103 komunitas mangrove memiliki regenerasi alami normal apabila memiliki jumlah
semai 1.000 batangha. Berdasarkan hal tersebut maka hanya spesies Osbornia octodonta F.v.M., yang memiliki regenerasi secara alami termasuk kategori baik
atau normal. Dengan jumlah semai yang cukup maka rekrutmen atau pengangkatan generasi dari populasi Osbornia octodonta F.v.M., dapat
berlangsung dengan baik, sehingga pengantian generasi secara alamiah akan berlangsung secara berkesinambungan. Dengan demikian apabila tidak ada
perubahan lingkungan secara drastis, keberadaan populasi Osbornia octodonta F.v.M., pada komunitas mangrove di Pulau Hoga akan tetap terjamin pada masa
yang akan datang. Terbatasnya jumlah semai pada spesies lain, terutama spesies Bruguiera
gymnorrhiza L. Lamk., dan Sonneratia spp., diduga akibat terbatasnya jumlah pohon induk sebagai penghasil biji atau propagul. Kerapatan strata pohon spesies
Bruguiera gymnorrhiza L. Lamk., 26 individuha, dan spesies Sonneratia alba Smith., hanya 9 individuha, jauh dari yang dipersyaratkan dalam SK Direktur
Jenderal Kehutanan No. 60KptsDJI1978 tanggal 8 Mei 1978 tentang pengelolaan hutan mangrovesylvikultur hutan payau sebesar 40 individuhektar.
Bahkan spesies Sonneratia caseolaris L. Engl., tidak memiliki individu yang masuk dalam kategori strata semai. Spesies Osbornia octodonta F.v.M., dengan
jumlah semai tertinggi, yang kemudian disusul oleh Ceriops tagal Perr. C.B. Rob., sebagian besar memiliki ukuran diam batang yang termasuk dalam
kategori sapihan tinggi 1,5m dan dbh 10 cm. Hal ini semakin memperkuat kesimpulan bahwa vegetasi mangrove di Pulau Hoga didominasi oleh golongan
mangrove yang tergolong kecil atau kerdil.
5. Sebaran Diameter Batang Vegetasi Mangrove di Pulau Hoga
Hasil analisis sebaran kelas diameter batang seluruh spesies vegetasi mangrove di Pulau Hoga, disajikan pada Gambar 36, dan hasil perhitungan secara
lengkap disajikan pada Lampiran 31. Gambar tersebut menunjukkan distribusi
104
Gambar 36 Grafik hubungan antara rentang diameter batang dan jumlah individu dari seluruh spesies pada komunitas mangrove di Pulau Hoga.
Sampel vegetasi diambil pada 3 buah transek dengan ukuran plot 10 x 10 m dengan jumlah total 23 plot.
semua spesies yang ditemukan, dengn rentangan diam tertentu. Mengacu pada grafik struktur umur yang disampaikan oleh Daniel et al. 1979, maka grafik
distribusi diameter batang komunitas mangrove di Pulau Hoga seperti disajikan pada Gambar 36, termasuk ke dalam klasifikasi tegakan tidak seumur atau tipe L,
sama seperti yang ditemukan di Pulau Kaledupa dan Derawa.
6. Sebaran Diameter Batang Spesies Mangrove Dominan di Pulau Hoga
Spesies yang diambil sebagai contoh untuk menggambarkan bentuk grafik hubungan antara diameter batang dan jumlah individu suatu spesies, didasarkan
atas spesies terpilih untuk menggambarkan struktur tegakan masing-masing spesies. Spesies yang terpilih meliputi Bruguiera gymnorrhiza L. Lamk.,
Sonneratia alba Smith., Ceriops tagal Perr. C.B. Rob dan spesies Osbornia octodonta F.v.M., dan., seperti tampak pada Gambar 37.
105
a. Bruguiera gymnorrhiza L. Lamk b. Sonneratia alba Smith
c. Ceriops Tagal Perr. C.B. Rob d. Osbornia octodonta F.v.M
Gambar 37 Grafik hubungan antara rentang diameter batang dan jumlah individu dari spesies dominan pada komunitas mangrove di Pulau Hoga.
