88 Tabel 29 Kerapatan vegetasi mangrove strata pohon dan tiang individuha di
Pulau Derawa. Sampel vegetasi diambil pada 3 buah transek dengan ukuran plot 10 x 10 m dengan jumlah total 35 plot
No. Spesies
Kerapatan individuha Pohon
Tiang 1.
Rhizophora mucronata Lamk. 700
140 2.
Bruguiera gymnorrhiza L. Lamk. 40
94,29 Jumlah
740 234,29
Keterangan ; : spesies dengan kerapatan pohon tertinggi Rendahnya jumlah semai vegetasi mangrove di Pulau Derawa akibat faktor
lingkungan yang tidak mendukung pertumbuhan biji atau propagul spesies tersebut. Sistem perakaran mangrove, terutama spesies Rhizophora mucronata
Lamk., memiliki sistem perakaran yang sangat rapat, sehingga propagul yang jatuh kebanyakan tertahan di akar, tidak sampai ke tanah. Selain perakaran yang
rapat, tipe substrat mangrove di Pulau Derawa merupakan liat berpasir, sehingga propagul yang jatuh ke substrat, tidak menancap secara kuat dan dalam.
Akibatnya sangat mudah terbawa arus pasang surut ke luar komunitas mangrove. Pada spesies Rhizophora mucronata Lamk., jumlah kerapatan vegetasi
strata semai jauh lebih rendah dibandingkan dengan kerapatan vegetasi strata di atasnya Tabel 28. Hal ini semakin memperkuat hipotesis bahwa permudaan
alami pada golongan Rhizophora spp., tidak semata-mata melalui propagul, tetapi pada komunitas mangrove di Pulau Derawa mengembangkan perilaku adaptasi
perkembangbiakan secara vegetatif melalui percabangan, sebagaimana telah diuraikan pada perilaku perkembangbiakan Rhizophora sp., pada komunitas
mangrove di Pulau Kaledupa Taman Nasional Wakatobi. Dengan model ini tampaknya merupakan bentuk adaptasi terhadap kondisi substrat dan kuatnya
arus pasang surut, di dalam komunitas mangrove.
5. Sebaran Diameter Batang Vegetasi Mangrove di Pulau Derawa
Hasil analisis sebaran kelas diameter batang seluruh spesies mangrove di Pulau Derawa, tampak pada Gambar 30 dan hasil perhitungan secara lengkap
disajikan pada Lampiran 21. Bentuk ini memiliki makna bahwa individu yang
89 berdiameter kecil jumlahnya paling banyak, selanjutnya jumlah tersebut semakin
berkurang bersamaan dengan bertambahnya ukuran diameter batang, dan pada akhirnya jumlahnya paling sedikit pada individu yang mempunyai ukuran
diameter batang paling besar. Gambaran distribusi frekuensi yang demikian sebagai ciri dari tegakan tidak seumur atau tipe L. Bentuk ini merupakan salah
satu ciri dari populasi tumbuhan yang hidup secara alamiah. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa komunitas mangrove di Pulau Derawa
merupakan komunitas yang tumbuh secara alami.
Gambar 30 Grafik hubungan antara rentang diameter batang dan jumlah individu dari seluruh spesies pada komunitas mangrove di Pulau Derawa.
Sampel vegetasi diambil pada 3 buah transek dengan ukuran plot 10 x 10 m dengan jumlah total 35 plot.
90
6. Sebaran Diameter Batang Masing-Masing Spesies Mangrove di Pulau Derawa
Hasil analisis tentang hubungan antara sebaran diameter batang dengan jumlah individu masing-masing spesies, dapat dilihat pada Gambar 31 dan
perhitungan secara lengkap disajikan pada Lampiran 21.
a. Rhizophora mucronata Lamk b. Bruguiera gymnorrhiza L. Lamk.,
Gambar 31 Grafik hubungan antara rentang diameter batang dan jumlah individu dari masing-masing spesies pada komunitas mangrove di Pulau
Derawa. Sampel vegetasi diambil pada 3 buah transek dengan ukuran plot 10 x 10 meter dengan jumlah total 35 plot.
