Resiko Kebocoran dan Monitoring CO

Kalimantan dan Sulawesi masing-masing sebesar 1.983,5 metric ton Mt, 158,7 Mt, 93 Mt, dan 34,7 Mt, dengan total emisi CO 2 sebesar 1.938,5 Mt. Menurut ICCSSWG 2009, pabrik pengolahan gas di Subang, Jawa Barat, yang dioperasikan oleh PT. Pertamina, memproduksikan gas sebesar 200 MMscfd dengan kandungan CO 2 sebesar 23. Kandungan CO 2 yang diproses berkurang menjadi 5, dan CO 2 yang dilepaskan sebesar 36 MMscfd atau 1.895 tonhari atau 624.812 tontahun. Sistem amin digunakan dalam proses removal gas CO 2 dengan lisensi teknologi BASF, dan dengan tingkat produksi maksimum, umur lapangan gas Subang diproyeksikan sampai tahun 2018. Jarak antara Subang dan pantai adalah 29,7 km dan 50 KM ke arah lapangan migas di lepas pantai. Gambar 13 Rencana proyek CO 2 di Indonesia ICCSSWG 2009

2.11. Resiko Kebocoran dan Monitoring CO

2 Menurut Syahrial dan Bioletty 2007, terdapat beberapa risiko yang harus diantisipasi pada waktu menyimpan CO 2 di dalam reservoir yang dapat menimbulkan kebocoran dengan merembesnya CO 2 ke permukaan bumi. Kebocoran ini bisa disebabkan oleh : 1. Seismicity, timbulnya getaran-getaran kecil bumi akibat injeksi CO 2 . 2. Ground movement, penurunan atau kenaikan permukaan bumi yang yang diakibatkan oleh perubahan tekanan akibat induksi injeksi CO 2 . 3. Brine displacement, sebagai akibat dari injeksi CO 2 terjadi perpindahan saline water ke formasi lain yang menyebabkan naiknya permukaan air sehingga menaikkan salinitas air minum di sumur artesis. 4. Kondisi sumur setelah tahap injeksi yang disebabkan oleh kesalahan desain atau konstruksi dari casing atau semen, korosi pada casing, dan kerusakan semen plug oleh CO 2 atau air formasi. 5. Kekuatan tudung batuan, tekanan overbuden, dan mekanisme jebakan. Menurut Syahrial dan Bioletty 2007, untuk melihat potensi kebocoran di dalam reservoir tertentu, perlu diketahui informasi yang lebih rinci meliputi jumlah, jenis, dan umur sumur, serta teknik kompresi. Kebocoran dapat pula terjadi di sepanjang sumur patahan pada tudung batuan. Patahan pada tudung batuan disebabkan oleh : 1. Capillary leakage, kebocoran ini akan diabaikan jika secara umum tekanan kapiler yang masuk ke batuan hidrokarbon dapat menahan tekanan yang terdapat pada hidrokarbon, dan dapat diukur dengan melakukan uji pada core. 2. Difusi CO 2 disebabkan oleh perbedaan konsentrasi CO 2 . 3. CO 2 mungkin akan bocor melalui rekahan yang dibuat oleh manusia misalnya; hydraulyc fracturing dan over pressure di reservoir, contohnya aquifer kecil tertutup. Hal ini bisa diatasi dengan cara tekanan injeksi CO 2 tidak melebihi tekanan rekahnya, atau tidak melebihi tekanan awal reservoir. 4. Dilatant shear formation, rekahan yang terjadi di tudung batuan, sehingga formasi batuan membuat jalur aliran tersendiri. Hal ini menaikkan permeabilitas batuan tudung yang akan menimbulkan kebocoran, akan tetapi deformasi shear ini dapat juga menyebabkan penurunan permeabilitas. 5. CO 2 bisa keluar sepanjang patahan terbuka yang mencapai batuan tudung dan dapat diminimalkan dengan analisis geologi dari reservoir yang akan diinjeksi. 6. Gangguan seismik dapat menyebabkan kerusakan pada batuan tudung. Menurut Syahrial dan Bioletty 2007, monitoring memegang peran penting dalam penelitian CO 2 sekuestrasi untuk menjamin keamanan dan kefektifan formasi geologi depleted reservoir dalam penyimpanan CO 2 . Monitoring berguna untuk melihat perkembangan CO 2 di reservoir, memperoleh pengetahuan mengenai performance reservoir, tudung batuan, jalur migrasi, solubility , interaksi geochemical, air tanah, kualitas soil, dan pengaruhnya terhadap ekosistem dan micro-sesmicity yang berasosiasi dengan injeksi CO 2 , dengan menggunakan metode seismik dan pengukuran geofisik. Alasan dilakukannya monitoring pada penyimpanan CO 2 bawah permukaan diantaranya: 1. Menjamin kesehatan dan keamanan. 2. Memastikan apakah injeksi dan penyimpanan CO 2 tidak berdampak buruk kepada kesehatan dan lingkungan. 3. Memperkecil kemungkinan terjadinya kebocoran CO 2 . 4. Menjaga keseimbangan massa 5. Memastikan apakah injeksi CO 2 tepat berada di target formasi dan jumlah CO 2 yang diinjeksi sesuai dengan CO 2 yang disimpan. Monitoring adalah implementasi untuk mengawasi rencana jumlah CO 2 yang diinjeksikan sesuai dengan kuota emisi dan kredit karbon Protokol Kyoto yang diijinkan. 6. Mengembangkan pengetahuan mengenai kinerja CO 2 yang diinjeksikan ke dalam reservoir dan meramalkannya di masa yang akan datang.

2.12. Sifat Kimia dan Fisika Gas Karbon Dioksida