Sampel vegetasi diambil pada 3 buah transek dengan ukuran plot 10 x 10 m dengan jumlah total 23 plot.
Grafik spesies Bruguiera gymnorrhiza L. Lamk., Gambar 37a, Ceriops tagal Perr. C.B. Rob., Gambar 37c, dan spesies Osbornia octodonta F.v.M.,
Gambar 37d tergolong dalam klasifikasi tegakan tidak seumur atau tipe L. Dalam grafik model ini, semua strata pertumbuhan vegetasi, mulai semai, anakan,
106 dewasa reproduktif, dan tua hadir dengan proporsi semakin tinggi usia, semakin
sedikit jumlahnya. Dengan kondisi demikian akan terjadi regenerasi dengan baik. Vegetasi yang mati akibat penyakit, usia tua atau faktor lain akan digantikan oleh
strata vegetasi yang ada di bawahnya. Model demikian merupakan salah satu ciri populasi tumbuhan yang tumbuh secara alamiah, dan apabila tidak ada perubahan
lingkungan secara drastis, keberadaan spesies tersebut akan tetap lestari di area ini.
Grafik tegakan spesies Sonneratia alba Smith Gambar 37b menunjukkan bentuk tegakan tidak teratur. Artinya di dalam tegakan tersebut terhimpun
individu-individu yang berdiam kecil semai jumlahnya terbatas, sedangkan yang memiliki ukuran diam rata-rata jumlahnya cukup banyak, dan jumlahnya menurun
pada individu-individu yang berdiam di atasnya. Grafik tersebut menunjukkan indikasi populasi tumbuhan yang mengalami gangguan secara alamiah maupun
non alamiah. Faktor utama yang menyebabkan terbentuknya grafik tidak teratur adalah
karena spesies Sonneratia alba Smith tidak memiliki semai. Terbatasnya jumlah ini disebabkan terbatasnya jumlah pohon induk sebagai penghasil biji. Kerapatan
vegetasi strata pohon untuk spesies ini hanya 9 individuha, dan hanya ditemukan pada bagian tertentu saja. Apabila kondisi ini terus berlanjut, dapat diprediksi
bahwa pada masa yang akan datang spesies Sonneratia alba Smith., akan hilang dari komunitas mangrove di Pulau Hoga.
Hasil pengamatan di pulau Hoga tidak menemukan tanda-tanda kerusakan di pulau tersebut. Terbatasnya kerapatan individu strata pohonha di Pulau Hoga,
bukan karena komunitas mangrove di pulau ini telah mengalami kerusakan, tetapi lebih disebabkan oleh vegetasi mangrove dengan ukuran diameter batang yang
relatif kecil atau bakau kerdil. Komunitas mangrove di Pulau Hoga, didominasi oleh spesies Osbornia octodonta F.v.M dan disusul oleh spesies Ceriops tagal
Perr. C.B. Rob. Hasil pengamatan lapangan kedua spesies tersebut ukuran diameter batangnya, tidak ada yang masuk dalam kategori strata pohon dbh 20
cm yang digunakan dalam kajian ini.
107
D. Eksistem Mangrove di Taman Nasional Wakatobi 1. Flora dan Penyebaran Spesies Mangrove di Pulau Kaledupa, Derawa, dan
Pulau Hoga Taman Nasional Wakatobi
Hasil pengamatan terhadap spesies mangrove di 3 buah pulau yang dijadikan sampel pengamatan dapat dilihat pada Tabel 40 dan deskripsi masing-
masing spesies yang ditemukan disajikan pada Lampiran 32. Tabel 40 Flora mangrove sejati di Taman Nasional Wakatobi. Pengamatan
dilakukan dengan teknik jelajah pada komunitas mangrove di Pulau Kaledupa, Derawa dan Pulau Hoga. Di Pulau Kaledupa penjelajahan
dilakukan pada komunitas mangrove di Desa Tanomehe, Langge, Balasuna, Ambeuwa, Sombano, dan Desa Horua. Di Pulau Derawa
dan Hoga, penjelajahan dilakukan pada seluruh kawasan yang memiliki mangrove.
