Surplus, Defisit dan Neraca Air Sungai Cisadane

152 Fluktuasi tahunan Jumlah Curah Hujan, Jumlah Hari Hujan, dan Hujan Maksimum, periode yang lebih panjang 42 tahun 1967 – 2009 di wilayah DAS Cisadane disajikan pada Gambar 4.26. Gambar 4.26 Grafik Fluktuasi Tahunan Hujan Maksimum, Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan di DAS Cisadane Hulu, 1967-2009. Data Diolah. Sumber : Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air, Unit Pelaksana Teknis Dinas UPTD, Balai Pendayagunaan Sumber Daya Air BPSDA Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane, Maret 2010 Pengamatan di Stasiun Klimatologi Empang, Kota Bogor. Lampiran Tabel 4.3.

4.11 Surplus, Defisit dan Neraca Air Sungai Cisadane

Berdasarkan penelitian DAS-DAS di wilayah kerja BPDAS Citarum- Ciliwung 2007 bahwa pada musim kemarau DAS Cisadane relatif masih mengalami surplus dimana periode minimum hanya 2 bulan Juli – Agustus. Hal ini disebabkan karena di wilayah hulu DAS Cisadane, kondisi tutupan lahannya relatif lebih baik sehingga air hujan yang jatuh ke permukaan 153 masuk ke dalam kawasan resapan air yang berakibat akan mengurangi limpasan air permukaan. Sementara itu di wilayah yang berada di bagian Utara Jakarta dan Tangerang atau wilayah hilir sungai Cisadane mempunyai periode defisit yang panjang, yaitu sekitar 10 bulan dari bulan Maret – Desember. Keadaan ini disebabkan karena nilai limpasan permukaan di bagian ini lebih besar dibandingkan dengan wilayah hulu. Bagian wilayah lain yang juga mempunyai periode defisit Maret-Desember yang panjang adalah hulu Citarum atau Cekungan Bandung dengan penyebab yang sama, yaitu nilai limpasan permukaan yang besar. Kondisi ini menjadikan DAS Citarum merupakan DAS paling kritis dibandingkan dengan DAS yang lainnya, menyusul DAS Ciliwung defisit pada Mei-Desember karena baik di bagian hulu dan hilir mengalami periode defisit yang panjang, sehingga laju pengisian air tanah melalui proses infiltrasi tidak sebanding dengan jumlah air yang menjadi limpasan permukaan. Untuk kawasan DAS lainnya, periode defisit sebagian besar terjadi pada bulan April-September atau pada saat musim kemarau. Beberapa DAS yang tidak mempunyai periode defisit air adalah DAS Cibareno, DAS Cimandur, DAS Cimandiri, dan DAS Cihara BP DAS Citarum-Ciliwung 2007. Laju simpanan air water storage dS merupakan salah satu indikator untuk menilai surplus dan defisit air di suatu wilayah DAS. Nilai dS positifsurplus menunjukkan bahwa potensi pengisian air tanah besar dan sebaliknya nilai negatifdefisit menunjukkan tidak terjadi pengisian air tanah. Seperti halnya hasil perhitungan limpasan permukaan nilai dS ini juga dipetakan guna mengetahui sebaran surplusdefisit di wilayah BPDAS Citarum-Ciliwung. Sebaran bulanan kondisi laju penyimpanan air surplusdefisit di wilayah BPDAS Citarum-Ciliwung untuk DAS Cisadane yang digambarkan sebagai peta, sehingga kondisi rata-rata neraca air untuk masing-masing DAS dapat digambarkan sebagai grafik surplusdefisit yang 154 diperoleh dengan pembobot luas dari masing-masing poligon peta klasifikasi seperti yang tersaji pada grafik pada Gambar 4.27. CISADANE -80.0 -60.0 -40.0 -20.0 0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 bulan S ur pl us D ef is it m m bul an Gambar 4. 27 Grafik SurplusDefisit di DAS Cisadane Sumber : BPDAS Citarum-Ciliwung 2007 Periode defisit selama dua bulan di DAS Cisadane menunjukkan bahwa jumlah curah hujan efektif yang sampai di permukaan tidak dapat meresap ke dalam tanah, namun secara kumulatif dan keseluruhan wilayah hulu DAS Cisadane masih menunjukkan surplus karena kawasan tutupan lahan sebagai daerah resapan air relatif lebih baik sehingga masih mampu menyimpan air dalam bentuk air tanah, bahkan di beberapa tempat masih muncul ke permukaan berupa mata air sebagai sumber air baku untuk air minum. Untuk perbandingan DAS yang telah mengalami defisit yang cukup panjang melebihi enam bulan, misalnya terjadi di DAS Ciliwung dimana telah mengalami defisit selama delapan bulan Mei – Desember, puncak defisit pada bulan Juli, sebagaimana disajikan pada Gambar 4.28. Hal ini disebabkan karena wilayah tutupan lahan sebagai kawasan