Potensi Penerapan CCS-EOR di Indonesia

1. Proyek BP and Sonatrach yang menginjeksikan CO 2 dari lapangan gas In Salah, Aljazair, ke perut bumi sejak tahun 2004. Proyek ini diharapkan mampu mengurangi emisi sebesar 1.000 ton CO 2 per tahun. 2. Proyek Crust di Belanda yang menginjeksikan gas CO 2 ke dalam reservoir lapangan gas lepas pantai yang dilakukan oleh Gaz de France. 3. Proyek LNG Snohvit di Norwegia. State Oil sedang mengembangkan tiga lapangan gas di Brent Sea mempergunakan instalasi produksi bawah laut yang disambung ke jaringan pipa proses dan kilang pencairan di darat. Setiap tahun gas CO 2 sebesar 700 ton mampu dipisahkan dari gas dan diinjeksikan ke dalam lapisan garam yang berada 2.600 m di bawah permukaan laut. 4. Industri gas alam di Alberta, Kanada, memproduksi emisi CO 2 dan H 2 S diinjeksikan ke deep salt reservoir yang berada pada kedalaman 1.400 – 2.900 m di bawah permukaan bumi sejak tahun 1994. 5. Lapangan gas Sleipner West, Laut Utara, sejak tahun 1996 menginjeksikan CO 2 ke deep salt reservoir yang berada di bawah dasar laut. 6. Beberapa proyek di Amerika yang menggunakan CO 2 untuk meningkatkan perolehan minyak yang selanjutnya disimpan di dalam reservoir terkuras. Dari hasil kajian teknologi sekuestrasi CO 2 , terlihat kemungkinan teknologi ini bisa diterapkan di Indonesia. Indonesia memproduksi CO 2 dari berbagai sumber, misalnya lapangan-lapangan minyak yang menghasilkan gas ikutan, pabrik-pabrik ammonia, kilang LNG, dan pusat-pusat listrik berbahan bakar fosil gas, minyak dan batubara yang dapat menjadi sumber masalah untuk mengatasinya. CO 2 yang terproduksi bisa digunakan untuk meningkatkan perolehan minyak dengan injeksi CO 2 atau bisa juga disimpan kembali di depleted reservoir , deep saline aquifer dan coal bed methane. Penggunaan teknologi ini di Indonesia diharapkan dapat menurunkan emisi gas buang CO 2 ke atmosfir.

2.10. Potensi Penerapan CCS-EOR di Indonesia

Menurut Syahrial dan Bioletty 2007, teknologi karbon dioksida sekuestrasi CO 2 sequestration sudah dikembangkan dan diimplementasikan di beberapa negara sejak tahun 1990, dan sampai saat ini teknologi tersebut terus dikembangkan dan penelitian terus dilakukan terutama pada teknologi penangkapan capture sehingga diharapkan di masa mendatang teknologi ini cukup efisien dan ekonomis. Penelitian untuk penerapan teknologi sekuestrasi di Indonesia belum banyak dilakukan, sementara potensi untuk menyimpan CO 2 di wilayah Indonesia sangat besar, seperti ditunjukkan pada Gambar 11. Gambar 11 Sebaran cekungan tersier di Indonesia Lemigas 2006. Menurut Syahrial dan Bioletty 2007, penghitungan kapasitas penyimpanan di formasi geologi seperti depleted reservoir, deep saline aquifer, deep ocean , dan coal bed methane secara regional belum pernah dilakukan. Sumber CO 2 yang berasal dari pembangkit tenaga listrik, industri kimia dan pupuk, dan lapangan migas, apabila berlokasi dekat dengan formasi geologi yang memenuhi persyaratan penyimpanan, dapat ditangkap dan disimpan. Berdasarkan hal itu, CO 2 dapat digunakan untuk meningkatkan perolehan minyak dengan menerapkan teknologi enhanced oil recovery EOR. Pembuatan roadmap di seluruh wilayah Indonesia yang berawal dari sumber CO 2 yang berasal dari industri, ditangkap kemudian disimpan ke dalam reservoir atau dimanfaatkan perlu dilakukan untuk memudahkan para investor terutama negara maju melakukan mekanisme pembangunan bersih di Indonesia. Khusus untuk Indonesia, setelah menandatangani Protokol Kyoto, perlu menunjukkan peran aktif di sektor energi dalam menurunkan emisi gas CO 2 ke atmosfir. Menurut ICCSSWG 2009, kawasan pantai utara Jawa berpotensi sebagai tempat penyimpanan CO 2 karena memiliki banyak lapangan tua di daerah tersebut, walaupun beberapa lapangan tersebut masih aktif berproduksi, akan tetapi produksi minyak dapat dikembangkan dengan metode CO 2 EOR, seperti dinjukkan pada Gambar 12. Gambar 12 Sebaran lapangan migas di Jawa Barat Napitupulu 2000. Menurut ICCSSWG 2009, lokasi di kawasan pantai utara Jawa tersebut juga strategis dalam penyaluran CO 2 karena dekat dengan pabrik pengolahan gas alam, Subang, seperti ditunjukkan pada Gambar 13, yang dapat menggambarkan secara mendetail proyeksi emisi CO 2 hingga tahun 2018 dari 4 pembangkit tenaga listrik, yaitu 2 lokasi berada di Propinsi Jawa Barat, 1 lokasi di Propinsi Sumatera Utara dan 1 lokasi di Propinsi Kalimantan Timur, serta 1 lokasi pabrik pengolahan gas di Propinsi Jawa Barat. Proyeksi tersebut bertujuan untuk mengurangi potensi emisi gas CO 2 hingga tahun 2018 yang dihasilkan dari Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi masing-masing sebesar 1.983,5 metric ton Mt, 158,7 Mt, 93 Mt, dan 34,7 Mt, dengan total emisi CO 2 sebesar 1.938,5 Mt. Menurut ICCSSWG 2009, pabrik pengolahan gas di Subang, Jawa Barat, yang dioperasikan oleh PT. Pertamina, memproduksikan gas sebesar 200 MMscfd dengan kandungan CO 2 sebesar 23. Kandungan CO 2 yang diproses berkurang menjadi 5, dan CO 2 yang dilepaskan sebesar 36 MMscfd atau 1.895 tonhari atau 624.812 tontahun. Sistem amin digunakan dalam proses removal gas CO 2 dengan lisensi teknologi BASF, dan dengan tingkat produksi maksimum, umur lapangan gas Subang diproyeksikan sampai tahun 2018. Jarak antara Subang dan pantai adalah 29,7 km dan 50 KM ke arah lapangan migas di lepas pantai. Gambar 13 Rencana proyek CO 2 di Indonesia ICCSSWG 2009

2.11. Resiko Kebocoran dan Monitoring CO