Familia Spesies
Pulau Kaledupa Derawa
Hoga Rhizophoraceae Rhizophora mucronata Lamk.
+ +
+ Rhizophora apiculata Bl.
+ +
+ Bruguiera gymnorrhiza L. Lamk.
+ +
+ Ceriops tagal Perr. C.B. Rob.
+ -
+ Ceriops decandra Griff. Ding Hou
+ -
+ Sonneratiaceae
Sonneratia alba Smith +
- +
Sonneratia caseolaris L. Engl. +
- +
Avicenniaceae Avicennia marina Forsk. Vierh.
+ -
+ Meliaceae
Xylocarpus granatum Koenig +
- -
Xylocarpus molucensis Lamk. Roem. +
- -
Combretaceae Lumnitzera littorea Jack Voigt
+ -
- Lumnitzera rasemosa Willd.
+ -
- Myrsinaceae
Aeguceras cornikulatum L. Blanco +
- -
Osbornia octodonta F.v.M. -
- +
Lythraceae Phemphis aciduta Frost. f.
+ -
+ Acanthaceae
Acanthus ebracteatus Vahl. +
+ +
Arecaceae Nypa fructicans Wurmb.
+ -
- Euphorbiaceae
Excoecaria agallocha L. +
- -
Pteridaceae Acrostichum speciosum Wild.
+ -
- Acrostichum aureum Linn.
+ -
- Jumlah
19 4
11
Keterangan, = Familia yang dominan, + = ditemukan, - = tidak ditemukan
108 Total spesies mangrove yang ditemukan di Taman Nasional Wakatobi
sebanyak 20 spesies mangrove sejati, yang termasuk dalam 11 familia dan didominasi oleh familia Rhizophoraceae. Apabila dibandingkan dengan data
kekayaan flora mangrove di beberapa lokasi lainnya, kekayaan flora mangrove di Taman Nasional Wakatobi lebih tinggi dibandingkan dengan kawasan hutan
mangrove di di Pulau-Pulau Kecil Kepulauan Yamdena Maluku Tenggara, yang tercatat hanya 19 spesies Pulumahuny 1998, di Pulau Unggas, Air Bangis,
Pasaman tercatat 18 spesies Hermalena et al. 1999 di Muara sungai Siganoi, Sorong Selatan, Papua tercatat 12 spesies Rahawarin 2005, di Teluk Kertasari,
Sumbawa Barat tercatat hanya 7 spesies Jupri 2006 dan di Pulau Rambut ditemukan 15 spesies Kartawinata Waluyo 1977. Namun demikian, kekayaan
flora mangrove di kawasan Taman Nasional Wakatobi ini, lebih rendah apabila dibandingkan dengan daerah mangrove di Pulau Wawonii, Sulawesi Tenggara
yang tercatat sebesar 54 spesies Suhardjono Sunardi, 2004 diacu dalam Suhardjono Rugayah 2007, di Teluk Mandar, Polewali, Propinsi Sulawesi
Selatan tercatat 28 spesies Pramudji 2003, di Pesisir Teluk Kayeli, Pulau Buru, Maluku tercatat 25 jenis Parmudji Sediadi, 1999 diacu dalam Suhardjono
Rugayah 2007, di Pulau Nusakambangan, Jawa Tengah sebesar 45 spesies Suhardjono Partomihardjo 2003, dan di Pulau Sepanjang, Jawa Timur 36
spesies Suhardjono Rugayah 2007. Flora mangrove di Taman Nasional Wakatobi, dari 20 spesies yang
ditemukan tidak tersebar secara merata. Secara sederhana penyebaran spesies mangrove dilokasi kajian dapat dibedakan menjadi 4 kelompok. Kelompok
pertama, spesies yang ditemukan di pulau Kaledupa, Derawa, dan pulau Hoga, yaitu spesies
Rhizophora mucronata Lamk, Rhizophora apiculata Bl, Bruguiera gymnorrhiza L. Lamk, dan Acanthus ebracteatus Vahl.
