5000 m Pengembangan kebijakan pembayaran jasa lingkungan dalam pengelolaan air minum studi kasus DAS Cisadane Hulu

218 Tabel 6.1 Matrik Kebijakan Pajak Air Permukaan dan Pajak AIr Tanah Kriteria Parameter Kondisi Kebijakan yang ada Exsisting Hasil Studi Pengembangan Kebijakan PJL Pajak Air Permu- kaan Pajak Air Tanah Pajak Air Permu- kaan Pajak Air Tanah Kompo- nen Faktor SDA FKSDA:

1. Jenis Sumber Air Jsa,

seperti: Mata Air; Waduk Buatan; Sungai, Situ, Danau dan Rawa; dan Air Laut yang dimanfaat- kan di Darat

2. Zona Pengambilan

Zpa: Kritis, Aman, dan Rawan √ √ √ √ Kualitas Air Ksa: Kelas 1 A, Kelas 2 B, dan Kelas 3 C √ √ √ √

1. Lokasi Sumber Air

Lsa: 500 km 2 ≥ 500 km dan

2. Sumber Alternatif

Saa 2 √ √ √ √

1. Kondisi DAS Kdas:

Baik, Sedang, Rusak

2. Jenis Sumber Jsa:

Air Tanah Dalam Mata Air dan Air Tanah Dangkal √ √ √ √ Konservasi Lahan dan Air Kla √ √ Faktor Kelompok Pemanfaat atau Pengguna Air FKPA: 1. Perusahaan Air non PDAM: a. Kawasan Industri Air b. Perumahan c. Perusahaan Air Lainnya

2. Perusahan Air PDAM 3. Komponen Pemu-

lihan Volume Air: a. 1 – 500 m b. 501 – 1500 m 3 c. 1501 – 3000 m 3 d. 3001 – 5000 m 3

