Kebijakan Lingkungan Pengembangan kebijakan pembayaran jasa lingkungan dalam pengelolaan air minum studi kasus DAS Cisadane Hulu

25 Permukaan: Sungai, danau atau waduk. Sementara itu potensi air angkasa air hujan tercakup dalam pembahasan potensi air permukaan. Artinya air tanah yang terdapat pada permukaan tanah tidak termasuk air laut yang berada di laut maupun di darat. Keberadaan tentang sumber-sumber air permukaan maupun air tanah telah didefinisikan pada Peraturan Pemerintah PP No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, dimana sumber air didefinisikan sebagai wadah air yang terdapat di atas permukaan seperti sungai, rawa, danau, situ, waduk, dan muara, serta yang di bawah permukaan termasuk dalam pengertian ini akuifer dan mata air.

2.3 Kebijakan Lingkungan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Ali et al. 1995 bahwa kebijakan dijelaskan sebagai rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis dan dasar rencana dalam pelaksanaan pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak baik pemerintah, organisasi, lembaga masyarakat, dan lembaga lainnya. Menurut Sanim 2005 kebijakan adalah peraturan yang telah dirumuskan dan disetujui untuk dilaksanakan guna mempengaruhi suatu keadaan mempengaruhi pertumbuhan baik besaran maupun arahnya yang melingkupi kehidupan masyarakat umum. Artinya terjadi campur tangan pemerintah baik pusat ataupun daerah yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi sektoral magnitude dan arahnya maupun lintas sektor dari suatu aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat. Mustopadidjaja 1992 menjelaskan bahwa istilah kebijakan lazim digunakan dalam kaitannya dengan tindakan atau kegiatan pemerintah, serta perilaku negara pada umumnya dan kebijakan tersebut dituangkan dalam berbagai bentuk peraturan; Menurut Nurcholis 2007 pengertian kebijakan mempunyai 4 ciri penting, yaitu 1 kebijakan adalah suatu tindakan pemerintah yang mempunyai tujuan menciptakan kesejahteraan 26 masyarakat; 2 kebijakan dibuat melalui tahap-tahap yang sistematis sehingga semua variabel pokok dari semua permasalahan yang akan dipecahkan tercakup; 3 kebijakan harus dapat dilaksanakan oleh unit organisasi pelaksana; dan 4 kebijakan perlu dievaluasi sehingga diketahui berhasil atau tidaknya dalam menyelesaikan masalah. Menurut Keban 2004 kebijakan berarti menunjukkan adanya serangkaian alternatif yang siap dipilih berdasarkan prinsip-prinsip tertentu. Menurut Hogwood dan Gunn 1986 dalam Wahab 2008 kebijakan mempunyai makna: 1 kebijakan sebagai sebuah lebel atau merk bagi suatu bidang kegiatan pemerintah; 2 kebijakan sebagai suatu pernyataan mengenai tujuan umum atau keadaan tertentu yang dikehendaki 3 kebijakan sebagai usulan-usulan khusus; 4 kebijakan sebagai keputusan- keputusan pemerintah; 5 kebijakan sebagai bentuk otorisasi atau pengesahan formal; 6 kebijakan sebagai program; 7 kebijakan sebagai keluaran; 8 kebijakan sebagai hasil akhir; 9 kebijakan sebagai teori atau model; 10 kebijakan sebagai proses. Berdasarkan definisi kerja, makna kebijakan adalah keputusan suatu organisasi guna mengatasi permasalahan tertentu berupa keputusan atau untuk mencapai tujuan tertentu, berisikan ketentuan-ketentuan yang dapat dijadikan pedoman perilaku dalam 1 pengambilan keputusan lebih lanjut, yang harus dilakukan baik kelompok sasaran ataupun unit organisasi pelaksana kebijakan 2 penerapan atau pelaksanaan dari suatu kebijakan yang telah ditetapkan baik dalam hubungan dengan unit organisasi pelaksana maupun kelompok sasaran. Dye 1996 menjelaskan bahwa kebijakan publik adalah apapun yang dipilih atau dikembangkan oleh lembaga atau