Strata Semai Komposisi dan Kerapatan Spesies Mangrove di Pulau Kaledupa a. Strata Pohon

51 Tabel 13. Frekuensi relatif, kerapatan relatif, dominansi relatif dan nilai penting vegetasi mangrove strata sapihan tinggi 1,5m dan dbh 10 cm di Pulau Kaledupa. Sampel vegetasi diambil pada transek 1, 2 dan 3, dengan plot 10 x 10 m sebanyak 101 plot No. Spesies F.R KR D.R NP 1. Rhizophora mucronata Lamk 17,49 11,63 19,87 48,99 2. Rhizophora apiculata Bl 18,58 16,71 28,10 63,39

3. Bruguiera gymnorrhiza L. Lamk

14,21 4,97 6,57 25,74 4. Xylocarpus granatum Koe 7,65 2,39 2,30 12,34 5. Sonneratia alba Smith 1,64 0,15 0,19 1,98 6. Ceriops tagal Perr. C.B. Rob. 20,77 33,46 21,38 75,61 7. Ceriops decandra Griff. Ding Hou 6,01 22,60 10,52 39,13 8. Avicennia marina Forsk Vier. 13,66 8,09 11,07 32,81 Jumlah 100 100 100 300 Keterangan; Spesies yang mendominasi; spesies yang mendominasi strata pohon; spesies spesies yang mendominasi strata tiang; FR = Frekuensi Relatif; KR = Kerapatan Relatif; DR = Dominansi Relatif; NP = Nilai Penting

