57 mangrove di pulau ini masih dalam tahap suksesi, sebagaimana telah diungkapkan
pada uraian tentang komposisi dan kelimpahan mangrove di Pulau Kaledupa.
3. Zonasi Vegetasi Mangrove di Pulau Kaledupa
Pertumbuhan dan perkembangan mangrove dikenal memiliki variasi ruang yang jelas. Secara umum mangrove menunjukkan suatu pola yang berkembang
meluas dari pantai ke arah daratan umumnya ke arah lereng elevation yang lebih tinggi. Spesies yang tumbuh mulai dari garis pantai menuju daratan
membentuk perbedaan yang gradual. Fenomena ini yang selanjutnya dikenal dengan istilah zonasi mangrove. Perkembangan mangrove dalam komunitas zona,
seringkali diintepretasikan sebagai tingkat perbedaan dalam suksesi perubahan secara progresif dalam komposisi jenis selama perkembangan vegetasi.
Dalam kajian zonasi mangrove di Pulau Kaledupa, sampling vegetasi dilakukan pada komunitas mangrove yang memiliki ketebalan paling besar.
Parameter yang digunakan dalam kajian ini menggunakan nilai kerapatan relatif vegetasi mangrove pada masing-masing plot pengamatan sepanjang transek secara
kontinyu mulai dari formasi mangrove paling luar arah laut hingga formasi yang paling dalam arah darat.
Melalui Gambar 12, ditunjukkan bahwa zonasi vegetasi mangrove di Pulau Kaledupa sedikitnya ada empat zona, yaitu :
1. Zona Rhizophora mucronata Lamk. Zona ini merupakan zona yang paling luar, daerah yang langsung berbatasan dengan laut dan selalu tergenang air
laut pada saat pasang harian, dengan lebar zona 160 m plot 1 hingga plot 16. Pada plot 1 hingga plot 3 lebar zona 30 m spesies Rhizophora mucronata
Lamk., merupakan tegakan murni pure stand. Pada plot 4 hingga plot 16 lebar zona 130 m pertumbuhan spesies Rhizophora mucronata Lamk.,
menunjukkan indikasi asosiasi dengan spesies Bruguiera gymnorrhiza L. Lamk. Di Pulau Kaledupa spesies Rhizophora mucronata Lamk., merupakan
spesies pionir pada endapan lumpur yang terbentuk di depan formasi mangrove paling luar arah laut.
58
Gambar 12 Zonasi Vegetasi Mangrove di Pulau Kaledupa. Samel vegetasi diambil pada komunitas mangrove yang memiliki ketebalan paling lebar,
dengan transek kontinyu dari formasi mangrove paling luar arah laut hingga paling dalam arah darat. Ukuran plot 10 x 10 m dengan
jumlah total sebanyak 57 plot.
2. Zona Rhizophora apiculata Bl. Zona ini merupakan zona dengan ketebalan yang paling luas, dengan ketebalan 250 m plot 16 hingga plot 41. Pada plot
18 hingga plot 35 lebar zona 170 m pertumbuhan spesies Rhizophora apiculata Bl., menunjukkan indikasi berasosiasi dengan spesies Bruguiera
gymnorrhiza L. Lamk, dan plot 37 hingga plot 41 lebar zona 50 meter, dengan spesies
Ceriops tagal Perr. C.B. Rob.
, dan pada plot 17, 29 dan plot 36 spesies Rhizophora apiculata Bl., membentuk tegakan murni pure stand.
3. Zona
Ceriops tagal Perr. C.B. Rob
. Zona ini berkembang pada bagian belakang, dengan ketebalan yang paling sempit plot 42 hingga plot 45 atau
lebar zona 40 m . Spesies
Ceriops tagal Perr. C.B. Rob
., umumnya berupa belukar dengan ketinggian yang hampir seragam, dengan rata-rata ukuran
Zona 1 Zona 2
Zona 3 Zona 4
Laut
59 diameter batang relatif lebih rendah, apabila dibandingkan jenis lain yang
menyusun tegakan pada kawasan ini. Spesies lain pada zona ini adalah Rhizophora apiculata Bl
4. Zona Ceriops decandra Griff. Ding Hou. Zona Ceriops decandra Griff. Ding Hou., merupakan zona yang paling dalam berbatasan dengan tumbuhan
darat yang hanya digenangi air laut pada pasang tertinggi. Zona ini memiliki ketebalan 120 m plot 46 hingga plot 57. Spesies lain yang juga ditemukan
pada zona ini adalah spesies Avicennia marina Forsk. Vierh., dan Xylocarpus granatum Koenig.
