86
3. Zonasi Vegetasi Mangrove di Pulau Derawa
Zonasi digunakan untuk menggambarkan pesebaran tempat tumbuh masing- masing spesies penyusun komunitas mangrove, mulai dari tempat tumbuh paling
depan batas ke arah laut, sampai yang paling belakang batas ke arah darat. Parameter yang digunakan adalah nilai total kerapatan relatif pohon, tiang, dan
sapihan masing-masing spesies penyusun. Hasil analisis vegetasi untuk melihat zonasi vegetasi mangrove yang terbentuk di Pulau Derawa disajikan pada
Gambar 29. Tidak ada zona yang terbentuk pada komunitas mangrove di pulau ini. Hal ini disebabkan terbatasnya jumlah spesies vegetasi mangrove yang ada.
Komunitas mangrove di Pulau Derawa merupakan bentuk asosiasi antara spesies Rhizophora mucronata Lamk., dengan Bruguiera gymnorrhiza L. Lamk., dan
didominasi oleh Rhizophora mucronata Lamk.
Gambar 29 Zonasi Vegetasi Mangrove di Pulau Derawa. Sampel vegetasi diambil dengan plot kontinyu dari formasi mangrove paling luar arah laut
sampai formasi paling dalam arah darat. Ukuran plot 10 x 10 m dengan jumlah total sebanyak 35 plot.
Berdasarkan hasil sebagaimana disajikan pada Gambar 28 tanpaknya antara spesies Rhizophora mucronata Lamk., dan Bruguiera gymnorrhiza L. Lamk.,
mempunyai kisaran toleransi yang sama terhadap faktor lingkungan. Tampaknya terjadi kompetisi antara spesies Rhizophora mucronata Lamk., dan Bruguiera
Laut
87 gymnorrhiza L. Lamk., dalam memperoleh sumberdaya yang ada, dalam
mempertahankan keberadaan masing-masing spesies. Ball 1980 mengajukan usul kompetisi sebagai suatu faktor terbentuknya zonasi mangrove.
4. Permudaan Alami Vegetasi Mangrove di Pulau Derawa
Analisis permudaan alami atau regenerasi alami vegetasi mangrove menggunakan parameter kerapatan semai seedling setiap plot pengamatan. Hasil
tersebut kemudian dikonversi nilai kerapatan dalam satuan hektar. Hasil perhitungan regenerasi alami vegetasi mangrove di Pulau Derawa dari 3 buah
transek pengamatan disajikan pada Tabel 28 dan Lampiran 20. Tabel 28 Kerapatan.vegetasi mangrove strata sapihan dan semai individuhektar
di Pulau Derawa. Sampel vegetasi diambil pada 3 buah transek dengan ukuran plot 10 x 10 m dengan jumlah total 35 plot
No. Spesies
Kerapatan individuhektar Sapihan
Semai 1.
Rhizophora mucronata Lamk. 862,86
271,43 2.
Bruguiera gymnorrhiza L. Lamk. 151,43
785,71 Jumlah
1.014,29 1.057,14
Keterangan ; : spesies dengan kerapatan semai tertinggi Kerapatan semai spesies Rhizophora mucronata Lamk., dan Bruguiera
gymnorrhiza L. Lamk kurang dari 1.000 individuha. Apabila mengacu kepada SK Direktur Jenderal Kehutanan No. 60KptsDJI1978 tanggal 8 Mei 1978
tentang pengelolaan hutan mangrovesylvikultur hutan payau, maka kedua spesies tersebut memiliki jumlah semai alami di bawah normal.
Faktor utama yang menyebabkan rendahnya jumlah semai pada komunitas mangrove di Pulau Derawa, bukan karena terbatasnya jumlah pohon induk
sebagai penghasil biji propagul. Jumlah individu strata pohon pada area pengamatan Tabel 20 jumlahnya sesuai dengan ketentuan SK Direktur Jenderal
Kehutanan No. 60KptsDJI1978 tanggal 8 Mei 1978 tentang pengelolaan hutan mangrovesylvikultur hutan payau, dimana mensyaratkan bahwa dalam
penebangan hutan payau, harus ditinggalkan pohon induk sebanyak 40 pohonha.
88 Tabel 29 Kerapatan vegetasi mangrove strata pohon dan tiang individuha di
Pulau Derawa. Sampel vegetasi diambil pada 3 buah transek dengan ukuran plot 10 x 10 m dengan jumlah total 35 plot
No. Spesies
Kerapatan individuha Pohon
Tiang 1.
Rhizophora mucronata Lamk. 700
140 2.
Bruguiera gymnorrhiza L. Lamk. 40
94,29 Jumlah
740 234,29
Keterangan ; : spesies dengan kerapatan pohon tertinggi Rendahnya jumlah semai vegetasi mangrove di Pulau Derawa akibat faktor
lingkungan yang tidak mendukung pertumbuhan biji atau propagul spesies tersebut. Sistem perakaran mangrove, terutama spesies Rhizophora mucronata
Lamk., memiliki sistem perakaran yang sangat rapat, sehingga propagul yang jatuh kebanyakan tertahan di akar, tidak sampai ke tanah. Selain perakaran yang
rapat, tipe substrat mangrove di Pulau Derawa merupakan liat berpasir, sehingga propagul yang jatuh ke substrat, tidak menancap secara kuat dan dalam.
Akibatnya sangat mudah terbawa arus pasang surut ke luar komunitas mangrove. Pada spesies Rhizophora mucronata Lamk., jumlah kerapatan vegetasi
strata semai jauh lebih rendah dibandingkan dengan kerapatan vegetasi strata di atasnya Tabel 28. Hal ini semakin memperkuat hipotesis bahwa permudaan
alami pada golongan Rhizophora spp., tidak semata-mata melalui propagul, tetapi pada komunitas mangrove di Pulau Derawa mengembangkan perilaku adaptasi
perkembangbiakan secara vegetatif melalui percabangan, sebagaimana telah diuraikan pada perilaku perkembangbiakan Rhizophora sp., pada komunitas
mangrove di Pulau Kaledupa Taman Nasional Wakatobi. Dengan model ini tampaknya merupakan bentuk adaptasi terhadap kondisi substrat dan kuatnya
arus pasang surut, di dalam komunitas mangrove.
5. Sebaran Diameter Batang Vegetasi Mangrove di Pulau Derawa