II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Ekosistem Mangrove
Definisi mangrove telah banyak dilaporkan oleh para ahli, antara lain Macnae 1968; Chapman 1976; Lear Turner 1977 ; Steenis 1978; Odum
1982; Kusmana 2002 ; Soerianegara Indrawan 1982 ; Saenger 1983; Tomlinson 1986 ; Nybakken 1988. Mangrove digunakan untuk menunjukkan
tumbuhan golongan pohon dan semak yang telah mengembangkan adaptasi pada lingkungan pasang surut air laut intertidal. Mangrove merupakan hutan dengan
pohon-pohon yang selalu hijau, toleran terhadap kadar garam tinggi, tumbuh subur pada pantai yang terlindung dari hempasan ombak besar, muara-muara
sungai, dan delta pada negara-negara tropis dan sub tropis. Steenis 1978 berpendapat bahwa, mangrove adalah vegetasi hutan yang
tumbuh di antara garis pasang surut. Menurut Saenger et al. 1983 yang dimaksud dengan sumberdaya mangrove adalah : 1 . Satu atau lebih tumbuhan
khas mangrove exclusive mangrove yang hanya tumbuh di habitat mangrove, 2. Satu atau lebih tumbuhan yang berasosiasi dengan tumbuhan khas mangrove,
tetapi tumbuhan tersebut hidupnya tidak terbatas di mangrove, 3. Biota hewan darat dan laut yang berasosiasi dengan habitat mangrove, dan 4. Berbagai
proses esensial yang berperan penting dalarn memelihara kelestarian fungsi hutan mangrove. Nybakken 1988 menyatakan hutan mangrove adalah sebutan umum
yang digunakan untuk menggambarkan suatu komunitas pantai tropik yang didominasi oleh beberapa spesies pohon yang khas atau semak-semak yang
mempunyai kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin. Kusmana 2002 mendefinisikan bahwa mangrove adalah suatu komunitas tumbuhan atau suatu
individu jenis tumbuhan yang membentuk komunitas di daerah pasang surut. Hutan mangrove merupakan tipe hutan yang secara alami dipengaruhi oleh pasang
surut air laut, tergenang pada saat pasang naik dan bebas genangan pada saat pasang rendah. Hutan mangrove biasa juga dikenal dengan sebutan hutan pantai
coastal woodland , hutan pasang surut tidal forest, dan hutan bakau, yang merupakan formasi tumbuhan litoral yang karakteristiknya terdapat di daerah
tropika dan sub tropika.
8
Ekosistem mangrove telah banyak dikaji oleh para ilmuwan misalnya : Field 1995; Spalding et al. 1997; Dahdouh-Guebas et al. 2001. Vegetasi
mangrove telah mengembangkan pola adaptasi secara morfologi dan fisiologi untuk hidup pada daerah pasang surut intertidal. Pola adaptasi yang
dikembangkan oleh vegetasi mangrove terhadap lingkungan pasang surut, yang mudah dikenali adalah sistem akar udara. Fungsi utamanya adalah untuk
pertukaran gas, memperkokoh tegaknya batang pada daerah lumpur dan penyerapan unsur hara. Terdapat perbedaan struktur akar napas antar jenis yang
berbeda. Misalnya akar udara pada Avicennia spp, akar pancang pada Sonneratia spp, akar lutut pada Bruguiera spp, akar papan pada Xylocarpus spp, dan akar
tunjang pada Rhizophora spp Tomlinson 1986. Adaptasi terhadap kadar garam yang berlebih dalam tubuh vegetasi
mangrove, merupakan hal penting bagi beberapa jenis agar tetap eksis pada lingkungan salin. Spesies Avicennia spp, Aegiceras spp dan Aegialitis spp,
menghilangkan kelebihan kadar garam melalui kelenjar pengeluaran excretion glands FAO 2007. Untuk meningkatkan perkembangbiakan secara alami,
beberapa spesies mangrove telah mengembangkan sistem reproduksi yang sangat efisien. Pada familia Rhizophoracea, misalya Rhizophora spp, Bruguiera spp dan
Ceriops spp mempunyai mekanisme adaptasi dengan karakter biji propagul bersifat vivipary, yaitu biji telah berkecambah dan berkembang ketika buah masih
menempel pada pohon induk, atau dapat dipadankan sebagai tumbuhan yang melahirkan. Pada marga lain, misalnya Aegiceras, Avicennia, dan Nypa bersifat
cryptovivipary Barik et al. 1996
B. Fungsi Ekosistem Mangrove