Kelompok kedua, spesies yang hanya ditemukan di pulau Kaledupa dan Hoga, yaitu spesies
Ceriops tagal Perr. C.B. Rob, Ceriops decandra Griff. Ding Hou, Sonneratia alba Smith,
Sonneratia caseolaris L. Engl, Avicennia marina Forsk. Vierh, dan Phemphis aciduta Frost. f. Kelompok ketiga, spesies yang hanya ditemukan di pulau Hoga, yaitu spesies
Osbornia octodonta F.v.M, dan kelompok keempat, spesies yang hanya ditemukan di pulau Kaledupa, yaitu spesies Nypa fructicans Wurmb, Excoecaria agallocha L,
Acrostichum speciosum Wild, dan Acrostichum aureum Linn.
109 Jumlah spesies yang terbanyak ditemukan di Pulau Kaledupa, dan yang
terendah ditemukan di Pulau Derawa. Penyebaran komunitas mangrove di area kajian disajikan pada Gambar 38. Tanpaknya semakin luas ukuran pulau, jumlah
Y
Y Y
Y Y
Y Y
Y
Y P . Ho g a
P . Le n te a P . De r a wa
P . K a le d u pa
D es a P ajam D es a H or ua
D es a Le ng ge D es a S om ba no
D es a T am p ar a D es a K as ua ri
D es a T an om e he P a nta i
S om b a n o
Ê Ú
Î
Î
Kam beu a
K. B al as un a
58 00 00 58 50 00
59 00 00 59 50 00
58 00 00 58 50 00
59 00 00 59 50 00
9 3
80 00
9 3
85 00
9 3
90 00
9 3
95 00
9 40
00
93 80
00 93
85 00
93 90
00 93
95 00
94 00
00
Darat Ma ng rove
Garis Pan tai
Keteran gan :
N E
W S
1 1
2 km
Jam ili NRP. G363070071
Sekolah Pascasarjana Istitut Per tanian Bogor
Gambar 38 Peta penyebaran komunitas mangrove di Pulau Kaledupa, Derawa dan Pulau Hoga. Di Pulau Kaledupa komunitas mangrove hampir
tersebar di seluruh pulau yang meliputi Desa Tanomehe, Langge, Balasuna, Ambeuwa, Sombano, dan Desa Horua. Komunitas
mangrove di Pulau Derawa ditemukan pada beberapa titik atau spot, dan di Pulau Hoga hanya ditemukan pada satu spottempat. Gambar
diolah dari data Citra Landsat ETN 7 2008 dan data lapangan.
spesies yang yang ditemukan semakin banyak. Hal ini disebabkan perbedaan ukuran pulau akan menyebabkan terjadinya perbedaan faktor lingkungan yang
mempengaruhi pertumbuhan mangrove, seperti substrat lumpur, masukan air tawar. Gambaran umum lingkungan di lokasi penelitian akan diuraikan kemudian,
pada saat membahas kondisi umum lingkungan di Pulau Kaledupa, Derawa, dan Pulau Hoga Taman Nasional Wakatobi.
110 Spesies Osbornia octodonta F.v.M., yang hanya ditemukan di pulau Hoga,
tanpaknya merupakan spesies khas di pulau-pulau kecil yang pesebarannya sangat terbatas. Pulumahuny 1998 yang melakukan penelitian pada 8 pulau-pulau kecil
di Kepulauan Yamdena, Maluku Tenggara melaporkan bahwa spesies Osbornia octodonta F.v.M., hanya ditemukan di pulau Larat.
2. Kerapatan Spesies Mangrove di Pulau Kaledupa, Derawa, dan Pulau Hoga Taman Nasional Wakatobi
Hasil pengamatan terhadap kerapatan spesies mangrove dari di 3 buah pulau yang dijadikan sampel pengamatan dapat dilihat pada Tabel 41.
