tanah tersebut. Untuk suatu dataset, sebaran profil tanah menurut tipe penggunaan lahan perlu diketahui dan dipahami.
Gambar 2-6d menunjukan bahwa profil tanah diambil pada tipe penggunaan tegalan 39 dan sawah 31. Dengan kata lain, 70 profil tanah
diambil dari lahan pertanian. Sementara itu jumlah profil dari tipe kebun campuran sekitar 9 dan hutan sekitar 6. Dengan demikian profil tanah
menyebar pada kondisi tipe penggunaan yang relatif homogen, yakni areal pertanian.
2.3.3 Sebaran statistik sifat tanah
Dataset sifat tanah disimpan dalam MSExcell Gambar 2-7. Kelengkapan data sifat tanah untuk setiap profil berbeda. Beberapa profil mempunyai semua
sifat tanah sedangkan yang lainnya hanya satu dua sifat tanah saja. Ini terjadi karena tujuan dari pengamatan tanah yang berbeda seperti telah diuraikan pada
bagian sebelumnya. Selain karena perbedaan tujuan pemetaan tanah, kelengkapan data juga
tergantung pada format laporan. Beberapa laporan dari kegiatan LREP II hanya mencantumkan ringkasan sifat tanah, bukan sifat tanah per lapisan. Pada laporan
ini, data tanah dibedakan atas lapisan atas dan lapisan bawah. Nilai sifat tanah untuk setiap lapisan berupa kelas atau kisaran nilai. Cara pelaporan seperti ini
dimungkinkan karena data profil lengkap berada di basisdata spasial yang dibuat pada saat proyek tersebut. Karena versi cetak dari deskripsi profil ini tidak
tersedia dan status basisdata dijital itu tidak diketahui keberadaannya, informasi sifat tanah dari laporan-laporan ini terbatas pada lapisan atas saja.
Sifat tanah dalam dataset tanah ini diambil berdasarkan kelas kedalaman yang mengikuti keragaman vertikal dari horizon tanah. Meskipun kode
horizonnya misalnya Bt1 sama, kisaran kedalaman lapisan ini berbeda antar lokasi. Penentuan ketebalan lapisan sendiri dilakukan bersifat subjektif. Pada
profil yang sama, dua surveyor bisa menghasilkan jumlah dan kode lapisan yang berbeda tergantung dari pengalaman dan pengetahun surveyor tersebut. Kondisi
dimana kelas kedalaman beragam menyulitkan saat menggabungkan data dari lokasi-lokasi yang berbeda.
Pada penelitian ini, penetapan nilai sifat tanah pada kelas kedalaman tanah tertentu dilakukan menggunakan fungsi spline berdasarkan data nilai profil tanah
warisan. Modul perangkat lunak untuk menghitung sifat tanah dengan fungsi spline ini telah tersedia. Dalam pelaksanaannya, modul akan memplot data sifat
tanah aktual yang dibedakan berdasarkan kedalaman horizon genetik. Fungsi spline pada prinsipnya menghubungkan antara kedalaman dan nilai sifat tanah.
Fungsi ini digunakan untuk menaksir sifat tanah jika kedalamannya diketahui. Akhirnya, nilai sifat kedalaman untuk kelas kedalaman yang diinginkan
ditetapkan. Gambar 2-8 menunjukan plot antara data aktual, fungsi spline, dan data taksiran.
Gambar 2-8 Contoh hasil plot dalam penetapan nilai sifat tanah menggunakan fungsi spline
Sifat tanah umumnya ditetapkan untuk ketiga kelas kedalaman yakni 0-30 cm, 30-50 cm, dan 50-100 cm, kecuali sifat kedalaman tanah Soildepth,
ketebalan horizon A Athick, dan kedalaman horizon B DepthtoB. Tabel 2-2 menunjukan ringkasan statistik sifat tanah dari 301 profil tanah terpilih.
Kejenuhan basa BS nampak menunjukan nilai lebih dari 100 yang mengindikasikan terhitungnya kation-kation yang ada dalam larutan tanah.
Keragaman sifat tanah umumnya tergolong tinggi CV35 kecuali ketebalan horizon A, dan pH yang tergolong sedang CV antara 15 dan 35 menurut
pengharkatan Wilding dan Dress 1983. Jumlah profil yang digunakan untuk menetapkan sifat tanah nampak tidak
sama Tabel 2-2, seperti 300 profil untuk kedalaman tanah dan 32 profil untuk Retensi P RetP pada kedalaman 0-30 cm. Perbedaan jumlah profil tidak hanya
nampak antar sifat tanah tetapi juga nampak antar kelas kedalaman pada sifat tanah yang sama. Hal ini terjadi karena jumlah dan jenis sifat tanah yang
dianalisis untuk setiap profil berbeda-beda tergantung pada keperluan dan tujuan survei.
