16
Produksi biji mangrove umumnya melimpah, dan secara normal tidak mempunyai masalah dengan regenerasi alami dari area yang dieksploitasi dan
kecambah cukup eksis atau survive dari pemanenan Hamilton Snedakeer 1984. Pola produksi biji berbeda diantara populasi dari spesies yang sama yang
teradaptasi pada mikrohabitat yang berbeda, dan individu-individu pohon dalam suatu populasi juga sangat berbeda dalam ukuran dan buah yang dihasilkan.
Produksi biji diantara populasi juga berbeda karena perbedaan didalam jumlah individu yang berbuah dan jumlah biji yang dihasilkan per individu yang
berproduksi Barik et al. 1996.
G. Faktor Lingkungan Vegetasi Mangrove
Ekosistem mangrove merupakan ekosistem yang spesifik, karena merupakan peralihan antara ekosistem darat dan ekosistem laut, sehingga faktor-
faktor lingkungan ekosistem mangrove cukup kompleks, dan berbeda dengan faktor lingkungan pada ekosistem darat maupun ekosistem laut. Chapman 1976
mengemukakan bahwa ada 7 faktor yang dibutuhkan mangrove untuk dapat tumbuh dengan baik, yaitu : 1 Temperatur, perkembangan mangrove yang baik
umumnya terdapat pada daerah yang beriklim tropika dan sub-tropika; 2 Arus laut yang tidak terlalu deras; 3 Perlindungan, mangrove akan tumbuh dengan
baik pada wilayah yang memiliki perlindungan terhadap hempasan ombak yang keras; 4 Pantai dangkal; 5 Perairan asin, meskipun tidak menjadi syarat
mutllak bagi pertumbuhan mangrove, perairan asin dapat dapat membantu perkembangan spesies mangrove tertentu; 6 Pasang-surut, pasang surut dapat
membantu pemintakatan spesies mangrove tertentu; 7 Substrat lumpur, meskipun mangrove dapat tumbuh pada substrat berpasir, batu karang, dan
gambut, namun pada umumnya mangrove sangat sesuai tumbuh pada substrat lumpur atau tanah berlumpur. Kemudian menurut Soekardjo 1993, ekosistem
mangrove dapat tumbuh dengan baik apabila memenuhi 4 persyaratan, yaitu : 1 Temperatur, mangrove tumbuh dengan baik pada iklim tropika dan sub-tropika;
2 Curah hujan, mangrove tumbuh dengan baik dengan curah hujan sekitar 1.000 mmthn; 3 Tempat tumbuh, mangrove hanya cocok di mintakat pesisir dan
muara; 4 Tanah, mangrove dapat hidup pada tanah salinitas tinggi. Mangrove tumbuh subur di areal yang secara teratur disapu oleh pasang-surut dan sapuan air
tawar fresh water seepage. Sapuan air tawar dibutuhkan untuk menghilangkan salinitas yang berlebihan.
Berdasarkan beberapa uraian di atas, dapat diambil suatu pengertian bahwa kondisi lingkungan yang mempengaruhi perkembangan ekosistem mangrove
secara sederhana dapat dibedakan atas :
1. Salinitas Umumnya mangrove tumbuh pada daerah air asin atau payau. Steenis
1978 menyatakan bahwa spesies mangrove tidaklah mutlak tumbuh pada air asin atau payau. Sedangkan Lear Turrner 1977 mengemukakan bahwa
beberapa spesies mangrove dalam pertumbuhannya tidak memerlukan garam. Bruguiera sp dan Rhizophora sp dapat tumbuh dan berbunga di dalam plot,
dengan menggunakan substrat pasir dan perlakukan air tawar. Mangrove kebanyakan tergolong tumbuhan halophyte, yaitu tumbuhan
yang dapat beradaptasi terhadap salinitas tinggi. Chapman 1976 mengemukakan bahwa Rhizophora mucronata, R. apiculata, Bruguiera gymnorrhiza, dan B.
parviflora merupakan golongan halophytes obligat dan jenis Xylocarpus granatum dan Nypa fructicans merupakan golongan halophytes fakultatif.
2. Pasang surut Faktor fisik yang sangat berpengaruh pada hutan mangrove salah satunya
adalah pasang-surut. Pasang-surut adalah naik dan turunnya permukaan air laut secara periodik selama interval waktu tertentu Nybakken, 1988
Perbedaan jumlah pasang air naik dan surut air turun per hari dan ketinggiannya pada berbagai belahan bumi tidak sama. Pasang-surut yang terdiri
atas satu pasang dan satu surut per hari disebut pasang -surut diurnal. Pasang- surut yang mempunyai dua pasang dan dua surut per hari disebut pasang- surut
semidiurnal. Jika ada percampuran antara diurnal dan semi-diurnal disebut pasang-surut campuran. Ketinggian air pasang dan surut bervariasi dari hari ke
hari Nybakken 1988.
