Mata Air Pengembangan kebijakan pembayaran jasa lingkungan dalam pengelolaan air minum studi kasus DAS Cisadane Hulu

133

4.7 Mata Air

Mata air adalah air tanah yang muncul ke permukaan tanah secara alami. Pemunculan mata air secara alami tersebut dapat diakibatkan karena pemancungan topografi ataupun akibat adanya rekahan atau patahan seperti dapat dilihat pada Gambar 4.8 dan Gambar 4.9. Gambar 4.8 Model Pemunculan Mata Air Akibat Pemacungan Topografi Gambar 4.9 Model Pemunculan Mata Air Akibat Struktur Patahan 134 Mata air umumnya dijumpai pada lereng dan kaki daerah perbukitan, baik perbukitan landai maupun terjal, baik sebagai akibat pemancungan topografi Gambar 4.8 maupun struktur patahan Gambar 4.9, sebagaimana diilustrasikan dalam penelitian ini Gambar 4.10 yang tampak sangat bersih, jernih, bening, dan berembun. Meskipun demikian mata air juga sering dijumpai pada daerah dataran. Di Kabupaten Bogor yang termasuk dalam Cekungan Air Tanah Bogor, mata air dengan debit yang cukup besar umumnya dijumpai pada daerah perbukitan endapan vulkanik muda atau di sekitar kaki bukit Gunung Pangrango dan Gunung Salak. Daerah luahan alamiah pemunculan mata air pada cekungan air tanah Bogor adalah berdasarkan data-data keterdapatan mata air alamiah yang ditampakannya; dalam hal ini, mata air alamiah tersebut banyak dijumpai pada lereng Gunung Salak dan Gunung Pangrango yang mengindikasikan terdapatnya potensi air bersih yang cukup tinggi. Potensi air bersih yang bersumber dari mata air di kedua lereng Gunung tersebut, kuantitas dan kualitas airnya sangat dipengaruhi oleh curah hujan, morfologi, dan tumbuhan penutupnya. Dengan kata lain kuantitas dan kualitas mata air sangat tergantung kepada kondisi geologi dan hidgeologi ataupun karakteristik batuan yang berada di sekitar pemunculan mata air yang bersangkutan. Daerah pada bukit atau lereng Gunung Salak dan Gunung Pangrango yang mengindikasikan terdapatnya potensi air bersih yang cukup tinggi tersebut menarik bagi para pemanfaat atau pengusaha dalam pengelolaan air minum. Potensi sumber air baku untuk keperluaan air minum mengundang pengusaha besar, menengah ataupun kecil termasuk pengusaha perorangan yang melakukan investasi dalam pengelolaan air baku menjadi air minum. Pengusaha perorangan banyak bergerak di bidang pengusahaan air curah yang merupakan bahan untuk pengisian air ulang gallon, sedangan pengusaha besar dan menengah berinvestasi pada pengelolaan air minum dalam kemasan AMDK. 135 Gambar 4.10 Sumber Mata Air di Desa Bojong Murni, Kecamatan Ciawi di Kaki Gunung Pangrango, April 2010 Foto Milik Peneliti 10 April 2010 Pemunculan mata Air Akibat Struktur Patahan Mata Air Keluar Pengaliran Air ke Bak Air dengan Penyaringan Mata Air Keluar Bak Penampungan Air Bersih Minum dari Mata Air 136 Mata air dengan debit mata air paling besar dijumpai pada lereng Gunung Salak adalah mata air Ciburial 507 ldetik tahun 2005 namun terus menurun menjadi 475 ldetik tahun 2009 dengan rata-rata pertumbuhan tahunan yang negatif sebesar -1.30 2005 – 2009 yang dikelola oleh PDAM Tirta Kahuripan Kabupaten Bogor; sedangkan yang dikelola oleh PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor adalah mata air Kota Batu 70 ldetik, mata air Tangkil 170 ldetik 2007 dan mata air Bantar Kambing pada tahun 2005 mencapai 170 ldetik lalu menurun 153 ldetik 2007 dan mata air Palasari 50 ldetik 2009. Kondisi terakhir untuk ketiga mata air yaitu mata air Ciburial, mata air Tangkil, dan mata air Bantar Kambing pada tahun 2009 debitnya telah menurun seiring berjalannya waktu dan pemakaiannya juga sudah optimum berturut-turut adalah 475 ldet, 128 ldet, dan148 