resapan air relatif kurang baik, sehingga pada saat musim hujan dengan intensitas curah hujan yang sangat tinggi terjadi limpasan air permukaan yang sangat besar 155 dan menimbulkan longsoran tanah permukaan yang menimbulkan tingginya tingkat kekeruhan dan sedimentasi di sungai Ciliwung dan sering menimbulkan banjir di wilayah hilirnya; namun sebaliknya pada saat musim kemarau, terjadi kekeringan pada aliran permukaannya, sehingga menimbulkan kesulitan dalam pengadaan air baku sebagai sumber air bersih bagi masyarakat terutama masih sangat dibutuhkan oleh PDAM Tirta Kahuripan yang menggunakan sungai Ciliwung pada musim kemarau sebagai sumber air baku. CILIWUNG -80.0 -60.0 -40.0 -20.0 0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 bulan Sur pl us D ef is it m m bul an Gambar 4. 28 Grafik SurplusDefisit di DAS Ciliwung Sumber : BPDAS Citarum-Ciliwung 2007 Periode defisit menunjukkan bahwa jumlah curah hujan efektif yang sampai di permukaan tidak dapat meresap ke dalam tanah, terutama bagi wilayah DAS dengan periode defisit yang lebih panjang dibandingkan dengan periode surplus serta kumulatifnya negatif, maka DAS tersebut kondisinya tidak terjadi pengisian air tanah. Namun apabila di wilayah tersebut masih terdapat aliran permukaan yang bersumber dari mata air, maka dapat dinyatakan air tersebut berasal dari cekungan air tanah CAT. Hal ini, misalnya diilustrasikan pada Gambar 4.28 sebagaimana yang terjadi 156 pada DAS Ciliwung. Dengan demikian untuk mengetahui keadaan wilayah telah mengalami surplusdefisit dalam laju penyimpanan air, maka dapat dinyatakan atau diketahui bahwa kawasan DAS-DAS tersebut dianggap belum atau telah kritis dalam konservasi sumberdaya air. Dapat dikatakan di DAS Cisadane hulu, bahwa berdasarkan pada penjelasan yang ada, maka untuk pengadaan air baku sebagai sumber air bersih atau air minum di DAS Cisadane secara kumulatif masih mengalami surplus dan dapat dinyatakan bahwa kawasan hulu DAS Cisadane relatif dianggap belum mengalami kritis defisit sumber daya air karena neraca air umumnya masih surplus. Hal ini berkaitan dengan kawasan tutupan lahan yang relatif masih baik, dalam hal ini tentunya terkait atau berkorelasi pula dengan kegiatan konservasi sumberdaya air, misalnya dengan melakukan penanaman pohon yang ada di kawasan hulu DAS Cisadane sehingga kondisi lingkungan tutupan lahannya masih terpelihara dengan baik. Komparasi kedua DAS Cisadane – Ciliwung dalam hal neraca air apakah keadaan sumberdaya airnya surplusdefisit merupakan gambaran yang nyata atas pentingnya pemeliharaan kawasan tutupan dengan menanam pohon untuk tetap menjaga keadaan resapan air sepanjang tahun dan berkelanjutan, sehingga baik pada musim hujan maupun musim kemarau tetap tersedia. Hal ini tentunya, perlu adanya keseimbangan daya dukung alami dengan tetap memelihara kawasan hulu DAS tersebut dengan konservasi ataupun restorasi lahan tutupannya. Berdasarkan data dari BPSDA selama 1999 – 2009, ternyata debit Sungai Cisadane neraca airnya masih mengalami surplus sepanjang tahun dalam setiap bulan baik pada musim kemarau maupun pada musim hujan dimana debit andalan masih lebih besar daripada debit kebutuhan akan air baku atau air bersih air minum, sebagaimana disajikan pada Gambar 4.29. 157 Gambar 4.29 Neraca Air Sungai Cisadane. Sumber : Balai PSDA Ciliwung – Cisadane, 2010. Data Diolah. Debit andalan sungai Cisadane yang selama ini mengalami surplus dibandingkan dengan debit kebutuhan air permukaannya, maka sejatinya dalam hal pemanfaatan air permukaan masih tetap dimungkinkan yang bisa jadi di daerah kawasan hulu di DAS Cisadane, pengaliran air bawah tanahnya relatif masih baik, terutama di daerah akuifer tertekannya dimana daerah akuifer tersebut mempunyai kemampuan tinggi dalam meresapkan air ke lapisan pengandung air di bawah tanah yang tentunya keadaan demikian berhubungan dengan keberadaan ketersediaan air permukaan di sepanjang sungai Cisadane yang ditunjukan oleh neraca air sungai Cisadane yang relatif surplus dibandingkan dengan kebutuhannya yang diperlihatkan oleh kurva debit andalan yang lebih tinggi daripada kurva debit kebutuhannya. 158

4.12 Kualitas Air Sungai Cisadane