4. Hubungan antara Zonasi Vegetasi Mangrove di Pulau Kaledupa dengan Tinggi Penggenangan dalam Komunitas Mangrove
Pola zonasi antar spesies mangrove, memunculkan banyak hipotesis, yang mencoba menjelaskan model zonasi. Banyak faktor yang diduga sebagai faktor
pengendali dalam zonasi mangrove, seperti faktor suksesi tumbuhan, geomorfologi, adaptasi fisiologi, ukuran propagul, pemangsaan bijipropagul dan
interaksi antar spesies, serta penggenangan air laut. Faktor periode penggenangan air laut telah dikaji oleh Watson 1928 pada komunitas mangrove di Malaya,
faktor periode penggenangan air laut dan salinitas telah dikaji oleh Chapman 1976 pada komunitas mangrove di Cilacap, Jawa Tengah. Thom 1976
mengkaji pengaruh geomorphologi, Rabinowitz 1978 mengkaji ukuran propagul, Smith 1987; Mckee 1995 mengusulkan pemangsaan propagul
sebagai suatu faktor terjadinya zonasi mangrove, dan Ball 1980 mengajukan usul kompetisi kadar salinitas sebagai suatu faktor terbentuknya zonasi mangrove.
Faktor mana yang dominan mengontrol zonasi mangrove, bergantung pada kondisi masing-masing habitat Mckee, 1993 dan masih terjadi perbedaan
diantara para ahli. Dalam penelitian ini, peneliti mengkaji tinggi penggenangan air laut di
dalam komunitas mangrove dan zonasi mangrove. Hasil pengamatan tinggi penggenangan air laut dari permukaan tanah pada masing-masing zona vegetasi
mangrove di Pulau Kaledupa, disajikan pada Tabel 17, dan hasil pengukuran tinggi penggenangan secara lengkap disajikan pada Lampiran 9.
60 Berdasarkan hasil yang disajikan pada Tabel 17, masing-masing spesies
mangrove memiliki kisaran toleransi terhadap tinggi penggenangan yang berbeda. Semakin ke arah darat, jumlah periode penggenangan dan tinggi penggenangan
semakin berkurang. Lingkungan zona Rhizophora mucronata Lamk., merupakan area yang selalu tergenang pasang harian, dengan tinggi penggenangan berkisar
antara 19 hingga 146 cm. Zona Ceriops Ceriops decandra Griff. Ding Hou merupakan area yang paling sedikit terkena genangan, dengan tinggi
penggenangan maksimal hanya 20,4 cm. Tabel 17. Jumlah hari tergenang dan kisaran tinggi penggenangan dari permukaan
tanah setiap zona mangrove di Pulau Kaledupa. Tinggi penggenangan diukur dengan alat yang dikembangkan sendiri oleh peneliti Gambar5
yang dipasang di bawah tegakan vegetasi mangrove dengan interval jarak 10 meter, mulai dari formasi mangrove paling luar arah laut
hingga formasi mangrove paling dalamarah darat. Pengamatan dilakukan setiap hari selama satu bulan kalender hijriah
Zona Jumlah hari
tergenag dalam sebulan
Kisaran tinggi penggenangan cm
Minimal Maksimal
Rhizophora mucronata Lamk. 30 hari
19 146
Rhizophora apiculata Bl. 24 - 30 hari
115 Ceriops tagal Perr. C.B. Rob.
17- 23 hari 31
Ceriops decandra Griff. Ding Hou 11- 16 hari
20,4 Keterangan ; : hari tidak terkena genangan pada saat air laut pasang
Melalui Gambar 12a ditunjukan bahwa faktor tinggi penggenangan menjadi faktor pembeda diantara zona vegetasi mangrove. Hasil uji statistik analisis
varian menunjukkan bahwa tinggi penggenangan pada zona Ceriops decandra Griff. Ding Hou tidak berbeda nyata dengan tinggi penggenangan pada zona
Ceriops tagal Perr. C.B. Rob., tetapi tinggi penggenangan pada zona Rhizophora apiculata Bl., berbeda nyata dengan tinggi penggenangan pada semua
zona, dan demikian juga tinggi penggenangan pada zona Rhizophora mucronata Lamk., juga berbeda nyata dengan semua zona. Berdasarkan beberapa uraian di
atas, dapat disimpulkan bahwa tinggi penggenangan pasang surut, merupakan salah satu faktor yang berperan dalam terbentuknya zonasi vegetasi mangrove di
Pulau Kaledupa
61
Gambar 12a Zonasi vegetasi mangrove dan tinggi penggenangan di Pulau Kaledupa. Sampel vegetasi diambil pada komunitas mangrove yang
memiliki ketebalan paling lebar, dengan transek kontinyu dari formasi mangrove paling luar arah laut hingga paling dalam arah
darat. Ukuran plot 10 x 10 m dengan jumlah total sebanyak 57 plot.
Pola adaptasi vegetasi mangrove terhadap lingkungan pasang surut, yang mudah dikenali adalah sistem akar udara. Terdapat perbedaan struktur akar udara
antara jenis yang berbeda Tomlinson 1986, misalnya akar udara pada Avicennia spp, akar pancang pada Sonneratia spp, akar lutut pada Bruguiera sp, akar papan
pada Xylocarpus spp, dan akar tunjang pada Rhizophora spp. Perbedaan sistem perakaran diduga terkait dengan perbedaan periode dan tinggi penggenangan.