ldet. Data debit mata air di PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor berfluktuasi baik itu pada Mata Air Tangkil, Mata Air Bantar Kambing maupun Mata Air Kota Batu selama tahun 2009, sebagaimana disajikan pada grafik Fluktuasi Debit Ketiga Mata Air tersebut, pada Gambar 4.11. JAN FEB MAR APRL MEI JUN JUL AGS SEPT OKT NOV DES M.A Kota Batu 56 52 44 45 47 50 47 49 54 54 57 53 M.A Bantar Kambing 141 141 134 148 152 157 156 159 156 151 151 136 M.A Tangkil 120 131 136 145 146 148 148 145 145 140 145 135 - 20 40 60 80 100 120 140 160 180 D EB IT , L D ET FLUKTUASI DEBIT MATA AIR Debit Minimum M.A Bantar Kambing, Q = 134 Ldet Debit Minimum M.A Bantar Kambing, Q = 134 Ldet Debit Minimum M.A Tangkil, Q = 120 Ldet Gambar 4.11 Fluktuasi Debit Bulanan Mata Air Bantar Kambing, Mata Air Tangkil dan Mata Air Kota Batu selama Tahun 2009. Sumber : Masterplan Sistem Penyediaan Air Minum SPAM : Laporan Akhir. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Kota Bogor. Bappeda 2009. 137 Berdasarkan grafik diatas terlihat debit setiap Mata Air berubah setiap bulannya dengan rata-rata debit 148,50 m 3 per bulan dengan debit minimal pada Maret sebesar 134 m 3 per bulan dan total per tahun 1.782 m 3 pada mata air Bantar Kambing, kemudian rata-rata debit 140,33 m 3 per bulan dengan debit minimal pada Januari sebesar 120 m 3 per bulan dan total per tahun 1.684 m 3 pada mata air Tangkil, serta rata-rata debit 50,67 m 3 per bulan dengan debit minimal pada Maret sebesar 44 m 3 per bulan dan total per tahun 608 m 3 pada mata air Kota Batu. Dengan demikian total debit Mata Air untuk Kota Bogor yang berada pada tanggungjawab PDAM Tirta Pakuan adalah 298 literdet per bulan. Berdasarkan data debit bulanan dari ketiga mata air pada Gambar 4.11 selanjutnya secara kumulatif dijumlahkan untuk mengetahui potensi debit yang digunakan oleh PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor yang bersumber dari mata air di DAS Cisadane hulu sebagaimana disajikan pada Gambar 4.12. Tampak bahwa fluktuasi debit sumber air baku dari mata air di Kota Bogor mengalami fluktuasi tajam dan kecenderungannya mengalami penurunan sepanjang tahun. Gambar 4.12 Fluktuasi Debit Bulanan Mata Air PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor Tahun 2009 Data Diolah. Data lapangan, hasil wawancara dan data sekunder dari unit instalasi Produksi Ciburial PDAM Tirta Kahuripan Kabupaten Bogor diperoleh data debit mata air Ciburial per bulan selama tahun 2005 – 2009, sebagaimana 138 disajikan pada Gambar 4.13. Instalasi mata air Ciburial yang lokasinya terdapat di Pintu Ledeng, Ciomas dibangun oleh Belanda sejak tahun 1922 yang secara keseluruhannya memiliki 10 titik mata air. Gambar 4.13 Fluktuasi Debit Bulanan Mata Air Ciburial Pintu Ledeng, Ciomas selama Tahun 2005 - 2009. Sumber : Data Debit Bulanan nstalasi Ciburial. Bagian Unit Instalasi Produksi Ciburial. Hasil Penelitian. Data Diolah. Debit mata air Ciburial dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi dan kecenderungannya terus menurun selama periode 2005 - 2009, sebagaimana disajikan pada Gambar 4.14. Gambar 4.14 Rata-rata Debit Tahunan Mata Air Ciburial, Pintu Ledeng, Ciomas, PDAM Tirta Kahuripan Kabupaten Bogor selama Tahun 2005 - 2009. Sumber : Data Debit Bulanan Instalasi Ciburial. Bagian Unit Instalasi Produksi. Hasil Penelitian. Data Diolah. 