menyangkut besar lubang pori, tingkat dan tipe sementasi dan faktor-faktor lainnya, seperti terjadinya interaksi batuan dengan fluida yang melewatinya.
Permeabilitas dinyatakan dalam mili darcy mD DPE-LPPM 2003.
c. Saturasi Fluida
Saturasi fluida didefinisikan sebagai perbandingan antara volume fluida tersebut terhadap volume total fluida minyak, air, gas yang mengisi pori batuan.
Penentuan saturasi fluida yang terkandung dalam pori-pori batuan dapat ditentukan secara langsung dari pengukuran log dengan pengukuran laboratorium
DPE-LPPM 2003.
d. Viskositas µ
Viskositas merupakan besaran untuk menyatakan hambatan aliran yang diakibatkan oleh fluida, viskositas dinyatakan dalam centipoises CP. Viskositas
dibagi menjadi tiga berdasarkan jenis fluida, antara lain viskositas minyak µo, viskositas air µw, dan viskositas gas µg DPE-LPPM 2003.
e. Kompresibilitas ©
Kompresibilitas didefinisikan sebagai koefisien pemampatan gas dalam kondisi isothermal pada tekanan diatas titik gelembung. Kompressibilitas dapat
dibedakan berdasarkan jenis fluidanya, antara lain kompresibilitas minyak Co, air Cw, dan gas Cg DPE-LPPM 2003.
2.14.6. Enhanced Oil Recovery
Menurut Handojo et al. 2009, enhanced oil recovery EOR merupakan usaha yang dilakukan untuk meningkatkan perolehan minyak pada suatu sumur
minyak, seperti ditunjukkan pada Gambar 22. Pada umumnya melalui proses pengambilan minyak secara konvensional, hanya 20 - 40 minyak dalam sumur
yang dapat diambil, dan melalui EOR, sisa minyak yang belum tereksploitasi tersebut dapat diambil hingga perolehan sumur dapat meningkat dari 20 atau 40
menjadi sekitar 60 cadangan minyak.
Menurut Handojo et al. 2009, EOR memiliki tiga tingkatan, yaitu primer, sekunder, dan tersier. Tahap produksi primer merupakan tahap awal pengambilan
minyak dengan cara konvensional, yaitu dengan memanfaatkan minyak di reservoir
sebagai sumber energi untuk memindahkan minyak ke sumur produksi, dan setelah perolehan minyak pada tahap primer menurun dan tidak lagi
ekonomis, dilakukanlah tahap kedua, yaitu tahap sekunder. Tahap sekunder meliputi proses pengambilan minyak dengan cara injeksi gas, water flooding dan
pressure maintenance . Pada tahap terakhir, bila tahap sekunder sudah tidak
ekonomis lagi, dilakukanlah tahap ketiga yaitu dengan memanfaatkan gas, bahan kimia dan energi panas thermal recovery untuk membantu proses pengambilan
minyak di sumur produksi, seperti ditunjukkan pada Gambar 23.
Gambar 23 Enhanced oil recovery EOR Davison 2001.
2.15. Kelayakan Investasi Proyek
Menurut Kuswadi 2007, untuk mengidentifikasi apakah suatu proyek pantas untuk dilaksanakan atau tidak, biasanya pihak yang akan mengambil
keputusan untuk berinvestasi terlebih dahulu melakukan berbagai macam analisis agar usaha yang dijalankan dapat berjalan lancar dan mendapatkan keuntungan
yang memadai. Analisis dilaksanakan dengan tujuan untuk mengurangi resiko usaha agar tidak menyesal di kemudian hari. Beberapa analisis tersebut meliputi:
1. Kajian pemasaran, termasuk di dalamnya kajian persaingan, untuk melihat
sampai seberapa jauh perusahaan nantinya akan dapat memasarkan produknya dari waktu ke waktu dengan keuntungan yang memadai.
2. Kajian lokasi, termasuk di dalamnya kajian teknologi, untuk melihat apakah
tenaga kerja yang diperlukan cukup tersedia di lokasi yang dipilih, kecukupan sumber bahan baku di sekitar lokasi, faktor keamanan dan sebagainya.