Tabel 41 Kerapatan individuhektar vegetasi mangrove strata pohon dbh 20 cm, tiang dbh 10
– 19 cm , sapihan dbh 10 – 19 cm , dan semai tinggi 1,5m dan dbh 10 cm di Taman Nasional Wakatobi.
Pengambilan sampel dengan teknik plot ukuran 10 x 10 m, dengan jumlah plot di Pulau Kaledupa 101 plot, Derawa 35 plot dan Pulau
Hoga 23 plot
Spesies Kerapatan individuhektar
Pulau Kaledupa
Derawa Hoga
P T
Sp Se
P T
Sp Se
P T
Sp Se
Rm 18
125 299
450 140
700 863
271 -
- -
- Ra
3 83
430 137
- -
- -
- -
- -
Bg 44
51 128
306 94
40 151
786 26
70 52
478 Sa
8 4
4 19
- -
- -
9 17
9 -
Sc -
- -
- -
- -
- -
17 17
87 Am
6 28
208 206
- -
- -
- -
- -
Xg 2
19 61
23 -
- -
- -
- -
- Ct
- 4
860 3.645
- -
- -
- 22
209 774
Cd -
1 581
1.737 -
- -
- -
- -
- Oo
- -
- -
- -
- -
- 70
961 1.843
Total 81
315 2.571 6.522 234
740 1.014 1.057 35
196 1.248 3.182
Keterangan ; P: strata pohon, T : strata tiang, Sp : strata sapihan, Se : strata semai. Rm : Rhizophora mucronata Lamk., Ra : Rhizophora apiculata
Bl., Bg : Bruguiera gymnorrhiza L. Lamk., Sa : Sonneratia alba Smith., Sc : Sonneratia caseolaris L.Engl., Am : Avecennia marina
Forsk. Vierh., Xg : Xylocarpus granatum Koenig., Ct : Ceriops tagal Perr. C.B. Rob., Cd : Ceriops decandra Griff. Ding Hou.,
dan Oo : Osbornia octodonta F.v.M.
111 Melalui Tabel 41 dapat ditunjukkan adanya perbedaan kerapatan masing-
masing spesies mangrove pada setiap strata pertumbuhan dari setiap pulau. Ada pergantian spesies yang mendominasi pada strata pertumbuhan tingkat pohon,
tiang, sapihan dan semai. Di pulau Kaledupa pada strata pohon kerapatan tertinggi diduduki oleh spesies Bruguiera gymnorrhiza L. Lamk, strata tiang
spesies Rhizophora mucronata Lamk., strata sapihan dan semai ditempati oleh Ceriops tagal Perr.. Dipulau Derawa strata pohon tiang, dan sapihan didominasi
oleh spesies Rhizophora mucronata Lamk., strata semai oleh Bruguiera gymnorrhiza L. Lamk., dan di pulau Hoga strata pohon dan tiang oleh spesies
Bruguiera gymnorrhiza L. Lamk., dan strata sapihan dan semai didominasi oleh spesies Osbornia octodonta F.v.M.
Berdasarkan fenomena di atas, apabila pertumbuhan vegetasi strata semai semua berhasil mencapai dewasa strata pohon, maka dapat dipredikasi bahwa
pada masa yang akan datang komunitas mangrove di pulau Kaledupa akan mengarah kebentuk klimaks yang didominasi oleh spesies Ceriops tagal Perr.
C.B. Rob., di pulau Derawa oleh spesies Bruguiera gymnorrhiza L. Lamk., dan di pulau Hoga oleh Osbornia octodonta F.v.M. Asumsi ini masih memerlukan
kajian lebih lanjut, mengingat untuk spesies tertentu, misalnya Osbornia octodonta F.v.M, pertumbuhan diameter batangnya tidak ada yang mencapai
kategori strata pohon. Secara alamiah pertumbuhan semai suatu tumbuhan, termasuk mangrove
tidak semuanya akan dapat berhasil mencapai dewasa. Banyak faktor yang turut mempengaruhinya, misalnya kompetisi. Suatu populasi tumbuhan yang hidup
bersama pada suatu habitat, akan terjadi kompetisi dalam memanfaatkan sumberdaya yang ada, seperti cahaya, unsur hara, dan ruang tempat tumbuh.