e. 5000 m

3 √ √ √ √ 3 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

4. Pembayaran Jasa Lingkungan PJL

√ √ 219 Implementasi kebijakan PJL dalam pengelolaan air minum air bersih di masyarakat desa, mekanisme dana dan pertanggungjawaban pembayaran jasa lingkungan secara diagram disajikan pada Gambar 6.9. Laporan Pertanggungjawan Penggunaan Dana PJL Partisipatif, Transparan dan Akuntabel Kontrol Ya Verifikasi Pajak Administrasi Pajak Tidak Sesuai Kontrol dan Pengendalian Gambar 6.9 Mekanisme PJL melalui U-PAM dan “GERMAT PAKRESA” Keterangan: : Alur Pengaliran Dana dan Pertanggungjawaban PJL : Alur Tembusan Laporan Pertanggungjawaban PJL : Alur Pemantauan dan Evaluasi Monitoring dan Evaluation : Alur Pengawasan dan Pengendalian Dinas ESDM KabKota Air Tanah; Balai PSDA Propinsi Air Permukaan Wajib Pajak Air dan PJL Wajib Pajak Keberatan PJL = 30-40 x NPA Proporsi Pembagian PJL 30-40 dari NPA untuk Desa PERDA Pajak Air dan PJL PERDES PJL Bank Penyalur Dana PJL LMD atau LSM Lembaga Penerima PJL Milik Publik: Unit Pelayanan Air Bersih Masyarakat U-PAM Mulai Gerakan Masyarakat Terpadu Menanam Pohon - Peduli Kawasan Resapan Air - “Germat Pakresa” Selesai Pemangku Kepentingan di Desa dan Kecamatan: LurahKepala DesaCamat; LSM; Tokoh Masyarakat; Nilai dan Modal Sosial Norma, Trust, Ikatan Sosial; Kearifan Lokal Kesejahteraan Masyarakat 220 Gambar 6.9 menjelaskan tentang mekanisme PJL baik secara alur pengaliran dana dan pertanggungjawaban PJL, alur pemantauaun dan evaluasi, serta alur pengawasan dan pengendalian. Mekanisme PJL menjelaskan bahwa pengembangan kebijakan PJL menerapkan kebijakan Pajak Daerah air tanah dan air permukaan UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang sekaligus terpadu dengan kebijakan ekonomi sumberdaya alam dan lingkungan dalam kerangka pembangunan berkelanjutan UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air dan UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, sehingga pembuatan peraturan daerah Gambar 6.8 agar disesuaikan dengan keberadaan ketiga undang-undang secara komprehensif, menyeluruh dan terpadu dengan perhitungan NPA yang lebih rasional, lebih adil dan merata, berbasis pengambilan dan pemanfaatan volume progresif dengan memperhatikan faktor komponen sumber daya alam, faktor komponen pemanfaat Tabel 6.1 terutama terkait dengan nilai PJL sebagai penerimaan normal sebesar 30 – 40 dari nilai perolehan air. Nilai proporsi sebesar 30 atau 40 dikembalikan kepada lingkungan melalui mekanisme PJL U-PAM berbasis Germat Pakresa dengan tujuan untuk mempertahankan kawasan resapan air, sehingga pengusahaan air berkelanjutan terlaksana dan memenuhi asas paradigma ekosentrisme. Proporsi 30 - 40 untuk masyarakat di hulu sejalan pula dengan konsepsi bahwa nilai proporsi PJL diperoleh sebesar 30 - 40 dari pendapatan Pajak Air yang diterima oleh Pemerintah Daerah KabupatenKota; hal ini sangat beralasan sesuai dengan pandangan bahwa air tidak lagi sebagai barang publik common-pool resources atau CPRs atau pandangan lain sebagai common property right CPR karena sifatnya open access, non pasar sehingga tidak memliki efisiensi –siapapun dapat menikmati surplus dari air– yang saat kini telah berubah menjadi private property right PPR yang memiliki unsur efisiensi karena adanya unsur persaingan dan orientasi pasar sehingga input yang digunakan efisien 221 sampai terjadi kondisi maksimum atas keberadaan surplus air tersebut. Hal yang lain telah dilakukan pula di Kabupaten Sukabumi sebesar 10 dari nilai perolehan air NPA yang diperlukan untuk biaya lingkungan. Apabila NPA yang berlaku saat ini merupakan hasil perhitungan berbasis faktor komponen sumberdaya alam FKSDA dan faktor kelompok pengguna air FKPA sebagaimana diuraikan pada Tabel 6.1 maka untuk tetap mempertahankan agar sumberdaya air berkelanjutan diperlukan adanya PJL sebesar 30 - 40 dari nilai perolehan air sebagaimana pula dikembangkan pada teori stumpage value sebagai sistem alami air dan hutan dikenakan prinsip nilai sewa ekonomi economic rent atas pengusahaan, pengambilan dan pemanfaatan sumberdaya air tersebut sebagai normal profit yang bersifat alami dalam kaidah sistem pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan. Pandangan responden terhadap pentingnya PJL, pada umumnya mengatakan sangat penting diterapkannya PJL sebagai dana kompensasi atas pemanfaatan sumberdaya air secara komersial untuk digunakan sebagai dana konservasi lahan dan air di daerah hulu sehingga wilayah resapan air dapat dipertahankan secara jangka panjang dan berkelanjutan. Harapan masyarakat di hulu sebagai penyedia jasa agar kebijakan PJL segera diaplikasikan mengingat -pengelolaan air minum di DAS Cisadane hulu, dominan swasta dan menganut antrproposentrisme motifnya semata untuk manfaat ekonomi- dan secara prinsip, air bersifat common pool resources CPRs sebagai karunia dan berkah bagi kehidupan karena air bersih hakekatNya milik Allah SWT yang dalam pengelolaannya diserahkan kepada Pemerintah dan dikuasai oleh Negara serta dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, sebagaimana tertuang pada UUD 1945 Pasal 33, ayat 3. Pemerintah Desa bersama Badan Perwakilan Desa BPD, termasuk lembaga musyawarah desa LMD, lembaga swadaya masyarakat LSM, masyarakat, dan pemangku kepentingan yang terkait untuk menyusun 222 Peraturan Desa Perdes yang substansinya membahas tentang mekanisme PJL terutama penerimaan dan pola pertanggungjawaban dana PJL yang bersifat partisipatif, transparan, dan akuntabel dengan mengembangkan kapasitas kelembagaan Gambar 6.9 serta pembentukan unit pelayanan air bersih masyarakat U-PAM melalui Gerakan Masyarakat Terpadu Menanam Pohon -Peduli Kawasan Resapan Air- Germat Pakresa, seluruh komponen pemangku kepentingan dapat melakukan pengendalian dan pengawasan program yang terjadi di lapangan. Para pemangku kepentingan yang terlibat dalam kelembagaan PJL hendaknya bersifat jujur dan amanah dalam menyikapi pentingnya pengelolaan sumberdaya air berbasis ekosentrisme dengan tetap menjunjung nilai moral, modal sosial norma, trust dan ikatan sosial dan kearifan lokal yang ada pada masyarakat. 223 VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan