100
3.8.6 Proses hierarki analitik Teknik Analytical Hierarchy Process AHP merupakan salah satu
teknik análisis yang dapat digunakan dalam pengambilan suatu keputusan dalam kebijakan kelembagaan SPAM. AHP dikembangkan untuk memodelkan
problema-problema tak terstruktur, untuk bidang ekonomi, sosial, edikologi,
maupun sains manajemen. AHP dikembangkan untuk mengorganisasikan
dan memilih alternatif yang paling disukai. Dengan menggunakan AHP, persoalan yang akan dipecahkan dalam kerangka berpikir terorganisir,
sehingga memungkinkan dapat diekspresikan untuk mengambil keputusan yang efektif. Selain itu sumber kerumitan masalah dalam pengambilan
keputusan tidak hanya disebabkan oleh ketidakpastian atau ketidaksempurnaan informasi, penyebab lain adalah banyaknya faktor yang
berpengaruh terhadap pilihan-pilihan yang ada, beragamnya kriteria pilihan, dan pengambilan keputusan lebih dari satu, maka AHP merupakan teknik
yang tepat untuk menyelesaikannya. Menurut Marimin 2005 menggunakan AHP banyak keunggulan dalam menjelaskan proses pengambilan keputusan
karena dapat digambarkan secara grafis, sehingga mudah dipahami oleh semua pihak yang terlibat dalam pengambilan keputusan.
Proses hirarki analitik atau AHP memungkinkan untuk mengambil keputusan yang efektif atas persoalan yang kompleks dengan jalan
menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan. Pada dasarnya metoda ini adalah memecahkan situasi yang komplek, tidak
terstruktur ke dalam bagian-bagian komponennya, menata bagian atau variabel dalam suatu susunan hirarki, memberi nilai numerik pada
pertimbangan subyektif tentang relatif pentingnya setiap variabel dan mensintesis berbagai pertimbangan untuk menetapkan variabel mana yang
memliki prioritas yang paling tinggi dan bertindak mempengaruhi hasil pada situasi tersebut Saaty 1986.
Proses keputusan yang komplek dapat diuraikan menjadi keputusan lebih kecil yang dapat ditangani dengan mudah oleh AHP, selain itu AHP juga
101 menguji konsistensi penilai, bila terjadi penyimpangan yang terlalu jauh dari
nilai konsistensi sempurna, maka hal ini menunjukkan bahwa penilaian perlu
diperbaiki atau hirarki harus distruktur ulang. Prinsip AHP adalah
penyederhanaan suatu persoalan kompleks yang tidak terstruktur, stratejik, dan dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta menata dalam suatu hierarkhi
Eriyatno et al. 2007. Tingkat kepentingan setiap variabel diberi nilai numerik secara subjektif tentang arti penting variabel tersebut secara relatif
dibandingkan dengan variabel yang lain. Dari berbagai pertimbangan tersebut kemudian dilakukan sintesis untuk menetapkan variabel yang
memiliki prioritas tinggi dan berperan mempengaruhi hasil pada sistem tersebut.
Prinsip kerja AHP meliputi penyusunan hirarkhi atau decomposition, penilaian kriteria dan alternatif atau comparative judgement, penentuan
prioritas atau synthesis of priority, dan konsistensi logis atau logical consistency. Pengunaan hierarkhi dalam pengambilan keputusan
mempunyai beberapa keuntungan, antara lain: 1. Penyajian sistem secara hirarkhi dapat digunakan untuk menjelaskan
bagaimana perubahan-perubahan prioritas pada level atas mempengaruhi pada elemen-elemen di bawahnya. Dalam melakukan
decomposition berarti memecahkan persoalan menjadi unsur-unsurnya. Apabila ingin mendapatkan hasil yang akurat maka pemecahan masalah
dilakukan terhadap unsur-unsurnya sampai tidak mungkin dilakukan pemecahan lebih lanjut.