Data pada Tabel 2-2 mengindikasikan bahwa sifat-sifat tanah tertentu lebih disukai untuk dianalisis dibandingkan sifat tanah lainnya. Sebagai contoh,
distribusi ukuran partikel tanah, kadar karbon organik tanah dan kadar nitrogen total nampak paling sering dianalisis dibandingkan Retensi P. Ini dapat dipahami
karena sifat-sifat tanah tersebut diperlukan dalam pengelolaan tanah-tanah pertanian.
Tabel 2-2 menunjukan bahwa nilai maksimum kedalaman tanah di Jawa adalah 200 cm. Data ini perlu dilihat secara hati-hati karena kedalaman tanah 200
cm adalah yang dipergunakan untuk tujuan klasifikasi tanah menurut sistem taksonomi tanah. Di lapangan, kedalaman lebih dari 200 cm masih dapat dijumpai
khususnya di daerah volkan. Bahan organik tanah pada lapisan 0-30 cm SOM
0-30
Retensi P merupakan sifat tanah yang paling jarang dianalisa. Dari 301 profil yang terpilih, hanya 32 profil yang retensi P nya dianalisis. Meskipun relatif
sedikit, data ini cukup memberikan gambaran kondisi retensi P di Jawa. Pada lapisan olah 0-30 cm, retensi P berkisar dari 6 hingga 86, dengan nilai tengah
sekitar 43. Ini menarik karena secara rata-rata tanah di Jawa meretensi P sekitar 45. Retensi P yang tertinggi dijumpai pada profil-profil tanah Andisols.
nampak berkisar dari 0.39 hingga 19.67, dengan nilai tengah 1.75. Sementara itu untuk lapisan
30-50 cm, bahan organik berkisar dari 0.08 hingga 15, dengan nilai tengah sekitar 1. Dataset ini, yang diambil dari tanah-tanah pertanian, menunjukkan
bahwa bahan organik tanah berkisar antara 1 hingga 2.
Tabel 2-2 Ringkasan statistik beberapa sifat tanah di Jawa
Sifat tanah Jumlah
Profil Rata-rata
median Mini-
mum Maksi-
mum Simp.
baku CV
Soildepth cm 300
102.86 105.00
11.00 200.00
46.07 45
Athick cm 300
17.64 17.00
6.00 31.00
4.72 27
DepthtoB cm 270
21.72 18.50
7.00 55.00
9.37 43
Sand
0-30
300 18.16
11.00 0.00
97.00 19.20
106 Sand
30-50
279 16.48
10.00 0.00
95.00 17.58
107 Sand
50-100
260 19.02
11.50 0.00
90.00 20.02
105 Clay
0-30
300 55.16
59.00 2.00
90.00 20.40
37 Clay
30-50
281 57.36
59.00 2.00
91.00 20.00
35 Clay
50-100
256 56.13
58.50 3.00
95.00 20.30
36 SOM
0-30
301 2.25
1.75 0.39
19.67 20.40
91 SOM
30-50
296 1.47
1.03 0.08
15.03 1.47
105 SOM
50-100
284 1.04
0.80 0.12
11.83 1.30
125 SOC
0-30
301 1.30
1.02 0.23
11.41 1.18
91 SOC
30-50
296 0.81
0.60 0.05
8.72 0.85
105 SOC
50-100
284 0.60
0.46 0.07
6.86 0.75
125 Ntot
0-30
301 0.13
0.11 0.03
0.88 0.09
72 Ntot
30-50
278 0.09
0.07 0.02
0.75 0.07
79 Ntot
50-100
246 0.07
0.06 0.01
0.32 0.05
66 pH
0-30
275 6.02
5.80 4.70
8.30 1.06
18 pH
30-50
248 6.12
6.00 4.50
8.40 0.99
16 pH
50-100
227 6.17
6.10 4.10
8.40 1.01
16 RetP
0-30
32 43.95
44.50 5.70
86.20 19.84
45 RetP
30-50
26 38.93
40.60 0.60
83.40 21.88
56 RetP
50-100
18 37.57
30.95 1.00
87.80 24.94
66 BS
0-30
262 72.34
79.00 1.00
162.00 27.41
38 BS
30-50
238 71.32
80.00 1.00
155.00 30.15
42 BS
50-100
221 73.04
83.00 1.00
144.00 30.24
41 CEC
0-30
267 cmolkg
32.64 32.00
3.00 101.00
16.51 51
CEC
30-50
246 cmolkg
32.56 31.00
5.00 98.00
16.77 51
CEC
50-100
223 cmolkg
31.55 31.00
5.00 95.00
16.29 51
CV=koefisien keragaman; rendah jika CV 15 , sedang jika 15CV35, dan tinggi jika CV 35 Wilding dan Dress, 1983
2.3.4 Sebaran statistik kovariat yang mewakili terain
Kovariat adalah peubah lingkungan yang menyebabkan keragaman sifat tanah. Tabel 2-3 menunjukan contoh beberapa kovariat yang dapat mewakili
kondisi terain. Kovariat Topographic Position Index TPI diturunkan dari SRTM DEM menggunakan extention di ArcView, sedangkan kovariat lainnya diturunkan
dari SRTM DEM menggunakan SAGA GIS.