18
Adanya pasang-surut ini menyebabkan mangrove secara periodik mengalami periode penggenangan innudation. Watson 1928 membagi daerah
genangan air pasang di semenanjung Malaya, menjadi 5 kelas, yaitu: a. Tempat yang digenangi oleh air pasang 56- 62 kali per bulan all higt tides. Di
tempat seperti ini jarang suatu jenis dapat hidup, kecuali Rhizophora mucronata yang tumbuh di tepi sungai.
b. Tempat yang digenangi oleh air pasang 45-56 kali per bulan medium higt tides. Di tempat ini tumbuh spesies Sonneratia dan Avicennia. Berbatasan
dengan sungai R. mucronata merajai. c. Tempat yang digenangi oleh air pasang 20- 45 kali per bulan normal higt
tides. Tempat ini mencakup sebagian besar hutan mangrove yang ditumbuhi R. mucronata, R. apiculata, Ceriops tagal, dan Bruguiera parviflora.
d. Tempat yang digenangi oleh air pasang 2-20 kali per bulan spring tides. Di sini Rhizophora diganti oleh Bruguiera. Pada tempat berlumpur keras
Bruguiera cylindrica membentuk tegakan murni dan di tempat yang drainasenya lebih baik tumbuh Bruguiera parviflora kadang-kadang
Bruguiera sexangula. e. Tempat yang digenangi oleh air pasang 2 kali per bulan exeptional higt
tides. Disini Bruguiera gymnorrhiza berkembang dengan baik sering bersama- sama dengan tumbuhan paku dan kadang-kadang R. apiculata. Ke
arah darat sering ditumbuhi oleh tegakan Oncosperma tigillaria. De Haan diacu dalam Chapman 1976 yang melakukan kajian di hutan
mangrove Cilacap Jawa Tengah, membagi kelas genangan menjadi 4 kelas, yaitu:
a. Salinitas 10 - 30
o,
tanah digenangi 1-2 kali sehari, atau sekurang-kurangnya 20 hari per bulan. Spesies Avicennia atau Sonneratia pada tanah baru yang
lunak atau Rhizophora pada tanah yang agak lebih keras membentuk mintakat luar.
b. Salinitas 10-30
o,
tanah digenangi 10-9 hari per bulan. Bruguiera gymnorrhiza tumbuh baik dan tegakannya membentuk mintakat tengah.
c. Salinitas 10- 30
o,
tanah digenangi 9 hari, atau sekurang-kurangnya 4 kali per bulan. Spesies Xylocarpus dan Heritiera berkembang disini dan membentuk
mintakat ke tiga. d. Salinitas 10 - 30
o,
tanah digenangi hanya beberapa hari saja per bulan. Spesies Bruguiera, Soyphyphora dan Lumnitzera berkembang baik dan membentuk
mintakat dalam. 3. Substrat
Substrat mangrove sangat dipengaruhi oleh pasang-surut. Substrat yang berdekatan dengan pantai, umumnya berpasir. Bagian tepi sungai dan bagian arah
menuju darat umumnya merupakan tanah lempung clay. Menurut Nybakken 1988, aggregasi butiran tanah pada hutan mangrove mudah terurai atau
terdispersi oleh air dan menyebabkan tanah berlumpur. Konstribusi lumpur kurang baik, sehingga sering dijumpai tanah mangrove mengalami kondisi
anoksik. 4. Oksigen Tanah
Kandungan oksigen dalam mangrove hanya sedikit. Untuk mencukupi kebutuhan oksigen tersebut, umumnya mangrove mempunyai akar napas aerial
root yang disebut pneumatophores. Selain adanya bentuk akar yang khas tersebut, kekurangan oksigen juga dapat dipengaruhi dengan adanya lubang-
lubang dalam tanah yang dibuat oleh hewan-hewan, misalnya kepiting Soeroyo 1993. Pada anggota Rhizophora ditunjang oleh akar udara prop atau akar
jangkar yang melengkung dari batang pokok dan juga berasal dari cabang bawah. Pada marga Bruguiera dan Ceriops mempunyai perakaran samping yang menuju
muncul ke atas permukaan tanah dan kembali lagi ke dalam tanah, yang disebut akar lutut. Sedangkan pada Sonneratia dan Avicennia mempunyai sistem
perakaran yang meluas dari akar-akar samping yang dangkal. Akar-akar udara pneumatophora ini berbentuk kerucut dan muncul ke permukaan tanah. Pada
Heritiera littoralis dan Xylocarpus granatum mempunyai sistem perakaran penyokong yang berbelok-belok akar papan.
20
III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN