Implikasi Praktis dan Kebijakan

sehingga diperoleh model tanah-lanskap pada landform aluvial, model tanah-lanskap pada landform struktural, model tanah-lanskap pada landform gambut, model tanah-lanskap pada model volkan. Kerangka kerja yang dikembangkan dalam penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk melakukan pemodelan-pemodelan tersebut. ii Ujicoba model di daerah survei lainnya untuk mengetahui galat dari nilai taksiran terhadap nilai sebenarnya. Pertanyaan krusial adalah berada faktor koreksi nilai taksiran untuk wilayah-wilayah tertentu. Faktor koreksi dapat diperoleh jika galat yang konsisten diketahui. Teknik uji daya transfer yang digunakan dalam penelitian ini dapat diaplikasikan untuk menguji model di banyak wilayah. iii Ekstraksi model tanah-lanskap dari peta tanah. Peta tanah pada dasarnya merupakan perwujudan dari hubungan tanah dan lanskap yang dibangun pada saat survei tanah. Teknologi saat ini khususnya teknologi data mining memungkinkan model konsep pada saat pembuatan peta dibangun ulang. Bui et al. 1999 serta Bui dan Moran 2003 menyediakan teknik disagregasi poligon untuk mengekstrak model tanah- lanskap dari peta tanah yang ada. iv Ekstraksi model tanah-lanskap dari para pemeta senior. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk membuat model kuantitatif dari model konsep yang ada dalam pengetahuan pemeta senior. Para pemeta senior telah melakukan banyak survei dan membuat peta tanah. Ini berarti mereka telah berulang kali membuat model tanah-lanskap konseptual sebagai dasar untuk pembuatan peta tanah. Teknik wawancara dan pengisian quisioner dapat diaplikasian untuk menggali pemikiran dan konsep hubungan tanah lanskap dari para pemeta ini v Pengembangan model dengan respon kategori taksonomi tanah. Saat ini pemetaan tanah masih menggunan kategori taksonomi tanah untuk menjelaskan sifat tanah. Sifat tanah dapat diinterpretasi dari nama tanah. Pemodelan klasifikasi tanah telah banyak berkembang. Karenanya, beberapa peneliti di daerah temperat telah menggunakan tipe tanah sebagai respon. Penelitian ini tentunya perlu dilakukan di daerah tropika.

VIII. SIMPULAN DAN SARAN

8.1 Simpulan

1. Tersedia 22 model regresi tanah-lanskap yang daya taksirnya tergolong baik dengan kovariat penaksir yang mewakili relief dan tersedia 74 model regresi pohon tanah-lanskap yang daya taksirnya tergolong baik dengan kovariat penaksir yang mewakili iklim zone agroklimat, bahan induk litologi, umur lahan, dan relief kemiringan lereng, posisi landskap, dan MRVBF. 2. Daya transfer model-model ke DAS Cisadane Hulu dan DAS Sampean Hulu beragam tergantung kombinasi faktor penaksir dan kondisi fisik wilayah ujicoba. 3. Peta sifat tanah sementara dan peta akurasinya dapat diturunkan dari dataset lanskap dan model-model tanah-lanskap yang dapat membantu dalam perencanaan survei dan pemetaan tanah.

8.2 Saran

Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini serta pengalaman selama melakukan penelitian ini, saran penelitian ke depan dan saran aplikasi hasil dapat teridentifikasi. Penelitian ke depan dapat diarahkan pada topik-topik berikut: 1. Ekstraksi model tanah-landskap dari peta tanah dan para pakar survei, 2. Pengembangan model tanah-lanskap dengan respon kategori taksonomi tanah, 3. Pengembangan model tanah-lanskap berdasarkan grup landform, dan 4. Ujicoba model tanah-lanskap dari penelitian ini di daerah survei untuk mengetahui galat yang konsisten. Untuk menyusun peta sifat tanah, pendekatan pemetaan tanah dijital, rangka berdasarkan data tanah warisan dapat diterapkan. Secara umum pendekatan ini dibagi ke dalam 3 tahapan, yakni: 1. Penyiapan dataset. Tahap ini yang mencakup i pengumpulan laporan-laporan survei terdahulu dan data penunjang, ii seleksi data