Konsep Alokasi Air antar Wilayah

48 sosial Hartwick dan Olewiler 1986; Shah et al. 1993; Dinar dan Lety 1991 dalam Zilberman dan Lipper dalam Bergh 2002. Untuk itu diperlukan adanya biaya transaksi yang relatif tinggi sebagai konsekuensi adanya opportunity cost dalam proses transaksi pengambilan dan pemanfaatan sumberdaya air dari adanya sistem pasar. Transfer atau alokasi air dalam sistem berbasis pasar menghasilkan dampak atas penggunaan air yang lebih bermanfaat oleh para pengguna air yang dipengaruhi langsung oleh perubahan dalam suplai air sekalipun tidak punya akses ke pasar, dalam hal ini seperti kasus pengguna air permukaan pada sektor parawisata atau untuk rekreasi atau untuk sumber air baku dalam pengembangan SPAM dan pengusahaan air minum Colby 1990; Gisser dan Johnson 1983 dalam Zilberman dan Lipper dalam Bergh 2002. Namun, jika transaksi biaya lainnya atas sumberdaya air lebih besar dari perolehan dalam penjualan air, akibatnya keberadaan transaksi pasar atas harga air bisa jadi tidak memperbaiki kesejahteraan bagi para penggunanya.

2.8 Konsep Alokasi Air antar Wilayah

Roumaset dan Smith 2001 mengemukakan model alokasi optimal dari penggunaan air minum untuk dua wilayah yang berbeda, dimana satu wilayah berada di hulu dan wilayah lainnya berada di hilir atau keterkaitan antar wilayah, diperlihatkan pada Gambar 2.7 secara substansi telah dijelaskan pada ilustrasi Gambar 2.6, hanya saja dalam penjelasan berikut terdapat signifikansi dalam penawaran air yang bersifat inelatis sempurna. Jumlah air yang tersedia pada kedua wilayah tersebut digambarkan oleh Kurva S atau garis AG g yang bersifat penawaran sangat sempurna inelastis; sedangkan Kurva D 1 dan D 2 masing-masing merupakan kurva permintaan air untuk wilayah 1 dan wilayah 2. Adapun kurva D 1 + D 2 atau Kurva DD adalah kurva permintaan air gabungan dari dua wilayah tersebut. Harga air yang efisien terjadi pada harga P diperoleh dengan menginterseksikan kurva DD dengan total penawaran kurva S pada titik A. 49 Titik B dan C merupakan interseksi dari titik A ke harga P yang masing- masing memotong kurva D 2 dan D 1 yang menghasilkan G 2 dan G 1 Harga Rp dimana masing-masing merupakan alokasi optimal air untuk wilayah 2 dan 1. S P C B A D 1 D 2 DD D 1 +D 2 O G 1 G 2 G g Unit Air m 3 Harga tahun Gambar 2.7 Keterkaitan antar Wilayah dalam Alokasi Air 2.9 Konsep Alokasi Air antara Harga Air dan Kelangkaan Keadaan sumberdaya air menjadi barang strategis dan penting dengan semakin meningkatnya permintaan terhadap air minum, untuk itu dalam Kahn 1998 telah membahas hubungan antara harga air dan kelangkaannya, sebagaimana disajikan pada Gambar 2.8. Rp D 3 P 2 D 2 P A 1 D 1 P B G Unit m 3 tahun Gambar 2.8 Hubungan antara Harga Air dengan Kelangkaan Air 50 Pada Gambar 2.8 dimana G menunjukkan pada keadaan dimana semula air tidak mempunyai harga dimana sejumlah air langsung digunakan dari sungai sehingga pada keadaan seperti ini biaya ekstraksi menjadi nol dengan tingkat kepuasan konsumen pada kurva D 1 . Kemudian kalau kurva permintaan bergerak ke atas menjadi D 2 maka semua permintaan yang ada pada tingkat harga nol tidak memberikan kepuasan, sehingga akan menekan harga bergerak menjadi P 1 dan seterusnya pada kondisi kurva permintaan D 3 yang mengakibatkan harga meningkat menjadi P 2 . Berdasarkan ilustrasi pada Gambar 2.5 tampak dengan terjadinya kelangkaan atas sumberdaya air, mengakibatkan penawaran atas sumberdaya air tersebut menjadi inelastis sempurna, begitu ada permintaan air yang sedikit saja maka harga secara cepat akan bergerak naik keatas, sebagaimana diilustrasikan adanya perubahan harga air dari P menjadi P 1 dan seterusnya menjadi P 2

2.10 Konsep Alokasi Air antara Harga Air dan Kelimpahan