Tabel 2-3 Deskripsi singkat kovariat yang merepresentasikan kondisi topografi
No Kode Deskripsi singkat
Acuan A.
Parameterisasi ketinggian tempat 1
ZC Ketinggian di atas saluran Altitude above channel merupakan
ketinggian di atas saluran drainase, seperti anak sungai dengan satuan meter.
1 2
Elev Ketinggian tempat di atas permukaan laut elevasi dengan satuan
meter. 1
B. Parameterisasi posisi dan elemen lereng
3 TPI
Indeks posisi topografi topographic position index merupakan indeks untuk karakterisasi posisi site di lereng.
2 4
MRVBF Indeks kerataan dasar lembah multiresolution index of valley bottom flatness.
3 5
MRRTF Indeks kerataan puncak igir multiresolution index of ridge top
flatness. 3
6 KP
Profile vertical curvature, menjelaskan mekanisme akumulasi dengan satuan radianm.
1,4 7
KC Contour tangential curvature, menjelaskan mekanisme akumulasi
dengan satuan radianm. 1,4
8 CU
Curvature, menjelaskan mekanisme akumulasi dengan satuan radianm.
1 C.Parameterisasi sifat aliran dan erosi
9 SP
Indeks kekuatan arus stream power merupakan indeks kekuatan arus versi SAGA GIS yang menjelaskan aliran erosi potensial.
1,5 10
FW Flow width adalah panjang kontur efektif yang tegak lurus aliran
dengan satuan meter 1,5
11 FPL
Flow path length, merupakan total panjang aliran dari semua aliran lereng bagian atas dari site dengan satuan meter.
1,4 12
FA Flow accumulation, merupakan areal planar bukan areal permukaan
yang menjelaskan luas areal pengumpul seperti terlihat dari angkasa dengan satuan meter
2
1,5 . Istilah lainnya adalah basin area, upslope
area. 13
CI Convergence Index, merupakan indeks yang menunjukan sifat
aliran yang menyebar atau menyatu dari suatu sel. 1,5, 6
14 WI
SAGA Wetness index merupakan parameter yang menjelaskan kecenderungan suatu sel untuk akumulasi air.
1,5 D.Parameter sifat lereng
15 SL
Slope length, merupakan panjang maksimum aliran hingga sel target dimana kemiringan berakhir dengan satuan meter.
1,4 16
SG Slope gradient kemiringan lereng, menjelaskan laju aliran dengan
satuan derajat. 1,4
17 LSF
Faktor panjang dan kemiringan lereng LS factor. 1
18 AZ
Aspek, menjelaskan arah garis aliran dengan satuan derajat. 1,4
E. karakteristik watershed 19
CA Catchment area, menjelaskan besaran aliran dengan satuan meter
2
1,4 .
20 MCA
Modified catchment area, merupakan modifikasi SAGA untuk catchment area dengan satuan meter
1
2
21 CS
Catchment slope, kemiringan rataan dari lereng bagian atas upslope, indikator kecepatan dan energi aliran dengan satuan
derajat 1, 4
1=Olaya 2004, 2=Jennes 2006, 3= Gallant dan Dowling 2003 4=Olaya 2009, 5= Gruber
dan Peckham 2009, 6=Olaya dan Conrad 2009