Pendahuluan HARMONISASI DATA PROFIL TANAH WARISAN UNTUK PEMETAAN TANAH DIJITAL

II. HARMONISASI DATA PROFIL TANAH WARISAN UNTUK PEMETAAN TANAH DIJITAL

2.1 Pendahuluan

Pendekatan pemetaan tanah dijital memerlukan dataset tanah-lanskap yang cukup dan mewakili keragaman lanskap. Minasny et al. 2008 membedakan dataset ini sebagai dataset kecil jika kurang 200 contoh, sedang jika antara 200- 1000 contoh dan besar jika lebih dari 1000 contoh. Selanjutnya, mereka mengaitkan jumlah contoh ini dengan i struktur model yang bisa digunakan, dan ii cara penaksiran akurasi model. Dataset juga harus bisa mewakili keragaman kondisi lingkungan dari areal yang dikaji. Ini tentunya berkaitan dengan penyebaran contoh-contoh itu di suatu lanskap. Jumlah contoh yang banyak namun hanya mengelompok di suatu lokasi tertentu saja tidak diinginkan dalam pemodelan tanah-lanskap ini. Dataset tanah dapat diperoleh melalui dua cara. Cara pertama adalah dengan melakukan pengamatan profil tanah langsung ke lapangan. Teknik untuk memilih lokasi pengamatan dan pengambilan contoh tanah telah banyak tersedia. McKenzie dan Ryan 1999 telah menerapkan teknik ini; pertama-tama mengelompokkan area ke dalam kelas-kelas dengan atribut yang mirip, selanjutnya contoh dipilih secara acak dari dalam kelas tersebut. Teknik lainnya adalah Latin Hypercube Sampling seperti diusulkan Minasny dan McBratney 2006. Teknik ini telah dipraktekan antara lain oleh Malone et al. 2010 di Hunter Valley, Australia. Untuk setiap lokasi, deskripsi profil tanah mengikuti tata cara yang rutin dan contoh tanah diambil mewakili tipe horizon tanah untuk kemudian dianalisis menggunakan metode yang standard. Cara kedua adalah dengan mengumpulkan data deskripsi profil tanah hasil survei tanah terdahulu atau data profil tanah warisan legacy profile data. Karena data profil tanah ini berasal dari tahun pengamatan dan surveyor yang berbeda, tahap awal dari cara ini adalah melakukan harmonisasi posisi geografis dan format data, dan kemudian melakukan standarisasi data tanah menurut kelas kedalaman tertentu. Kelebihan dari cara pertama adalah keragaman sifat tanah di lapangan dijamin terwakili. Tetapi, cara ini memerlukan waktu yang lama dan biaya yang banyak. Sementara itu, cara kedua nampak lebih murah dan menyediakan data yang banyak. Tetapi, sebaran lokasi pengamatan tanah umumnya sporadis sehingga ada kemungkinan atribut lanskap tertentu tidak terwakili. Karena data warisan ini banyak tersedia, cara kedua ini menarik dan menantang khususnya dalam bagaimana mengelola dan mengekstrak informasi dari data tanah warisan ini. Dataset lanskap merupakan data yang mewakili faktor pembentuk tanah yakni: iklim, relief, bahan induk, organisme dan waktu. Dataset ini diperoleh dengan menurunkannya dari data penunjang, yaitu: Peta Agroklimat, SRTM Shuttle Radar Topographic Mission DEM digital elevation model, Peta Geologi dan data lainnya yang relevan. Permasalahan yang umumnya dijumpai adalah: i masalah skala; besar atau kecil, ii masalah format peta; dijital atau analog, dan iii masalah umur peta; peta lama atau peta baru. Masalah ini akan mempengaruhi kualitas dari dataset lanskap, yang pada akhirnya akan menentukan kualitas dataset tanah-lanskap. Karenanya, informasi tentang karakteristik data asal perlu disajikan sehingga pengguna dapat menggunakan dataset itu secara lebih bijaksana. Kegiatan penelitian dan survei tanah di Pulau Jawa telah dilakukan sejak tahun 1935 sehingga laporan-laporan teknik banyak tersedia. Laporan-laporan ini kebanyakan dilengkapi oleh deskripsi profil tanah serta data kimia tanah. Laporan-laporan ini merupakan sumber data yang berharga bagi beberapa dataset untuk kepentingan penelitian lanjutan. Dataset lapisan atas tanah Indonesia termasuk Pulau Jawa telah dibuat oleh Lindert 2000 dari laporan survei tanah hingga tahun 1990-an. Dataset Jawa selanjutnya dikembangkan dan digunakan untuk mengkaji perubahan spatio-temporal karbon organik tanah di Pulau Jawa lihat Sulaeman et al. 2010, Minasny et al. 2010, Minasny et al. 2011. Selain itu, dataset ini bermanfaat antara lain untuk membuat model tanah-lanskap dalam kerangka kerja pemetaan tanah dijital. Penelitian ini bertujuan untuk: i menyusun dataset tanah-lanskap untuk pemetaan tanah dijital, dan ii mengetahui sebaran regional dataset tanah-lanskap di Jawa. Dataset tanah berasal dari laporan survei tanah di Pulau Jawa dan dibatasi pada survei tahun 1987 hingga 2001. Dataset lanskap berasal dari Peta Agroklimat skala 1:2.500.00, Peta Geologi skala 1:100.000 dan SRTM DEM resolusi 90 m x 90 m atau equivalen dengan skala 1:32.000. Penelitian diawali dengan pengumpulan data, kemudian penurunan sifat tanah dan lanskap dari data penunjang yang tersedia dan terakhir eksplorasi dataset tanah-lanskap yang telah diperoleh.

2.2 Bahan dan Metode