3. Kajian lingkungan, untuk melihat sampai seberapa jauh terjadinya dampak
lingkungan yang diakibatkan oleh usaha atau proyek yang akan dijalankan termasuk pertimbangan apakah penduduk setempat dapat menerima
kehadiran proyek yang akan dijalankan. 4.
Kajian politik, sosial dan budaya, dan sebagainya, untuk memastikan apakah proyek akan dapat berjalan dengan lancar untuk jangka waktu yang relatif
panjang sesuai dengan jangka waktu proyek yang diperhitungkan. 5.
Kajian ekonomi, untuk melihat apakah proyek selama berjalan dapat memberikan keuntungan termasuk kemampuan untuk mengembalikan nilai
investasi seperti yang diinginkan. Menurut Giatman 2007, kegiatan investasi merupakan kegiatan penting
yang memerlukan biaya besar dan berdampak jangka panjang terhadap kelanjutan usaha. Berdasarkan hal itu, analisis yang sistematis dan rasional sangat
dibutuhkan sebelum kegiatan itu direalisasikan. Pertanyaan yang paling penting diajukan sebelum keputusan diambil adalah sebagai berikut :
1. Apakah investasi tersebut akan memberikan manfaat ekonomi terhadap perusahaan?
2. Apakah investasi yang dimaksud sudah merupakan pilihan yang optimal dari berbagai kemungkinan yang ada?
Menurut Giatman 2007, untuk menjawab pertanyaan pertama diperlukan analisis evaluasi investasi yang bisa menjelaskan apakah kegiatan investasi
tersebut akan menjanjikan suatu keuntungan profit dalam jangka panjang atau tidak. Berdasarkan hal itu, agar dapat menjelaskan apakah pilihan yang akan
diambil sudah merupakan alternatif pilihan yang tersedia, maka perlu dilakukan analisis pemilihan alternatif.
Menurut Giatman 2007, suatu investasi merupakan kegiatan menanamkan modal jangka panjang, dan perlu pula disadari dari awal bahwa
investasi akan diikuti oleh sejumlah pengeluaran lain yang secara periodik perlu disiapkan. Pengeluaran tersebut terdiri dari biaya operasional operation cost,
biaya perawatan maintenance cost, dan biaya-biaya lainnya yang tidak dapat dihindarkan. Disamping pengeluaran, investasi akan menghasilkan sejumlah
keuntungan atau manfaat, mungkin dalam bentuk penjualan-penjualan produk benda atau jasa atau penyewaan fasilitas.
Menurut Wijaya 2006, seperti dalam penanaman modal pada umumnya, dalam pengusahaan migas juga diperlukan beberapa indikator keekonomian yang
sangat berpengaruh pada siklus bisnis dan siklus keuangan. Penilaian keekonomian suatu proyek dapat dilihat dari semua pengeluaran dan pendapatan
sepanjang umur proyek tersebut life cycle analysis. Indikator keekonomian yang sering digunakan adalah :
2.15.1. Net Present Value NPV
Menurut Giatman 2007, metode net present value NPV adalah metode menghitung nilai bersih netto pada waktu sekarang present. Asumsi present
yaitu menjelaskan waktu awal perhitungan bertepatan dengan saat evaluasi dilakukan atau pada periode tahun ke-nol 0 dalam perhitungan cash flow
investasi. Metode NPV pada dasarnya memindahkan cash flow yang menyebar sepanjang umur investasi ke awal investasi t=0 atau kondisi present. Suatu cash
flow investasi tidak selalu dapat diperoleh secara lengkap, yaitu terdiri dari cash-
in dan cash-out, tetapi mungkin saja hanya yang dapat diukur langsung aspek
biayanya saja atau benefitnya saja. Menurut Kuswadi 2007, net present value NPV atau nilai sekarang
bersih nilai sekarang netto = NSN adalah perbedaan antara nilai sekarang netto NSN atau total net cash flow selama umur proyek dengan nilai sekarang dari
besarnya investasi outlay net investment. Dapat juga dikatakan bahwa NPV adalah present value dari net cash flow selama umur investasi dikurangi present
value dari modal yang ditanam atau disebut outlay net investment.
