Analisis ketersediaan dan pemakaian air minum

82

3.7 Pengolahan Data

Data yang terkumpul baik yang bersifat kualitatif diolah secara deskriptif; sedangkan pengolahan data kuantitatif menggunakan software komputer. Dalam hal ini pengolahan dan analisis data dilakukan dengan bantuan paket program software SPSS versi 17. Sedangkan pengolahan dan analisis data dalam proses AHP dalam penelitian ini menggunakan perangkat lunak Criterium Decision Plus CDP version 3.04s.

3.8 Analisis Penelitian

Penelitian ini dibagi dalam beberapa bagian yaitu : 1 Analisis ketersediaan dan kebutuhan air minum masyarakat melalui SPAM PDAM Tirta Pakuan dan PDAM Tirta Kahuripan, 2 Analisis Perilaku masyarakat untuk melakukan konservasi lahan dan air, 3 Analisis WTP dan WTA 4 Menetapkan besaran nilai dana kompensasi konservasi sumber air minum dari pengguna air minum untuk penyedia jasa lingkungan di daerah hulu, 5 Analisis Kebijakan PJL berbasis ramah lingkungan dalam bentuk pilihan kebijakan dengan AHP yang merekomendasikan pentingnya mekanisme pembayaran jasa lingkungan

3.8.1 Analisis ketersediaan dan pemakaian air minum

Dalam mengukur ketersediaan dan pemanfatan sumber air baku akan dilakukan dari data sekunder instansi terkait di DAS Cisadane Hulu yang terkait dengan daerah tangkapan air. Dengan PDAM Tirta Pakuan tentang sumber intake Ciherang Pondok, Cipaku dan 4 sumber air baku: mata air Kota Batu, Tangkil, Palasari, dan Bantar Kambing; pada PDAM Tirta: mata air Ciburial dan Cibedug maupun pada perusahaan perorangan dan badan usaha swasta yang mengelola pengembangan SPAM dan pengelolaan air minum curah dan AMDK; dalam hal ini menggunakan data primer lembaga pengelola air minum atau SPAM yang bersangkutan dengan wawancara kuesioner atau menggunakan data sekunder dari lembaga. 83 Pendekatan perhitungan jumlah ketersediaan air tanah dilakukan dengan pendekatang perhitungan hidrologi, yaitu: Q inf dimana : Q = e x P x A x 0.001 inf : Infiltrasi atau pengisian air tanah juta m 3 e : Koefisien infiltrasi air tanah tanpa satuan per tahun P : Curah hujan tahunan rata-rata mm per tahun A : Luas daerah tampungan air km 2 Pengukuran kuantitas debit air dilakukan untuk mendapatkan data tentang debit air m 3 Adapun untuk mengetahui kualitas air, menggunakan data sekunder dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup, Bappeda, perusahaan pengelola air minum atau instansi lainnya terkait, misalnya untuk mengamati parameter fisik misalnya bau, jumlah zat terlarut, kekeruhan, TSS, rasa, suhu, dan warna. Parameter kimia misalnya COD, kandungan besi, kesadahan, khlorida, mangan, natrium, pH, sulfat, dan zat organik. Parameter biologi misalnya kandungan bakteri e-coli, dan BOD. Hasil analisis kualitas air selanjutnya dibandingkan dengan kriteria baku mutu air minum yang mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416 Tahun 1990 yang landasannya adalah PP Nomor 16 Tahun 2005 tentang SPAM yang dalam Pasal 6 ayat 1 menyebutkan bahwa air minum yang dihasilkan SPAM yang digunakan oleh masyarakat pengguna atau pelanggan harus memenuhi kualitas pada PP Menteri Kesehatan tersebut. detik yang berada pada sumber air baku, seperti intake Ciherang Pondok, maupun yang ada di tiga lokasi sumber mata air yaitu: Kota Batu, Tangkil, dan Bantar Kambing, juga dilakukan terhadap pada mata air lainnya, seperti mata air Ciburial. Pemakaian dalam pemanfaatan sumberdaya air untuk keperluan air minum oleh para pengusaha, berupa data riil pemakaian air diperoleh dengan cara melakukan survai danatau wawancara langsung dengan para pengelola air minum baik pada perusahaan perorangan, badan usaha 84 swasta ataupun PDAM di lokasi studi dalam pengelolaan air curah, air minum dalam kemasan AMDK maupun air bersih atau air minum PDAM.

3.8.2 Analisis neraca air baku air minum