badan-badan usaha mililk pemerintah dan pejabat-pejabat pemerintah. Berdasarkan pendapat Dye tersebut maka semua pilihan atau tindakan yang dilakukan oleh pemerintah disebut kebijakan publik, baik untuk melakukan sesuatu ataupun untuk tidak berbuat sesuatu. Karena itu untuk keberhasilan suatu kebijakan diperlukan suatu perencanaan kebijakan yang benar, sebagaimana dijelaskan Badjuri et 27 al. 2002 dalam Nurcholis 2007 bahwa pengertian perencanaan kebijakan publik setidaknya mengandung makna: 1 merupakan proses menentukan dan mengatur persoalan publik dalam rangka mencapai kesejahteraan bersama, 2 merupakan proses merumuskan keputusan yang diambil untuk mengurus masalah-masalah publik, 3 merupakan pengaturan permasalahan umum yang hanya bisa dilakukan oleh lembaga organisasi publik atau Badan Usaha Milik Negara atau Daerah yang sah, dan 4 memiliki dimensi yang luas. Oleh karena itu perencanaan tentang kebijakan publik harus dilaksanakan secara baik, matang, fokus, terarah, dan terorganisir melalui kegiatan analisis kebijakan. Analisis kebijakan diartikan sebagai suatu bentuk analisis yang menghasilkan dan menyajikan informasi sedemikian rupa sehingga memberikan landasan bagi pembuat kebijakan dalam mengambil keputusan. Dunn 2000 menjelaskan bahwa analisis kebijakan merupakan suatu alat yang mensintesiskan informasi untuk dipakai dalam merumuskan alternatif dan preferensi kebijakan yang dinyatakan secara komparatif dan diramalkan sebagai landasan dalam pengambilan keputusan; sehingga analisis kebijakan yang sedang dilaksanakan maka prosedur pengkajiannya meliputi: a pemantauan kebijakan, 2 evaluasi kebijakan, 3 ramalan masa depan kebijakan, dan 4 merekomendasikan kebijakan. Dengan demikian pengertian analisis kebijakan, diartikan sebagai analisis terhadap kebijakan publik dan dapat diaplikasikan pada kebijakan lingkungan. Menurut Sanim 2005 bahwa dalam menetapkan analisis kebijakan lingkungan diperlukan adanya perumusan kebijakan yang prosesnya melalui tahapan input – proses – output dan menghasilkan umpan balik. Pada perumusan input kebijakan perlu diperhatikan hal-hal yang terkait dengan identifikasi masalah, persepsi, perlunya pengorganisasian, tuntutan, dukungan dan keluhan atas suatu masalah yang berkembang. Adapun proses kebijakannya meliputi regulasi, distribusi, redistribusi, kapitalisasi dan nilai-nilai etika. Kemudian menghasilkan output yang faktor-faktornya 28 berupa aplikasi dalam penegakan hukum, melakukan interpretasi, evaluasi, legitimasi dan melakukan modifikasi atau penyesuaian guna peningkatan efektivitas kebijakan. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Hogwood dan Gunn 1986 dalam Wahab 2008 bahwa analisis kebijakan itu sebagai proses kebijakan yang meliputi tahap-tahap: 1 penyusunan agenda; 2 perumusan kebijakan; 3 implementasi kebijakan; 4 evaluasi kebijakan; 5 perubahan kebijakan; 6 pengakhiran kebijakan dan kembali berulang. Menurut Djajadiningrat 1997 bahwa analisis kebijakan lingkungan analysis of environmental policies harus mempunyai sasaran untuk menyelesaikan atau mengurangi masalah lingkungan karena suatu kebijakan lingkungan itu hanya akan relevan jika kebijakan itu ditujukan pada penyebab masalahnya. Menurut Dunn 2000 bahwa dengan adanya analisis kebijakan dapat diharapkan menghasilkan informasi dan argumen-argumen yang masuk akal, yaitu: 1 nilai yang pencapaiannya merupakan tolok ukur utama untuk melihat apakah masalah telah teratasi, 2 fakta yang keberadaannya dapat membatasi atau meningkatkan pencapaian nilai, dan 3 tindakan yang penerapannya untuk menghasilkan pencapaian nilai-nilai.

2.4 Jasa Lingkungan dan Kelembagaan Jasa Lingkungan