139 Gambaran empiris tentang mata air yang dikelola oleh PDAM Tirta Pakuan dan Tirta Kahuripan di DAS Cisadane hulu secara umum dari tahun ke tahun mengalami penurunan debit air. Data sekunder tentang mata air telah dilakukan oleh lembaga penelitian lain, diantaranya beberapa penelitian tentang keberadaan potensi mata air di DAS Cisadane hulu dilakukan oleh BP DAS Citarum – Ciliwung. Hasil penelitian tentang potensi mata air oleh BP DAS Citarum – Ciliwung 2007, disajikan pada Lampiran Tabel 41 menyebutkan bahwa di DAS Cisadane terdapat 3 tiga kelompok mata air, yaitu : 1 Mata Air termasuk Kategori Sangat Prioritas Skor 80, terdapat lima mata air butir 1 – 5, yaitu mata air Curuggalong, Basbak, Cocok, Ciburial, dan Cimulang; 2 Mata Air termasuk Kategori Prioritas Skor 61 - 80 terdapat 40 mata air butir 6 – 45, antara lain Tirta Pangrango, Babakan, dan Ciaul; dan 3 Mata Air termasuk Kategori Agak Prioritas Skor = 60 terdapat 13 mata air butir 46 – 58, antara lain Gunung Bunder, Keroncong, Sukajadi. Gambaran tentang Mata Air di DAS Cisadane hulu yang terbagi menjadi tiga kategori secara lengkap diperlihatkan pada Lampiran Tabel 4.1 dan secara ringkas pada Tabel 4.6. Tabel 4.6 Kategori Mata Air di DAS Cisadane Hulu No. Kategori Mata Air Jumlah Mata Air Nilai Skor 1. Sangat Prioritas 5 80 2. Prioritas 40 61 – 80 3. Agak Prioritas 13 61 Jumlah 58 Sumber : BP DAS Citarum – Ciliwung 2007. Data Diolah. Disamping terdapatnya atau teridentifikasi mata air di sepanjang DAS Cisadane pada hasil penelitian yang dilakukan oleh BPDAS Citarum – Ciliwung 2007 seperti yang telah diuraikan, kemudian dalam penelitian ini dilakukan pula identifikasi mata air di lokasi penelitian DAS Cisadane Hulu berdasarkan wawancara dan data sekunder meliputi 6 Kecamatan: yaitu Ciawi, Caringin, Cijeruk, Cigombong, Tamansari, dan Ciomas, yang telah dimanfaatkan atau diusahakan oleh para pengguna baik secara perorangan, 140 badan usaha swasta maupun oleh perusahaan daerah air minum PDAM, ternyata terdapat 41 perusahaan pengambil Air Bawah Tanah ABT dengan 55 titik mata air, sebagaimana disajikan pada Tabel 4.7. Tabel 4.7 Kapasitas Terpasang Mata Air yang Dimanfaatkan di DAS Cisadane Hulu, 2010 No. Kecamatan Kapasitas Terpasang Jumlah Titik Mata Air m 3 ldet hari 1. Ciawi 4 640 53.70 13 2. Caringin 11 448 132.50 7 3. Cijeruk 35 117 406.45 14 4. Cigombong 4 300 49.77 9 5. Tamansari 714 8.26 6 6. Ciomas 65 316 756 6 Jumlah 121 535 1 406.66 55 Sumber : Dinas ESDM Kabupaten Bogor. Maret 2010. Data Diolah. Berdasarkan Tabel 4.7 bahwa kapasitas terpasang sumber mata air sebagai sumber air baku untuk pemanfaatannya sebagai air bersih atau air minum, berturut-turut di Kecamatan Ciawi, Caringin, Cijeruk, Cigombong, Tamansari, dan Ciomas adalah 4.640 m 3 hari, 11,448 m 3 hari, 35.117 m 3 hari, 4.300 m 3 hari, 714 m 3 hari, dan 65.316 m 3 hari. Dengan demikian kapasitas debit terpasang total di lokasi penelitian DAS Cisadane Hulu adalah 121.535 m 3 hari atau 1.406,66 literdetik. Gambaran secara grafis jumlah titik mata air di lokasi studi DAS Cisadane hulu dibandingkan disandingkan dengan DAS lainnya disajikan pada Gambar 4.15 Gambar 4.15 Keragaan Jumlah Titik Mata AIr di DAS Cisadane, 2009 141 Gambar 4.15 menunjukkan bahwa jumlah titik mata air di DAS Cisadane hulu bila dibandingkan dengan jumlah titik di seluruh DAS Cisadane mencapai 85.94, sedangkan bila dibandingkan dengan seluruh titik mata air di Kabupaten Bogor, maka proporsinya adalah 64.71 sementara DAS lainnya sekitar 35.29. Artinya lokasi penelitian di DAS Cisadane hulu yang mempunyai 55 titik mata air merupakan jumlah yang signifikan atau berarti karena merupakan bagian dari 64.71 dibandingkan dengan seluruh titik mata air di Kabupaten Bogor pada akhir Desember 2009. Data BP DAS Citarum-Ciliwung 2007 Tabel 4.4 menyatakan 58 titik mata air, sedangkan data DESDM 2009 85 titik mata air, sehingga selama 2 tahun mengalami penambahan 27 titik mata air 31.76.

4.8 Kondisi Iklim