Zonasi Vegetasi Mangrove Permudaan Alamiah Vegetasi Mangrove di Pulau Hoga

101 ditemukan pada strata tiang dan yang terendah ditemukan pada strata pohon. Perbedaan ini diduga berhubungan dengan faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan masing-masing strata vegetasi. Kreb 1972 menyatakan bahwa keanekaragaman akan tinggi apabila tekanan lingkungan berkurang. Mengacu pendapat tersebut maka tekanan lingkungan yang paling tinggi terdapat pada pertumbuhan vegetasi strata pohon.

3. Zonasi Vegetasi Mangrove

Zonasi digunakan untuk menggambarkan pesebaran tempat tumbuh masing- masing spesies penyusun komunitas mangrove, mulai dari tempat tumbuh paling depan batas ke arah laut, sampai yang paling belakang batas ke arah darat. Parameter yang digunakan adalah nilai total kerapatan relatif pohon, tiang, dan sapihan masing-masing spesies penyusun. Hasil analisis vegetasi untuk melihat zonasi vegetasi mangrove yang terbentuk di Pulau Darawa disajikan pada Gambar 35. Gambar 35 Zonasi vegetasi mangrove di Pulau Hoga. Sampel vegetasi diambil dengan transek kontinyu dari formasi mangrove paling luar arah laut hingga formasi paling dalam arah darat.Plot 10 x 10 m dengan jumlah total sebanyak 23 plot. Tidak ada zona yang terbentuk pada komunitas mangrove di Pulau Hoga. Hal ini disebabkan terbatasnya area yang ditumbuhi mangrove. Ketebalan komunitas mangrove di Pulau Hoga mulai formasi paling depan arah laut hingga 102 yang paling belakang arah darat hanya 80 m. Dengan demikian faktor-faktor yang mengendalikan terbentuknya zonasi mangrove seperti tipe substrat, penggenangan pasang surut relatif sama. Indikasi ini terlihat bahwa spesies Osbornia octodonta F.v.M., dan Ceriops tagal Perr. C.B. Rob., ditemukan pada semua plot pengamatan, mulai formasi paling depan arah laut sampai yang paling belakang arah darat. Berdasarkan hasil analisis zonasi mangrove seperti disajikan pada Gambar 31, semakin memperkuat simpulan bahwa komunitas mangrove di Pulau Hoga didominasi oleh spesies Osbornia octodonta F.v.M., dan Ceriops tagal Perr. C.B.Rob., yang merupakan mangrove kerdil dbh 20 cm.

4. Permudaan Alamiah Vegetasi Mangrove di Pulau Hoga

Analisis permudaan alamai atau regenerasi alami vegetasi mangrove mangrove menggunakan parameter kerapatan semai seedling setiap plot pengamatan. Hasil tersebut kemudian dikonversi nilai kerapatan dalam satuan hektar. Hasil perhitungan regenerasi alami vegetasi mangrove di Pulau Hoga dari 3 buah transek pengamatan disajikan pada Tabel 39 dan Lampiran 30. Tabel 39 Kerapatan vegetasi mangrove strata sapihan dan semai individuha di Pulau Hoga. Sampel vegetasi diambil pada 3 buah transek dengan ukuran plot 10 x 10 m dengan jumlah total 23 plot No. Spesies Kerapatan individuhektar Sapihan Semai 1. Bruguiera gymnorrhiza L. Lamk. 52,17 478.26 2. Sonneratia alba Smith 8,70 3. Sonneratia caseolaris L. Engl. 17,39 86.96 4. Ceriops Tagal Perr. C.B. Rob. 208,70 773.91 5. Osbornia octodonta F.v.M. 960,87 1.843.48 Jumlah 1.247,83 2.617,39 Keterangan ; Spesies dengan kerapatan sapihan dan semai tertinggi Berdasarkan Tabel 39 terlihat bahwa hanya spesies Osbornia octodonta F.v.M, yang memiliki kerapatan semai tertinggi. Berdasarkan SK Direktur Jenderal Kehutanan No. 60KptsDJI1978 tanggal 8 Mei 1978 tentang pengelolaan hutan mangrove atau sylvikultur hutan payau disebutkan bahwa 103 komunitas mangrove memiliki regenerasi alami normal apabila memiliki jumlah semai 1.000 batangha. Berdasarkan hal tersebut maka hanya spesies Osbornia octodonta F.v.M., yang memiliki regenerasi secara alami termasuk kategori baik atau normal. Dengan jumlah semai yang cukup maka rekrutmen atau pengangkatan generasi dari populasi Osbornia octodonta F.v.M., dapat berlangsung dengan baik, sehingga pengantian generasi secara alamiah akan berlangsung secara berkesinambungan. Dengan demikian apabila tidak ada perubahan lingkungan secara drastis, keberadaan populasi Osbornia octodonta F.v.M., pada komunitas mangrove di Pulau Hoga akan tetap terjamin pada masa yang akan datang. Terbatasnya jumlah semai pada spesies lain, terutama spesies Bruguiera gymnorrhiza L. Lamk., dan Sonneratia spp., diduga akibat terbatasnya jumlah pohon induk sebagai penghasil biji atau propagul. Kerapatan strata pohon spesies Bruguiera gymnorrhiza L. Lamk., 26 individuha, dan spesies Sonneratia alba Smith., hanya 9 individuha, jauh dari yang dipersyaratkan dalam SK Direktur Jenderal Kehutanan No. 60KptsDJI1978 tanggal 8 Mei 1978 tentang pengelolaan hutan mangrovesylvikultur hutan payau sebesar 40 individuhektar. Bahkan spesies Sonneratia caseolaris L. Engl., tidak memiliki individu yang masuk dalam kategori strata semai. Spesies Osbornia octodonta F.v.M., dengan jumlah semai tertinggi, yang kemudian disusul oleh Ceriops tagal Perr. C.B. Rob., sebagian besar memiliki ukuran diam batang yang termasuk dalam kategori sapihan tinggi 1,5m dan dbh 10 cm. Hal ini semakin memperkuat kesimpulan bahwa vegetasi mangrove di Pulau Hoga didominasi oleh golongan mangrove yang tergolong kecil atau kerdil.

5. Sebaran Diameter Batang Vegetasi Mangrove di Pulau Hoga