Aksesibilitas M una Buton

30 mulai marak sejak tahun 1970-an, ketika masyarakat mulai membangun rumah permanen dengan pondasi rumah dari batu karang. Kebutuhan akan batu karang dan pasir semakin meningkat, seiring dengan meningkatnya pembangunan Kota Wanci sebagai pusat pemerintahan Kabupaten Wakatobi. Secara resmi penambangan batu karang dan pasir saat ini telah dilarang oleh pemerintah setempat. Tetapi kegiatan tersebut belum bisa berhenti sama sekali, karena merupakan sumber pendapatan sebagian penduduk, khususnya penambang. Di beberapa tempat penambangan pasir masih terus terjadi secara intensif, dan akan berhenti jika diketahui akan adanya patroli dari aparat pemerintah. Bahkan pada beberapa tempat pengambilan pasir dilakukan pada malam hari secara sembunyi-sembunyi.

4. Pengambilan Kayu Bakau

Berdasarkan hasil pengamatan selama penelitian berlangsung, pengambilan kayu bakau oleh mansyarakat masih berlangsung sampai sekarang, terutama untuk memenuhi kebutuhan kayu bakar, dalam kehidupan sehari-hari.

H. Aksesibilitas

Transpotasi menuju Taman Nasional Wakatobi masih relatif terbatas. Dari ibu kota Provinsi Sulawesi Tenggara Kendari, Taman Nasional Wakatobi saat ini hanya dapat ditempuh lewat perjalanan laut dengan dua alternatif, yaitu: pertama melalui rute Kendari- Bau-Bau - Wanci, dan kedua rute Kendari-Wanci Gambar 3 Rute pertama dari Kendari-Bau-Bau-Wanci ditempuh dengan menggunakan kapal cepat motor vessel dari Kendari ke Bau-Bau, dengan waktu tempuh ± 4 jam. Selanjutnya dari Bau-Bau ke Wanci dilanjutkan dengan kapal kayu, dengan waktu tempuh ± 9 jam. Kapal Kendari-Bau-Bau pulang pergi 2 kali dalam sehari, dan dari Bau-Bau ke Wanci hanya 1 kali dalam sehari. Rute kedua yaitu dari Kendari-Wanci ditempuh dengan menggunkan kapal kayu secara reguler 3 kali seminggu, dengan waktu tempuh ± 12 jam. Pulau Kaledupa dapat ditempuh dengan kapal kayu dari Wanci, dengan waktu tempuh ± 2 jam. Untuk menuju Pulau Tomia dapat ditempuh dari Wanci selama ± 2 jam dengan speed boat atau kapal kayu, dan dari Tomia ke Pulau Binongko dapat ditempuh dengan kapal kayu ± 1 jam. Rute Wanci- Kaledupa dan 31 Y Ke nda ri Y Y Y KAB UPATEN WAKATOB I P. S ulawes i P. W a won ii Rah a Ba u-Ba u W an gi - W ang i P. Ka le dup a P. Tom ia P. Bino ngko P. Ka bae na P. M una P. Buton 6 ° 6 ° 5 ° 5 ° 4 ° 4 ° 122 ° 122 ° 123 ° 123 ° 124 ° 124 ° P eta Jalur Trans porta si Laut Dari Ibukota P ropinsi Ke Taman N asional W ak atobi N E W S 20 20 40 km        Ketera nga n : Ga ris P an tai Ja lu r Tran sp orta si Darat Y Ibuko ta Ka bup ate nK ota Pe ta Inde ks : J am ili N RP. G 363070071 Program Studi Biologi T um buhan Sekolah Pas casarjana Institut Pertanian Bogor dari Wanci-Tomia dilayani secara reguler 1 kalihari, sedangkan rute Tomia- Binongko 3 kaliminggu. Gambar 3 Jalur transportasi laut dari ibu kota Provinsi Sulawesi Tenggara Kendari menuju Taman Nasional Wakatobi. Aksesibilitas menuju menuju pulau-pulau di Kabupaten Wakatobi sangat sulit dicapai dengan transportasi laut pada saat musim timur Juni-Agustus, dan musim barat Desember-Februari karena gelombang laut sangat besar. Musim yang relatif tenang dan nyaman untuk perjalanan laut di Wakatobi adalah pada bulan September- November dan pada bulan Maret-Mei. 32

IV. METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan waktu penelitian

Pengelolaan kawasan Taman Nasional Wakatobi dilakukan dengan sistem zonasi. Saat ini zonasi di kawasan tersebut ditetapkan berdasarkan Keputusan Direktur Jendral Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam Nomor SK, 149IV- KK2007 tanggal 23 Juli 2007, terdiri dari 6 enan zona, yaitu : 1 zona inti, 2 zona perlindungan bahari, 3 zona pemanfaatan pariwisata, 4 zona pemanfaatan lokal, 5 zona pemanfaatan umum, dan 6 zona khusus atau daratan. Sebelum melakukan penelitian telah dilakukan beberapa kali penjajakan kondisi lapangan. Hasil studi awal diktehui bahwa tidak setiap zonapulau di Taman Nasional Wakatobi memiliki komunitas mangrove. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka lokasi dalam penelitian ini ditetapkan pada komunitas mangrove di Pulau Kaledupa zona perlindungan bahari, Pulau Derawa zona pemanfaatan pariwisata, dan Pulau Hoga Marine Research Station milik Operation Wallacea Gambar 4. Waktu pelaksanaan penelitian lapangan dilakukan sejak bulan Maret 2009 hingga tanggal 25 Nopember 2009. Rentang waktu ini mewakili musim hujan dan musim kemarau.

B. Bahan dan Alat 1. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah a peta kawasan Taman Nasional berdasarkan SK Dirjen PHPA Nomor : Sk.149IV-KK2007, b bahan untuk pembuatan herbarium, berupa alkohol 90, label, sasak bambu, koran bekas, kertas karton, kantong plastik besar 40 x 110 cm, kantong plastik berbagai ukuran, dan karung urea, c berbagai bahan kimia untuk analisis substrat.