Reboiler Overhead Condenser dan Reflux Accumulator

e. Reboiler

Menurut Arnold dan Stewart 1999, reboiler menyediakan input panas ke amin stripper, yang dapat membalikkan reaksi kimia dan menyisakan gas asam. Fungsi panas dari amin reboiler bervariasi dengan disain sistem. Diperlukan fungsi reboiler dan condenser yang lebih besar, reflux ratio yang lebih besar dan juga jumlah tray yang lebih kecil. Fungsi reboiler dan reflux ratio yang lebih kecil, dan jumlah tray yang lebih banyak harus dimiliki. Berdasarkan disain, temperatur reboiler dalam sistem operasi stripper pada tekanan 10 psig dapat diasumsikan menjadi 245 o F untuk MEA 20 wt, dan 250 o F untuk DEA 35 wt.

f. Overhead Condenser dan Reflux Accumulator

Menurut Arnold dan Stewart 1999, condenser digunakan untuk mendinginkan gas dan mengkondensasikan uap air kembali menjadi air. Inlet temperatur pada cooler dapat dikembalikan dengan menggunakan tekanan parsial uap air untuk menentukan temperatur dari uap air. Temperatur outlet dari cooler pada umumnya sekitar 130 - 145 o F yang tergantung pada suhu lingkungan. Reflux accumulator adalah separator yang digunakan untuk memisahkan gas asam dari air yang terkondensasi. Air diakumulasikan dan dipompakan kembali ke bagian atas stripper sebagai aliran kembali.

2.13.4. Proses Unit Amin

Menurut Arnold dan Stewart 1999, proses amin dimulai dengan masuknya aliran gas asam ke dalam suatu separator untuk memisahkan antara gas dengan hidrokarbon cair. Gas asam masuk ke bagian bawah absorber, dan bergerak ke atas melalui rangkaian tray atau packing. Pada saat bersamaan gas ini akan kontak dengan amin yang dialirkan dari atas absorber, menyebabkan terjadinya reaksi kimia membentuk ikatan kimia lemah antara gas asam dengan rich amine , sementara gas yang lain akan keluar melalui output sebagai gas murni. Separator dipasang pada output untuk mengambil sejumlah pelarut yang ikut terbawa gas ini. Pelarut ini kemudian akan dibawa ke flash tank untuk dipisahkan dengan hidrokarbon cair, pada saat ini gas asam akan ikut keluar namun dalam jumlah kecil. Aliran rich solvent ini kemudian menuju penukar panas richlean amine , yang berguna untuk mentransfer sebagian panas lean amine ke rich amine. Selanjutnya rich amine solution dibawa ke stripper untuk dipanaskan oleh reboiler dengan menggunakan uap sehingga ikatan kimia di dalam larutan terlepas, dengan gas asam akan langsung menuju ke condenser untuk mengkondensasikan steam agar terlepas dari gas asam, dan lean amine yang terpanaskan dialirkan lagi menuju heat exchanger. Lean amine ini kemudian dipanaskan dan dimasukkan lagi ke dalam absorber untuk menyerap gas asam.

2.13.5. Proses Rancangan

Menurut Hartanto et al. 2009, gas alam merupakan salah satu sumber energi yang banyak digunakan di dalam berbagai industri. Gas alam umumnya mengandung berbagai macam kontaminan seperti H 2 S, CO 2 , CS 2 , RSH, COS, N 2 , NO 2 , dan H 2 O. Agar memiliki nilai jual yang tinggi, gas alam harus diproses terlebih dahulu untuk memenuhi beberapa spesifikasi tertentu, salah satunya yaitu spesifikasi kandungan CO 2 dan H 2 S. Kedua komponen gas ini harus dihilangkan karena dapat mengganggu dalam pemanfaatan dan transmisinya. Pencampuran dengan air, gas CO 2 akan membentuk asam yang bersifat korosif dan dapat merusak sistem perpipaan. Keberadaan CO 2 di dalam gas alam juga dapat menurunkan nilai panas heating value, menambah biaya kompresi, dan dapat meracuni katalis. CO 2 juga akan membeku pada temperatur rendah. Menurut Hartanto et al. 2009, secara umum proses penyingkiran gas CO 2 dari gas alam dilakukan melalui proses absorpsi dengan menggunakan contactor gas-cair. Contactor yang biasa digunakan adalah kolom isian packed column dan kolom baki tray column, sedangkan pelarut yang paling banyak digunakan yaitu pelarut kimia alkanolamin seperti MEA, DEA, MDEA, dan sebagainya, dalam bentuk pelarut tunggal maupun campuran, serta diperkuat dengan promotor atau activator untuk meningkatkan laju absorpsi CO 2 . Proses absorpsi berbasis pelarut alkanolamin ini telah diadopsi sebagai modul baku dalam banyak simulator proses komersial dengan menerapkan model kesetimbangan uap-cair KUC yang berbeda-beda. Bentuk fasa uap dapat digunakan persamaan keadaan soave redlich kwong atau peng robinson, sedangkan di fasa cair digunakan model-model koefisien aktivitas seperti kent-eisenberg, li-mather, electrolyte non random two liquid NRTL, dan electrolyte extended long range ELR. Menurut Hartanto et al. 2009, penelitian awal dalam bentuk simulasi terhadap proses absorpsi CO 2 ini diperlukan untuk membantu memprediksi, merancang, dan mengevaluasi proses sesungguhnya, dan di dalam simulasi ini diperlukan model KUC yang dapat merepresentasikan kesetimbangan CO 2 dalam pelarut alkanolamin, baik pada alkanolamin tunggal, maupun campuran dengan promotor atau activator. Semakin banyak penggunaan promotor atau activator pada pelarut alkanolamin, maka diperlukan model KUC yang dapat merepresentasikan kesetimbangan CO 2 pada pelarut tunggal dan pada campuran dengan promotor atau activator. Model ini digunakan dalam simulasi absorpsi CO 2 untuk membantu dalam merancang dan mengevaluasi proses sesungguhnya.

2.14. Proses Penyimpanan Gas CO