Individu yang unggul dalam kompetisi saja yang dapat melangsungkan pertumbuhannya dan yang tidak dapat berkompetisi akan tersingkir dari populasi.
Ekosistem mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dan ekosistem laut, sehingga kondisi lingkungan mangrove khas. Ada
perubuhan faktor lingkungan secara gradual mulai dari garis pantai menuju daratan. Setiap spesies mempunyai kisaran ekologis tersendiri dan relung niche
yang khusus, sehingga pada komunitas mangrove spesies yang tumbuh mulai dari
112 garis pantai menuju daratan membentuk perbedaan yang gradual atau yang lazim
dikenal dengan istilah zonasi pemintakatan, yang merupakan salah satu ciri khas komunitas mangrove.
Berdasarkan beberapa uraian di atas maka ke arah mana bentuk klimaks suksesi mangrove di pulau Kaledupa, Derawa dan Hoga merupakan salah satu
topik yang menarik untuk dikaji lebih lanjut. Apalagi dalam kajian ini juga ditemukan bahwa spesies Rhizophora mucronata Lamk., Rhizophora apiculata
Bl., selain berkembang biak dengan propagul, juga memiliki perkembangbiakan secara vegetatif, sebagaimana telah diuraikan sebelumnya. Individu baru hasil
perkembangbiakan model ini tidak melalui fase strata semai, tetapi sudah masuk dalam kategori strata sapihan dan tiang.
3. Keanekaragaman Spesies Mangrove di Pulau Kaledupa, Derawa, dan Pulau Hoga Taman Nasional Wakatobi
Hasil p erhitungan H’indeks keanekaragaman spesies Shanon-Wienner, di
komunitas mangrove Pulau Kaledupa, Derawa, dan Pulau Hoga disajikan pada Tabel 42.
Melalui Tabel 42 terlihat bahwa Indeks Keanekaragaman Spesies vegetasi mangrove tergolong rendah, terutama apabila dibandingkan dengan hutan hujan
tropis. Rendahnya keanekaragaman jenis pada hutan mangrove disebabkan tumbuhan yang hidup di daerah ini harus beradaptasi dengan genangan air laut
dengan salinitas yang tinggi. Tumbuhan mangrove bersifat halophyte facultative, Tabel 42
Indeks Keanekaragaman H’ vegetasi mangrove strata pohon dbh 20 cm, tiang dbh 10
– 19 cm , sapihan dbh 10 – 19 cm , dan semai tinggi 1,5m dan dbh 10 cm di Taman Nasional Wakatobi.
Pengambilan sampel dengan teknik plot ukuran 10 x 10 m, dengan jumlah plot di Pulau Kaledupa 101 plot, Derawa 35 plot dan Pulau
Hoga 23 plot
Strata vegetasi Indeks Keanekaragaman
H’ Kaledupa
Derawa Hoga
Pohon 1,304
0,69 0,59
Tiang 1,638
0,34 1,41
Sapihan 1,855
0,54 0,99
Semai 1,675
0,63 1,14
113 keberadaan kadar garam tidak penting untuk pertumbuhan mangrove. Keuntungan
yang diperoleh oleh mangrove pada lingkungan dengan kadar salinitas tinggi adalah kurangnya tumbuhan kompetitor. Hanya sedikit jenis tumbuhan yang
mampu tumbuh pada lingkungan dengan kadar salinitas tinggi. Pada hutan hujan tropis keanekaragaman tumbuhan sangat tinggi dan kompetisi antar dan inter
spesies sangat tinggi.
4. Zonasi Vegetasi Mangrove di Pulau Kaledupa, Derawa, dan Pulau Hoga Taman Nasional Wakatobi