Konsep Alokasi Air antara Harga Air dan Kelimpahan

50 Pada Gambar 2.8 dimana G menunjukkan pada keadaan dimana semula air tidak mempunyai harga dimana sejumlah air langsung digunakan dari sungai sehingga pada keadaan seperti ini biaya ekstraksi menjadi nol dengan tingkat kepuasan konsumen pada kurva D 1 . Kemudian kalau kurva permintaan bergerak ke atas menjadi D 2 maka semua permintaan yang ada pada tingkat harga nol tidak memberikan kepuasan, sehingga akan menekan harga bergerak menjadi P 1 dan seterusnya pada kondisi kurva permintaan D 3 yang mengakibatkan harga meningkat menjadi P 2 . Berdasarkan ilustrasi pada Gambar 2.5 tampak dengan terjadinya kelangkaan atas sumberdaya air, mengakibatkan penawaran atas sumberdaya air tersebut menjadi inelastis sempurna, begitu ada permintaan air yang sedikit saja maka harga secara cepat akan bergerak naik keatas, sebagaimana diilustrasikan adanya perubahan harga air dari P menjadi P 1 dan seterusnya menjadi P 2

2.10 Konsep Alokasi Air antara Harga Air dan Kelimpahan

. Konsep alokasi air dengan keadaan suplai air berlimpah dan permintaan tetap, maka akan terjadi kenaikan atas jumlah air yang diminta atau dikonsumsi, sehingga harga air menjadi turun dari P menjadi P 1 sebagaimana pada Gambar 2.9 sehingga kebutuhan air bertambah dari G menjadi G 1 . Namun dalam jangka panjang bila pemanfaatan sumberdaya tidak dikelola dengan baik dan benar secara berkelanjutan dengan menggunakan instrumen ekonomi lingkungan dapat mengakibatkan terjadinya kekurangan defisit air sejumlah G – G 1 . Dengan demikian pengelolaan sumberdaya air dalam jangka panjang dimana air sebagai produk maka pengelolaannya harus ramah lingkungan, sehingga air menjadi komoditas yang bersifat green product berupa air minum yang memenuhi kaidah kesehatan dan sertifikasi halal yang dapat langsung diminum sesuai dengan target yang regulasinya diatur dalam PP Nomor : 16 Tahun 2005, Pasal 78 ayat 3 dan memenuhi sasaran Millenium Development Goals MDGs yaitu meningkatnya akses pelayanan penyediaan air mencapai 80 51 sebagai cakupan pelayanan pada masyarakat di wilayahnya masing- masing pada tahun 2015 dalam pengelolaan air minum yang berkelanjutan. Harga Rp. D P P O G 1 G 1 Unit Air m 3 Dalam enam tahun terakhir, inisiatif pengembangan mekanisme pembayaran jasa lingkungan di Indonesia secara sistematis telah dikembangkan oleh instansi pemerintah pusat dan daerah bekerjasama dengan lembaga swadaya masyarakat LSM nasional dan internasional, seperti : LP3ES Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial, WWF the World Wildlife Fund, RUPES Rewarding Upland Poor for Environmental Service They Provide-ICRAF the World Agroforestry Center. Menurut ICRAF 2003 ada sekitar 84 lokasi yang dipandang sangat potensial sebagai wilayah pengembangan jasa lingkungan di Indonesia baik dalam bentuk biodiversity, watershed protection, landscape beauty maupun carbon sequestration. Menurut Arifin 2005 di beberapa tempat ada 6 lokasi sedang melakukan sebuah proses pentingnya mekanisme pembayaran jasa lingkungan, yaitu : di Singkarak, Sumatera Barat; di Setulang, kabupaten Bungo, Jambi; di Malinau, Kalimantan Timur, di Sumberjaya, Lampung, di DAS Cidanau, Banten; di Halimun, Jawa Barat; dan di Rinjani, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat. tahun Gambar 2.9 Hubungan antara Harga Air dan Kelimpahan Air

2.11 Perkembangan Pembayaran Jasa Lingkungan di Indonesia