Pada anggota Rhizophora sp di Pulau Kaledupa, yang berada pada daerah yang selalu terkena pasang harian dengan tinggi penggenangan yang tinggi,
ditunjang oleh akar udara dan akar tunjang yang berkembang sangat intensif, melengkung dari batang pokok dan juga berasal dari cabang bawah, yang
berfungsi untuk pertukaran gas, memperkokoh tegaknya batang dan penyerapan unsur hara Gambar 13. Akar udara pada golongan ini jumlahnya sangat banyak,
bahkan ditemukan akar udara yang tumbuh pada cabang dengan ketinggian 6 m dari permukaan tanah.
Pada marga Ceriops, yang hidup pada daerah yang tidak selalu terkena genangan pasang harian, dengan tinggi penggenangan rendah, memiliki pola
Zona 1 Zona 2
Zona 3 Zona 4
Laut
62 adaptasi yang berbeda dengan marga Rhizophora. Golongan Ceriops spp.,
mempunyai akar banir dan sistem perakaran samping yang menuju muncul ke atas permukaan tanah dan kembali lagi ke dalam tanah, yang disebut akar lutut
Gambar 14.
a b
Gambar 13 Adaptasi Rhizophora spp pada daerah yang selalu tergenang pasang harian dengan tinggi penggenangan yang tinggi: a. sistem akar
tunjang yang berfungsi memperkokoh berdirinya batang dan peyerapan hara, b. sistem akar udara aerial root yang berfungsi
untuk mengambil oksigen, dan akan berkembang menjadi akar tunjang. Foto diambil pada zona terluar ke arah laut di Pulau
Kaledupa.
Melalui Gambar 14 ditunjukkan bahwa Ceriops spp., mengembangkan sistem perakaran yang menyerupai kebanyakan tumbuhan darat. Hal ini karena
habitat Ceriops spp sudah jarang terkena penggenangan, hanya digenangi pada saat pasang tertinggi dengan tinggi penggenangan yang relatif terbatas maksimal
20.4 cm dari permukaan tanah. Pola adaptasi lain vegetasi mangrove terhadap lingkungan pasang surut,
adalah sistem perkembangbiakan secara alami. Perkembangbiakan pada Rhizophora spp, dan Ceriops spp, bersifat vivipary. Kedua golongan tersebut
memiliki cara adaptasi perkembangbiakan alami yang sama, yaitu dengan propagul Gambar 15. Namun demikian terdapat perbedaan ukuran propagul
63 antara marga Rhizophora dan Ceriops. Marga Rhizophora yang hidup pada
habitat yang selalu tergenang dengan pengenangan yang tinggi, memiliki ukuran
a b
Gambar 14 Adaptasi Ceriop spp pada daerah yang kadang-kadang tergenang pasang air laut dengan tinggi penggenangan yang rendah : a. sistem
akar banir pada Ceriops spp b. tidak ditemukan akar udara aerial root seperti yang ditemukan pada marga Rhizohora. Foto diambil
pada zona terdalam ke arah darat di Pulau Kaledupa.
a. Rhizopora mucronata b. Ceriops tagal
Gambar 15 Propagul sebagai alat perkembangbiakan secara alami pada familia Rhizophoracea. Biji telah berkecambah dan berkembang ketika
masih menempel pada pohon induk.
64 propagul yang jauh lebih panjang, lebih besar, dan lebih berat dibandingkan
dengan propagul marga Ceriops, yang tumbuh pada daerah yang hanya terkena genangan pada saat pasang tertinggi, dengan tinggi penggenangan yang relatif
rendah. Hasil pengamatan pada komunitas mngrove di Teluk Kendari diketahui
bahwa panjang propagul Rhizophora spp 50 cm hingga 69 cm, diameter 1,3 mm hingga 2,2 mm dan berat 30 g hingga 160 g. Propagul Ceriops spp memiliki
panjang 17 cm hingga 31,5 cm, diameter 0,63 mm hingga 1,1 mm dan berat 13 g hingga 75 g Jamili 2006. Hasil penelitian pada komunitas mangrove di Pantai
Napabalano Kabupaten Muna provinsi Sulawesi Tenggara menunjukkan bahwa pola zonasi mangrove berhubungan dengan panjang dan berat propagul. Individu
yang mempunyai propagul lebih berat dan panjang akan menempati zona luar dan sebaliknya akan menempati zona yang lebih dalam Jamili 1998. Hasil ini
memperkuat temuan Rabinowiz 1978, bahwa propagul mangrove ditemukan terdistribusi dari zona surut terendah dan zona pasang tertinggi, dengan
berbanding terbalik dengan ukuran propagul. Propagul-propagul kecil akan mudah terbawa jauh sampai ke dalam pada saat pasang surut tertinggi.
Pada komunitas mangrove di Pulau Kaledupa, ditemukan pola adaptasi perkembangbiakan alami yang unik pada marga Rhizophora. Marga ini selain
berkembang biak dengan propagul, juga mengembangkan pola adaptasi lain, yaitu dengan berkembangbiak secara vegetatif melalui percabangan. Untuk hal ini
akan diuraikan lebih lanjut pada bagian yang membahas tentang permudaan alami vegetasi mangrove di Pulau Kaledupa.
5. Permudaan Alamiah Vegetasi Mangrove di Pulau Kaledupa.