d. Strata Semai

Jumlah spesies mangrove strara semai yang ditemukan pada Pulau Kaledupa sebanyak 8 spesies yang digolongkan dalam 4 familia. Untuk vegetasi mangrove strata semai, juga didominasi oleh familia Rhizophoraceae Tabel 14 Tabel 14 Komposisi spesies mangrove strata semai tinggi batang 1,5 m di Pulau Kaledupa. Sampel vegetasi diambil pada transek 1, 2 dan 3, dengan plot 10 x 10 m sebanyak 101 plot Familia Spesies Rhizophoraceae Rhizophora mucronata Lamk. Rhizophora apiculata Bl. Bruguiera gymnorrhiza L. Lamk. Ceriops tagal Perr. C.B. Rob. Ceriops decandra Griff. Ding Hou Sonneratiaceae Sonneratia alba Smith Avicenniaceae Avicennia marina Forsk. Vierh. Meliaceae Xylocarpus granatum Koenig Keterangan : Familia yang mendominasi 52 Hasil analisis vegetasi strata semai dengan parameter frekuensi relatif, kerapatan relatif, dominansi relatif, dan nilai penting, dapat dilihat pada Tabel 15 dan hasil perhitungan secara lengkap disajikan pada Lampiran 4. Melalui hasil pada Tabel 15, ditujukkan bahwa spesies Ceriops tagal Perr. C.B. Rob., memiliki nilai frekuensi, kerapatan, dominansi, dan nilai penting yang paling tinggi. Hal ini berari pada strata semai, spesies Ceriops tagal Perr. C.B. Rob., merupakan spesies yang paling dominanmelimpah, sebagaimana yang ditemukan pada strata sapihan Tabel 13. Tabel 15 Frekuensi relatif, kerapatan relatif, dominansi relatif dan nilai penting vegetasi mangrove strata semai tinggi batang 1,5 m di Pulau Kaledupa. Sampel vegetasi diambil pada transek 1, 2 dan 3, dengan plot 10 x 10 m sebanyak 101 plot No. Spesies F.R KR NP 1. Rhizophora mucronata Lamk 18,99 6,91 25,89 2. Rhizophora apiculata Bl. 15,19 2,10 17,28 3. Bruguiera gymnorrhiza L. Lamk 17,72 4,69 22,41 4. Xylocarpus granatum Koe 3,16 0,35 3,51 5. Sonneratia alba Smith 1,90 0,29 2,19 6. Ceriops tagal Perr. C.B. Rob. 27,22 55,88 83,10 7. Ceriops decandra Griff. Ding Hou 6,96 26,63 33,59 8. Avicennia marina Forsk Vier. 8,86 3,16 12,02 Jumlah 100 100 200 Keterangan : Spesies yang mendominasi; spesies yang mendominasi strata pohon; spesies spesies yang mendominasi strata tiang; FR = Frekuensi Relatif; KR = Kerapatan Relatif; DR = Dominansi Relatif; NP = Nilai Penting Berdasarkan beberapa uraian di atas, apabila disimak lebih jauh ternyata ditemukan adanya perubahan komposisi spesies yang mendominasi pada setiap strata pertumbuhan vegetasi mangrove di Pulau Kaledupa. Pada strata pohon Gambar 11a komunitas mangrove di lokasi kajian didominasi oleh spesies Bruguiera gymnorrhiza L. Lamk, untuk strata tiang Gambar 11b didominasi oleh spesies Rhizophora mucronata Lamk., dan pada strata sapihan dan semai Gambar 11 c dan d didominasi oleh spesies Ceriops tagal Perr. C. B. Rob. 53 a. Strata pohon b. Strata tihang c. Strata sapihan d. Strata semai Gambar 11 Persentasi nilai penting vegetasi mangrove di Pulau Kaledupa. Sampel vegetasi diambil pada transek 1, 2 dan 3, dengan plot 10 x 10 m sebanyak 101 plot. Hasil penelitian di kawasan hutan lindung Pulau Magersegu, Kabupaten Seram Bagian Barat, Provinsi Maluku, pada strata pohon didominasi oleh B. gymnorrhiza, pada strata tiang, sapihan dan semai didominasi oleh R. mucronata Irwanto 2007. Pada kawasan hutan mangrove Desa Tanjung Sekodi Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau, baik pada strata pohon, tiang, sapihan dan semai didominasi R. apiculata Nursal et al., 2005. Menurut Tomlinson 1986 spesies tersebut termasuk kategori takson spesifik mangrove true mangroves, yang hanya ditemukan di ekosistem mangrove. Spesies tersebut umum dijumpai di 54 kawasan hutan mangrove pesisir pantai kawasan Indo-Malesia Indonesia dan Malaysia. Perubahan kelimpahan atau dominasi pada masing-masing strata ini, mengindikasikan bahwa komunitas mangrove di Pulau Kaledupa, bukan merupakan hutan primer, tetapi hutan sekunder yang masih dalam proses suksesi menuju ke fase klimaks. Laju pertumbuhan populasi dan komposisi spesies berlangsung dengan cepat pada fase awal suksesi, kemudian menurun pada perkembangan berikutnya. Kondisi yang membatasi laju pertumbuhan populasi dan komposisi spesies pada tahap berikutnya adalah faktor lingkungan yang kurang cocok untuk mendukung kelangsungan hidup permudaan spesies tertentu. Daniel et al. 1972 menyatakan bahwa suksesi terjadi apabila suatu komunitas tumbuhan mengalami kerusakan akibat berbagai faktor, seperti api, banjir, edafis, dan biotis. Faktor edafis timbul karena pengaruh tanah seperti komposisi tanah, kelembaban tanah, suhu tanah dan keadaan air tanah, sedangkan faktor biotis adalah faktor yang disebabkan oleh manusia, misalnya penebangan atau pengambilan kayu. Faktor utama penyebab kerusakan komunitas mangrove di Pulau Kaledupa adalah penebangan hutan mangrove. Penebangan atau pengambilan kayu memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kerusakan suatu komunitas tumbuhan. Pada tahun 1960-an di Pulau Kaledupa terjadi penebangan hutan mangrove secara besar-besaran oleh masyarakat yang dikoordinir oleh aparat pemerintah setempat. Alasan utama penebangan tersebut karena angin tidak dapat menembus hingga pemukiman penduduk dan terjadinya wabah penyakit malaria yang diduga akibat adanya hutan mangrove di sekitar pemukiman penduduk. Tingkat kerusakan hutan mangrove di Pulau Kaledupa dari tahun 2003 hingga 2007 mencapai rata-rata sekitar 464,21 hatahun Rasman 2007. Hasil pengamatan lapangan menunjukkan bahwa spesies Bruguiera gymnorrhiza L. Lamk, yang terbesar di Pulau Kaledupa hanya memiliki ukuran diameter batang dbh sebesar 68,47 cm, sementara pada komunitas mangrove di Pulau Binongko hutan adat yang telah berumur ratusan tahun, diameter batang spesies Bruguiera gymnorrhiza L. Lamk., telah ada yang mencapai ukuran dbh sebesar 143,31 cm. 55 Fenomena lain yang terungkap pada karakter ekologi vegetasi mangrove di Pulau Kaledupa adalah kelimpahan strata semai, yang didominasi oleh spesies Ceriops tagal Perr. C.B. Rob. Apakah komunitas mangrove di Pulau Kaledupa pada masa yang akan datang, suksesinya akan mengarah ke bentuk klimaks dengan dominasi spesies Ceriops tagal Perr. C.B. Rob., perlu dikaji lebih lanjut. Penjelasan tentang terbatasnya jumlah semai pada spesies lain pada komunitas mangrove di wilayah ini, akan diuraikan lebih lanjut pada bagian permudaan alami vegetasi mangrove di Pulau Kaledupa. Lingkungan mangrove menunjukan perubahan secara gradual, mulai dari formasi paling luar arah laut, hingga formasi paling belakang arah darat. Masing-masing spesies mangrove mempunyai kisaran ekologis tersendiri dan masing-masing jenis mempunyai relung niche yang khusus, sehingga menyebabkan terbentuknya berbagai macam zona mintakat. Di Pulau Kaledupa spesies Rhizophora spp., menempati zona luar, dan Ceriops spp., menempati zona dalam. Penjelasan tentang zonasi ini, akan diuraikan lebih lanjut pada bagian zonasi vegetasi mangrove di Pulau kaledupa.

2. Indeks Keanekaragaman H’, Indeks Kekayaan Spesies R dan Indeks