Menurut Wijaya 2006, net present value merupakan jumlah keuntungan bersih yang dinilai pada waktu sekarang. Perhitungan NPV bukan menggunakan
trial and error , memperhitungkan nilai waktu, dan bisa mempertimbangkan
resiko. NPV dihitung dengan menggunakan discount rate sama dengan MARR minimum attractive rate of return. MARR adalah tingkat pengembalian
minimum yang diinginkan. MARR tergantung pada lingkungan, jenis kegiatan, tujuan dan kebijakan organisasi, dan tingkat resiko dari masing-masing proyek.
Menurut Wijaya 2007, nilai NPV dapat memberikan penilaian keekonomian proyek, yaitu apabila NPV positif, maka hal tersebut menunjukkan
proyek tersebut layak dijalankan karena memberikan keuntungan. Nilai NPV negatif, berarti bahwa proyek tidak layak dijalankan karena akan memberikan
kerugian secara ekonomis, dan apabila NPV = 0, berarti investasi tersebut menghasilkan rate of return yang sama besarnya dengan harga yang digunakan.
2.15.2. Internal Rate of Return IRR
Menurut Giatman 2007, berbeda dengan metode sebelumnya, yang pada umumnya mencari nilai ekuivalensi cash flow dengan mempergunakan suku
bunga sebagai faktor penentu utamanya, maka pada metode internal rate of return IRR justru yang akan dicari adalah suku bunganya di saat NPV sama dengan
nol. Dalam metode IRR informasi yang dihasilkan berkaitan dengan tingkat kemampuan cash flow dalam mengembalikan investasi yang dijelaskan dalam
bentuk periode waktu. Logika sederhananya menjelaskan seberapa kemampuan cash flow
dalam mengembalikan modalnya dan seberapa besar pula kewajiban yang harus dipenuhi. Kemampuan inilah yang disebut dengan internal rate of
return IRR, sedangkan kewajiban disebut dengan minimum atractive rate of
return MARR. Rencana investasi akan dikatakan layak atau menguntungkan
jika IRR MARR. Menurut Giatman 2007, nilai MARR umumnya ditetapkan secara
subjektif melalui beberapa pertimbangan tertentu dari investasi tersebut. Pertimbangan yang dimaksud adalah :
a. Suku bunga investasi i;
b. Biaya lain yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan investasi Cc; c. Faktor resiko investasi α.
MARR = i + Cc + ±, jika Cc dan ± tidak ada atau nol, maka MARR = i suku bunga, sehingga MARR ≥ i.
Menurut Giatman 2007, faktor risiko dipengaruhi faktor risiko dari usaha, tingkat persaingan usaha sejenis dan manajemen style dari pimpinan
perusahaan. Berdasarkan hal itu, nilai MARR biasanya ditetapkan secara subjektif dengan memperhatikan faktor-faktor di atas. Nilai IRR dapat pula dihitung
berdasarkan estimasi cash flow investasi. Menurut Kuswadi 2007, internal rate of return IRR adalah suatu
tingkat bunga bukan bunga bank yang menggambarkan tingkat keuntungan proyek, sehingga nilai sekarang netto dari seluruh ongkos investasi proyek total
net cash flow setelah di-present-value-kan nilai sekarang netto = NSN,
jumlahnya sama dengan biaya investasi project cost atau initial cost. IRR adalah tingkat penghasilan atau biasa disebut dengan investment rate yield rate yang
menggambarkan tingkat keuntungan dari proyek atau investasi dalam persen pada angka NPV. Dalam menghitung NPV, tingkat bunga sudah diketahui, maka
dalam menghitung IRR, tingkat bunganya belum diketahui tetapi justru akan dicari pada NPV sama dengan nol. Hasil perhitungan IRR selanjutnya harus
dibandingkan dengan biaya modal atau tingkat keuntungan yang dikehendaki atau kemungkinan mendapatkan keuntungan lain yang dianggap paling mudah atau
yang dikenal dengan MARR. Menurut Kuswadi 2007, keunggulan dalam perhitungan IRR adalah
memperhitungkan nilai uang terhadap fungsi waktu time value of money, dan baik sekali sebagai tolak ukur dalam pengambilan keputusan, apabila tingkat
bunga atas modal atau tingkat bunga disyaratkan required rate of return diketahui. Kelemahan dari perhitungan IRR adalah adanya asumsi bahwa hasil
dari arus kas bersih pada setiap tahun diinvestasikan kembali dengan tingkat bunga yang sama dengan IRR, namun dalam kenyataan hal ini justru tidak benar,
dan cukup sulit perhitungannya karena harus dilakukan dengan metode coba-coba trial and error. Perhitungan akan lebih mudah bila menggunakan komputer.
