Menurut IPCC 2007b, kontribusi gas rumah kaca terhadap pemanasan global tergantung dari jenis gasnya. Gas rumah kaca yang sangat penting
kontribusinya terhadap pemanasan global adalah karbon dioksida CO
2
, metana CH
4
, nitrous oksida N
2
O, hidrofluorokarbon HFC, perfluorokarbon PFC, dan sulfir heksafluorida SF
6
, seperti ditunjukkan pada Tabel 1. Setiap gas rumah kaca mempunyai global warming potential GWP yang diukur secara relatif
berdasarkan emisi CO
2
dengan nilai 1. Nilai GWP yang semakin besar membuat tingkat kerusakannya dan dampaknya terhadap bumi akan semakin besar.
Tabel 1 Global warming potential GWP Shires dan Loughran 2004
No. Gas
Recommended GWP UNFCCC 2000;
Applicable through 2012 IPCC Revise GWP IPCC’S
Third Assessment Report, 2001; Likely to be applicable after 2012
1. Carbon dioxide CO
2
1 1
2. Methane CH
4
21 23
3. Nitrous oxide N
2
O 310
296 4.
Hydrofluorocarbons HFCs 140 – 11900
120 – 1200 5.
Perfluorocarbons PFCs 6500 - 9200
5700 – 11900 6.
Sulphur hexfluoride SF
6
23900 22200
2.2. Dampak Pemanasan Global dan Perubahan Iklim
Menurut IPCC 2007c, pemanasan global global warming disebabkan oleh hasil dari beberapa aktivitas manusia dan jika terus-menerus dilanjutkan,
maka emisi antropogenik gas rumah kaca greenhouse gas dapat meningkatkan temperatur rata-rata global dari 1,1 - 6,4
o
C selama abad 21. Temperatur global biasanya berkisar 0,74
o
C pada batas sebelum revolusi industri, dan peningkatan di atas 2 - 5
o
C dapat berpengaruh terhadap lebih dari 30 spesies dan 15 - 40 ekosistem, terutama kehidupan koral di lautan.
Menurut IPCC 2007c, temperatur global yang tinggi akan mempengaruhi ketersediaan air dan produksi makanan akan semakin berkurang. Hujan, banjir
dan cuaca ekstrim lainnya akan lebih sering terjadi dan sekitar 30 daerah pesisir pantai dan akan hilang. Kekurangan nutrisi, diare, radang pernapasan, penyakit
menular dan penyebaran vektor penyakit menular akan semakin meningkat.
Menurut Measey 2010, beberapa dampak perubahan iklim di Indonesia, yaitu peningkatan temperatur, curah hujan, dan tinggi permukaan laut, serta
ancaman terhadap ketersediaan makanan. Peningkatan GRK juga akan mendorong ke arah variasi cuaca yang lebih ekstrim. Sejak tahun 1990, temperatur tahunan
rata-rata di Indonesia naik sekitar 0,3
o
C, dan sudah terjadi dalam beberapa musim. Pada tahun 2020, diperkirakan suhu rata-rata di Indonesia akan naik 0,36 - 0,47
o
C, dan akan mengalami curah hujan yang lebih banyak 2 - 3 setiap tahun. Tinggi
permukaan laut naik 0,57 cm per tahun dan permukaan tanah turun 0,8 cm per tahun, sehingga berdampak terhadap 60 kota-kota yang berada di pesisir laut di
Indonesia, mengurangi kesuburan tanah 2 - 8 per tahun, dan mengurangi produksi beras dan jagung masing-masing sebesar 4 dan 50 per tahun.
2.3. Upaya Mitigasi Dampak Pemanasan Global
Menurut Shao dan Stangeland 2009, IPCC telah merekomendasikan 50 - 85 pengurangan emisi gas rumah kaca global dari tahun 2000 - 2050 dan puncak
emisi sebelum tahun 2015, sebagai upaya untuk menghindari berbagai konsekuensi berbahaya dari pemanasan global. CCS adalah salah satu dari
beberapa jalan keluar yang dibutuhkan untuk mencapai target pengurangan emisi tersebut. Energi dapat diperoleh dari sumber yang dapat diperbaharui dan lebih
efisien. Bahan bakar energi fosil dapat dikarbonisasi dengan teknologi carbon dioxide capture and storage
CCS dan perbaikan pengelolaan penghutanan. Menurut IPCC 2005a, CCS adalah proses pemisahan CO
2
dari industri dan sumber yang terkait dengan energi, pengangkutan ke lokasi penyimpanan dan
pengisolasian dalam jangka waktu yang panjang dari atmosfer. CCS dapat diperlakukan sebagai pilihan upaya mitigasi untuk menstabilkan konsentrasi GRK
di atmosfir. Tersedia bukti di seluruh dunia, kemungkinan tersedia potensi teknis sedikitnya sekitar 2.000 gigatonne Gt CO
2
dari kapasitas penyimpanan di dalam berbagai formasi geologi. Pada kebanyakan skenario untuk dapat menstabilkan
konsentrasi gas rumah kaca GRK di atmosfir antara 450 - 750 part per million by volume
ppmv CO
2
, sehingga CCS dapat berkontribusi sebesar 15 - 55 dalam upaya mitigasi secara kumulatif di seluruh dunia sampai tahun 2100.
2.4. Konvensi Internasional Perubahan Iklim UNFCC