2. Hirarkhi memberikan banyak informasi yang lengkap pada struktur dan fungsi suatu sistem dalam level yang lebih rendah dan memberikan
gambaran tentang pelaku-pelaku dan tujuan-tujuan pada level yang lebih tinggi. Elemen-elemen kendala yang terbaik disajikan pada level yang
lebih tinggi untuk menjamin bahwa kendala-kendala tersebut diperhatikan. Dengan kata lain comparative judgement berarti membuat
penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat
102 tertentu dalam kaitannya dengan tingkat diatasnya. Penilaian ini
merupakan inti dari AHP karena akan berpengaruh terhadap prioritas elemen-elemen. Hasil dari penilaian akan lebih baik bila disajikan dalam
bentuk matrik yang dinamakan matrik pairwise comparison. 3. Synthesis of priority dari setiap matrik pairwise comparison kemudian
dicari eigenvectornya untuk mendapatkan local priority dan kemudian harus dilakukan sintesa diantara local priority tersebut atau diperlukan
adanya sistem alamiah yang disusun secara hirarkhi, yaitu dengan membangun konstruksi modul dan akhirnya menyusun rakitan modul-
modul tersebut secara keseluruhan sekaligus. Logical consistency berarti perlu konsistensi yang mengandung dua
makna. Pertama, obyek-obyek yang serupa dikelompokan sesuai dengan keseragaman dan relevan. Kedua, adalah menyangkut tingkat hubungan
antara obyek-obyek berdasarkan pada kriteria tertentu. Dengan demikian hierarkhi lebih mantap stabil atau fleksibel. Stabil dalam arti bahwa
perubahan-perubahan kecil mempunyai efek yang kecil dan lentur diartikan bahwa penambahan untuk mendapatkan suatu hierarkhi yang terstruktur
baik tidak mengganggu unjuk kerjanya. Tahapan terpenting dalam analisis adalah penilaian dengan teknik
komparasi berpasangan pairwise comparison terhadap elemen-elemen pada suatu tingkatan hierarkhi. Penilaian dilakukan dengan memberikan
bobot numerik dan membandingkan antara satu elemen dengan elemen lainnya. Selanjutnya adalah melakukan sintesa terhadap hasil penilaian tadi
untuk menentukan elemen mana yang memiliki prioritas tertinggi dan terendah. Menurut Saaty 1980, untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9
adalah skala terbaik dalam mengekspresikan pendapat. Nilai dan definisi pendapat kualitiatif skala dasar perbandingan Saaty disajikan pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Nilai Skala Dasar Perbandingan Saaty dalam AHP Nilai Skala
Keterangan
103 1
KriteriaAlternatif A sama pentingnya dengan B 3
A sedikit lebih penting dari B 5
A jelas lebih penting dari B 7
A sangat lebih penting dari B 9
A Mutlak lebih penting dari B 2,4,6,8
Apabila ragu-ragu dari dua nilai yang berdekatan Dalam menentukan penilaian kepentingan relatif dua elemen berlaku
aksioma reciprocal, artinya jika elemen i memiliki salah satu angka tingkat kepentingan pada skala dasar, misalnya dinilai 3 kali lebih penting
dibandingkan elemen j, maka elemen j harus sama dengan 13 kali kebalikannya ketika dibandingkan elemen i. Disamping itu, perbandingan
dua elemen yang sama akan menghasilkan angka 1, artinya, sama penting. Untuk menentukan prioritas dari setiap kriteria dan alternatif, maka
perlu dilakukan perbandingan berpasangan. Nilai-nilai perbandingan relatif kemudian konsisten sesuai dengan suatu kriteria yang logis. Apabila rasio
konsistensi consistency ratio atau CR sudah memenuhi syarat dibawah 0.10, atau CR 0.10, maka dilakukan penggabungan pendapat dari setiap
pengambil keputusan untuk dibuat matriks pendapat gabungan dan dilakukan perhitungan bobot prioritas masing-masing sub-elemen, lalu
dilakukan pengolahan vertikal untuk memperoleh vektor prioritas sistem. Menurut Mulyono 1996, dari setiap matrik pairwase comparison
kemudian dicari eigenvectornya untuk mendapatkan local priority. Karena matrik-matrik pairwase comparison terdapat pada setiap tingkat, maka untuk
mendapatkan global priority harus dilakukan sintesa diantara local priority. Prosedur dalam melakukan sintesa berbeda menurut bentuk hierarki.
Pengurutan elemen-elemen menurut kepentingan relatif melalui prosedur sintesa dinamakan priority setting.
3.9 Batasan Penelitian