Menurut Wijaya 2006, internal rate of return IRR merupakan harga bunga yang menyebabkan harga semua cash inflow sama besarnya dengan outflow
bila cash flow ini didiskon untuk suatu waktu tertentu. IRR adalah tingkat diskonto yang menyebabkan NPV sama dengan nol. Penghitungan IRR pada
umumnya dilakukan dengan penggunaan trial and error yaitu menentukan NPV pada beberapa tingkat diskon sampai diperoleh nilai NPV negatif dan positif,
kemudian dilakukan interpolasi dengan NPV sama dengan nol. IRR juga sering digunakan untuk mendefinisikan segi keekonomian lapangan marjinal, yaitu
lapangan yang jika dikembangkan dengan sistem kontrak yang berlaku akan memberikan IRR yang lebih kecil dari MARR. Hal ini perlu diketahui, sebagai
landasan kelayakan dan bentuk insentif yang tepat terhadap lapangan marjinal.
2.15.3. Pay Out Time POT
Menurut Kuswadi 2007, metode payback period PBP sering juga disebut pay out time POT atau masa pulang kembalinya modal, adalah jangka
waktu yang diperlukan untuk mendapatkan kembali jumlah modal yang ditanam. Resiko yang didapat semakin kecil jika modal semakin cepat kembali. Jadi
metode ini menilai proyek penanaman modal atas dasar kecepatan kembalinya modal yang ditanam pada proyek. Perhitungan pengembalian modal didasarkan
atas laba bersih ditambah penyusutan = net cash flow. Menurut Giatman 2007, analisis pay out time POT pada dasarnya
bertujuan untuk mengetahui seberapa lama periode investasi akan dikembangkan saat terjadinya kondisi pulang pokok break even-point. Periode
waktu pengembalian k saat kondisi BEP adalah : k
PBP
= ∑ CFt 0 Keterangan : k = periode pengembalian,
CFt = cash flow periode ke t Menurut Giatman 2007, jika komponen cash flow benefit dan cost-nya
bersifat annual, maka formulanya menjadi :
Investasi k
PBP =
x periode waktu Annual Benefit
Menurut Wijaya 2006, pay out time POT adalah panjangnya waktu yang diperoleh sampai investasi kembali. Investor selalu menginginkan dana yang
ditanamkannya cepat kembali yaitu proyek dengan POT lebih pendek, namun indikator POT ini mempunyai kelemahan yaitu tidak memberikan gambaran apa
yang terjadi setelah POT tercapai, sehingga POT jarang digunakan sebagai parameter utama dalam pemilihan proyek tetapi sebagai pertimbangan tambahan.
2.15.4. Profitability Index PI
Menurut Kuswadi 2007, profitability index atau indeks tingkat laba disebut juga sebagai benefit cost ratio BCR, adalah rasio yang menggambarkan
perbandingan setiap satu unit uang yang diinvestasikan. Besarnya angka PI tidak lain adalah perbandingan antara laba dan biaya yang telah dikeluarkan.
∑ NCF PI =
Nilai investasi selama umur proyek Besarnya angka PI tidak lain adalah perbandingan antara laba dan biaya
yang telah dikeluarkan. Proyek baru dikatakan bagus bila PI 1. Biasanya sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan, BCR suatu proyek harus
diperbandingkan juga dengan BCR proyek atau alternatif lainnya. Menurut Giatman 2007, metode benefit cost ratio BCR adalah salah
satu metode yang sering digunakan dalam tahap-tahap evaluasi awal perencanaan investasi atau sebagai analisis tambahan dalam rangka memvalidasi hasil evaluasi
yang telah dilakukan dengan metode lainnya. Metode BCR memberikan penekanan terhadap nilai perbandingan antara aspek manfaat benefit yang akan
diperoleh dengan aspek biaya yang akan ditanggung cost dengan adanya investasi tersebut.
2.16. Regulasi Sektor Migas dalam Era Otonomi Daerah