21
Gambar 2 Peta wilayah Taman Nasional Wakatobi Sumber : Balai Taman Nasional Wakatobi 2009
dulu hingga sekarang. Kawasan di sekitar Sulawesi, laut Flores, Laut Banda dan Laut Jawa bagian Timur merupakan kawasan dinamis yang mengalami interaksi
tiga lempeng tektonik, yaitu lempeng Eurasia di sebelah barat, lempeng Indo- Australia di sebelah selatan dan lempeng Filipina di sebelah utara ke arah timur
laut Daly et al. 1991. Ketiga lempeng ini mengakibatkan tekanan dan tarikan, baik dari arah barat-timur maupun utara-selatan. Lempeng dasar dari kepulauan
Wakatobi merupakan pecahan lempeng dasar yang berasal dari Papua Nugini. Lempeng ini memanjang sekitar 200 km ke arah barat laut dan tenggara. Dasar
dari lempeng ini tidak berasal dari vulkanik dan selama ini tidak pernah tercatat adanya aktivitas vulkanik di daerah Wakatobi Hamilton 1979.
B. Topografis
Secara geografis kondisi bentang alam daratan pulau-pulau di kawasan Taman Nasional Wakatobi relatif kering, bergelombang dan berbukit-bukit. Jenis
tanahnya bervariasi dari batuan kapur, pasir putih, dan tanah lempung. Tanah di
22
daerah ini kurang begitu subur untuk usaha bercocok tanam. Peta geologi Lembar Kepulauan Tukang Besi Sulawesi Tenggara skala 1:25.000 tahun 1994
menunjukkan bahwa secara umum formasi geologi Wakatobi dikelompokkan kedalam formasi geologi Qpl dengan jenis bahan induk yaitu batu gamping coral.
Beberapa vegetasi yang bisa ditanam atau bisa tumbuh antara lain jambu mete, kelapa, ubi kayu, dan jagung. Tanaman keras yang umum tumbuh di wilayah ini
adalah pohon asam Tamarindus indicus.
C. Iklim
Berdasarkan hasil analisa data curah hujan dalam penentuan tipe iklim menggunakan sistem klasifikasi Schmidth-Fergusson sebagian besar daerah di
Sulawesi Tenggara memiliki tipe iklim A dan B. Sedangkan berdasarkan sistem klasifikasi Oldeman sebagian besar wilayah Sulawesi Tenggara memiliki zona
agroklimat B Stasiun Maritim Kendari 2006. Jumlah curah hujan di Kabupaten Wakatobi tidak tinggi sepanjang tahun.
Menurut data curah hujan selama 10 tahun 1993-2002, curah hujan terendah terjadi pada bulan September, rata- rata hanya mencapai 4,7 mmth dan curah
hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari, dengan rata-rata mencapai 149,2 mmth. Sumber mata air di Kabupaten Wakatobi pada umumnya berasal dari air tanah dan
gua-gua karst. Sedangkan air permukaan atau sungai kecil hanya ditemukan di wilayah Kecamatan Wangi-Wangi dan Kaledupa, terutama pada musim
penghujan. Data curah hujan antara tahun 1993 hingga tahun 2002 di Wakatobi disajikan pada Tabel 1.
Keadaan angin di Wakatobi sangat dipengaruhi oleh angin muson yang secara garis besar dapat dibagi menjadi angin musim barat Desember-Maret dan
angin musim timur Juni-September. Musim Pancaroba terjadi antara bulan April-Mei dan Oktober-Nopember. Kecepatan angin pada musim barat bervariasi
antara 7 sampai 20 knot per jam, yang umumnya bertiup dari barat daya sampai barat laut. Angin kencang dengan kecepatan 20 knot jam biasanya terjadi antara
bulan Desember-Februari. Pada musim timur kecepatan angin berkisar antara 7 sampai 15 knot jam yang bertiup dari arah timur sampai tenggara.
23
Tabel 1 Data curah hujan Stasiun Waha Kecamatan Tomia Kabupaten Buton sekarang Wakatobi antara tahun 1993-2002 10 tahun
Bulan Tahun
Jumlah cm
Rerata cm
93 94
95 96
97 98
99 00
01 02
Jan. 121 131 343 150
37 8
182 269
X 102
1343 149,2
Feb. 185 145 188
62 42
67 76
250 X
303 1318
146,4 Maret
141 185 78
18 7
175 115 170
148 127
1164 116,4
April 399 119
77 29
34 416 363
188 -
211 1836
204 Mei
103 29
78 37
10 180 123
167 60
X 787
87,4 Juni
280 -
55 65
20 336
- 235
132 X
1123 140,4
Juli 38
- 15
14 3
241 7
X 31
X 349
49,9 Agus.
40 -
6 -
9 12
3 X
X 70
14 Sep.
- -
- 6
- -
4 4
X X
14 4,7
Okt. -
- -
21 -
20 29
113 X
X 183
45,7 Nop.
10 95
55 38
6 106
X 169
X X
479 68,4
Des. 159
38 223 108
54 X
X 238
X X
820 136,7
Keterangan : X tidak ada data; - tidak ada hujan Sumber : Data stasiun klimatologi kelas 1 Panakukang Maros diacu dalam stasiun
maritim Kendari 2006
D. Kualitas Perairan