Untuk spesies Bruguiera gymnorrhiza L. Lamk., Gambar 31b memperlihatkan grafik yang sama, seperti yang tergambar dari seluruh spesies
Gambar 30, yaitu berbentuk tegakan tidak seumur atau tipe L. Bentuk ini memiliki makna bahwa jumlah individu yang memiliki ukuran diameter batang
kecil jumlahnya sangat banyak, kemudian jumlah tersebut semakin menurun seiring dengan bertambahnya ukuran diameter batang, hingga mencapai ukuran
diameter batang yang paling besar dengan jumlahnya paling sedikit. Model ini mengindikasikan bahwa rekrutmen atau pengangkatan generasi dari populasi
Bruguiera gymnorrhiza L. Lamk., sangat baik, sehingga pergantian generasi
91 secara alamiah akan berlangsung secara berkesinambungan. Berdasarkan hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa apabila tidak ada perubahan lingkungan yang drastis, keberadaan populasi vegetasi mangrove spesies Bruguiera gymnorrhiza
L. Lamk., di Pulau Derawa akan tetap lestari. Grafik tegakan spesies Rhizophora mucronata Lamk., Gambar 31a
menunjukan bentuk trgakan tidak teratur. Artinya didalam tegakan tersebut terhimpun individu-individu yang berdiameter kecil strata semai jumlahnya
terbatas, sedangkan yang memiliki ukuran diameter rata-rata jumlahnya cukup banyak, dan jumlahnya menurun pada individu-individu yang berdiameter di
atasnya. Grafik tersebut menunjukkan indikasi populasi tumbuhan yang mengalami gangguan secara alamiah maupun non alamiah.
Faktor utama yang menyebabkan terbentuknya grafik tidak teratur adalah karena terbatasnya jumlah semai spesies Rhizophora mucronata Lamk.
Terbatasnya jumlah semai ini disebabkan oleh 3 faktor, yaitu 1.Propagul Rhizophora mucronata Lamk., yang jatuh dari pohon induk kebanyakan
tersangkut pada sistem perakaran yang cukup rapat, 2. Propagul yang berhasil mencapai substrat tidak menancap kuat akibat tipe substrat yang berpasir,sehingga
mudah terbawa arus pasang surut, dan 3. Spesies Rhizophora mucronata Lamk., mengembangkan
adaptasi perkembangbiakan
secara vegetatif
melalui percabangan, sebagaimana telah diuraikan pada perilaku perkembangbiakan
Rhizophora sp., pada komunitas mangrove di Pulau Kaledupa Taman Nasional Wakatobi, sehingga individu baru yang terbentuk melalui cara ini, ukuran
diameter batangnya tidak lagi termasuk masuk dalam kategori strata semai. Pola adaptasi perkembangbiakan model ini tampaknya yang akan tetap menjamin
keberlangsungan hidup spesies Rhizophora mucronata Lamk. Pengamatan di Pulau Derawa, tidak menemukan bahwa komunitas
mangrove di area ini telah mengalami gangguan yang serius. Tanda-tanda bekas penebangan seperti sisa-sisa batang yang telah ditebang, dan tanda-tanda
kerusakan lainnya, tidak ditemukan pada komunitas mangrove di pulau ini. Terbatasnya kerapatan individu strata pohonha di Pulau Derawa, diduga
terkait dengan faktor lingkungan yang kurang mendukung pertumbuhan vegetasi mangrove. Faktor utama yang diduga merupakan penyebab utama terbatasnya
92 jumlah spesies di pulau ini, adalah terbatasnya pelumpuran yang terjadi. Tidak
adanya sungai di pulau ini, pelumpuran yang terjadi hanya dari abrasi dan suspensi sedimen dari gelombang dan arus laut.
Gelombang pantai dipengaruhi angin merupakan penyebab penting abrasi dan suspensi sedimen. Pada pantai berpasir dan berlumpur, gelombang dapat
membawa partikel pasir dan sedimen laut. Partikel besar atau kasar akan mengendap, terakumulasi membentuk pantai berpasir. Kebanyakan habitat
mangrove di Pulau Derawa merupakan substrat berbatu Gambar 32, sehingga selain jumlah spesies yang ditemukan terbatas, ukuran batangnya juga relatif
kecil. Chapman 1976 menyatakan bahwa substrat yang sesuai untuk pertumbuhan vegetasi mangrove adalah substrat lumpur atau tanah berlumpur.
a b
Gambar 32 Vegetasi mangrove di Pulau Derawa : a. Habitat batu dengan pelumpuran yang sangat terbatas sehingga belum mendukung
pertumbuhan mangrove, b. Vegetasi mangrove yang tumbuh pada habitat berbatu dengan pelumpuran yang relatif tebal ± 30 cm.
Foto diambil saat penelitian lapangan.
C. Pulau Hoga
Komunitas mangrove di Pulau Hoga hanya ditemukan pada satu tempat, pada bagian cekungan yang menyerupai teluk pada bagian barat pantai Pulau