifer Produktif Kecil, Setempat Berarti
Akuifer ini berkembang pada satuan gunung api tua dan satuan batuan sedimen tersier. Litologi batuan rempah
gunung api berupa breksi, lahar, lava, dan batuan sedimen berupa napal, batu lempung, dan batu pasir. Morfologi
perbukitan sampai dengan terjal; kemiringan 10 – 44
o
Wilayah Akuifer Langka atau Tak Berarti
.
Akuifer ini berkembang pada satuan gunung api muda atau tua, batuan beku terobosan berumur tua, formasi-formasi
batuan sedimen tersier. Litologi batuan rempah gunung api berupa breksi, lahar, lava, dan batuan sedimen berupa napal,
batu lempung, dan batu pasir. Morfologi perbukitan sampai dengan terjal; kemiringan 21 – 88
o
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh BPDAS Citarum - Ciliwung 2007, potensi air tanah sedang sampai tinggi, terdapat pada
. Penyebaran di Puncak Gunung Salak, Pegunungan Gunung Kempul – Halimun,
Gunung Pangrango dan di Utaranya sampai dengan Gunung Sanggabuana.
Gambaran tentang jenis akuifer, letak air tanah dan potensi air tanah yang ada pada keempat jenis akuifer sebagaimana diuraikan, secara ringkas
disajikan pada Tabel 4.5.
126 sebagian kaki Gunung Salak dan Gunung Pangrango, dimana mata air
tersebut tersebar pada empat jenis akuifer dalam lokasi studi DAS Cisadane hulu, yaitu:
1. Akuifer dengan aliran melalui ruang antar butir 2. Akuifer dengan aliran melalui celahan dan ruang antar butir
3. Akuifer dengan aliran melalui ruang rekahan dan saluran 4. Akuifer bercelah atau bersarang dengan produktivitas rendah dan
daerah air tanah langka. Menurut penelitian BPDAS Citarum – Ciliwung 2007, bahwa DAS
Cisadane ini mempunyai kondisi hidrogeologis yang tersusun oleh beberapa akuifer dengan sebaran luas yang meliputi wilayah seluas 150.672, 830
hektar dengan rincian sebagai berikut: 1. Akuifer produktif sedang, penyebarannya seluas 55.049,302 ha.
2. Akuifer dengan produktifitas tinggi, seluas 10.157,899 ha. 3. Akuifer dengan produktifitas sedang, seluas 44.770,377 ha.
4. Setempat akuifer produktif, seluas 7.886,459 ha. 5. Setempat akuifer dengan produktifitas sedang, seluas 1.524,808 ha.
6. Daerah air tanah langka, seluas 31.283,985 ha. Tabel 4.5 Produktivitas Akuifer di Daerah Kabupaten Bogor dan Kota Bogor
No. Tipe
Akuifer Tebal
akui- fer m
Letak Air Tanah Sebaran
Poten- si
ldet km²
Su- mur
Dang- kal
ldtk Su-
mur Da-
lam ldtk
1. Akuifer
aliran melalui
ruang antar butir
20 Pada Pori-pori
antar butir dari endapan aluvial.
Produktif tinggi dan
luas 7 -11
2 5 -10
Pada endapan aluvium dan celah
endapan vulkanik tak terpisahkan.
Produktif sedang
dan luas 7 -12
2 2 - 5
Air tanah terdapat pada endapan
Sedimen. Setempat
dan sedang
10 -12 1
-
127
No. Tipe
Akuifer Tebal
akui- fer m
Letak Air Tanah Sebaran
Poten- si
ldet km²
Su- mur
Dang- kal
ldtk Su-
mur Da-
lam ldtk
2. Akuifer
aliran melalui
celahan dan ruang
antar butir 30-60
Banyak ditemukan Mata
Air Produktif
tinggi dan luas
27 - 31 2 -5
10 Banyak pula
ditemukan Mata Air
Produktif sedang
dan luas 21 - 31
2 2 – 5
Terdapat sumber air produktif
setempat Setempat
akuifer produktif
8 - 38 2
5 -10 3.
Akuifer aliran
melalui ruang
rekahan dan saluran
20-40 Air tanah produktif
sedang – tinggi Produktif
sedang - tinggi dan
luas 30 - 32
1 2 – 20
4. Akuifer
bercelah atau sarang
20 Akuifer produktif
kecil sampai dengan
air tanah langka Akuifer
produktif kecil
7-12 1
2 Air tanah
langka 6 - 8
1 1
Sumber: Data dasar dari Data Hasil Penelitian Dit. GTL. Lembar Bogor, 1998. Dimodifikasi dari Data Penelitian DAS Citarum-Ciliwung, Tahun 2007.
Berdasarkan pada Tabel 4.2, Gambar 4.3, Gambar 4.4 dan Gambar 4.5 maka daerah yang banyak ditemukan mata air untuk menghasilkan sumber
air baku sebagai sumber air bersih atau air minum terdapat pada akuifer dengan aliran melalui celahan dan ruang antar butir yang potensi mata
airnya antara 56 – 100 liter per detik per km
2
BPDAS Citarum – Ciliwung 2007 selain melakukan penelitian tentang akuifer dan keberadaan mata air, dilakukan pula tentang jejaring berbagai
DAS, diantaranya terdapat pula jejaring DAS Cisadane. Berdasarkan penelitian tersebut bahwa arah dan aliran air tanah ditunjukan oleh jejaring
yang banyak dijumpai di Kecamatan-kecamatan Ciawi, Cigombong, Cijeruk, Caringin, Tamansari dan
Ciomas, Kabupaten Bogor.
128 aliran flownet seperti diperlihatkan pada Gambar 4.6. Berdasarkan
Gambar 4.6 terlihat bahwa air tanah di DAS Cisadane secara umum mengalir dari arah Selatan menuju Utara, dengan elevasi tertinggi 1.100
meter m dari permukaan laut dpl ke elevasi daerah yang terendah yaitu 0 m dpl BPDAS Citarum-Cisadane 2007.
Gambar 4.6 Jejaring Aliran flownet Air Tanah pada DAS Cisadane Sumber : BPDAS Citarum-Ciliwung 2007
Berdasarkan Jejaring Aliran flownet Air Tanah pada DAS Cisadane yang merupakan cekungan air tanah Bogor yang didalamnya mempunyai
sekitar 58 mata air, dimana litologi akuifer utamanya, terdiri dari: 1 Endapan sungai: pasir, kerikil, kerakal, dan bongkah; 2 Endapan kipas
gunung api: pasir, kerikil, dan kerakal dari batuan gunung api kuarter; 3 batuan gunung api muda: breksi, lahar, tuf breksi, dan tuf batu apung; 4
Breksi dan lava Gunung Kencana dan Gunung Limo; 5 Tuf batu apung pasiran; 6 Lava basal-andesit BPDAS 2007.
129
4.5 Cekungan Air Tanah Bogor dan Potensi Air Tanah