Kelemahan studi PEMBAHASAN UMUM

Ketiga, model tanah-lanskap untuk menduga sifat tanah di Pulau Jawa. Model-model yang dibuat ini dapat digunakan untuk menaksir sifat tanah di suatu tapak dan atau di suatu areal. Peta-peta yang dihasilkan dapat dilengkapi dengan informasi akurasinya. Cara ini akan bermanfaat terutama dalam aplikasi pengelolaan lahan berbasis skenario, yakni pengelolaan lahan yang mengoptimalkan pemanfaatan fungsi-fungsi tanah sementara mengurangi ancaman-ancaman negatif terhadap keberlanjutan fungsi tanah tersebut. Model-model ini khususnya model-model yang numerik berformat raster menjadi masukan dalam pemodelan dinamis. Batas-batas peta menjadi fleksibel serta mudah dan cepat disesuaikan dengan keperluan. Reklasifikasi data bisa dilaksanakan lebih mudah dan lebih cepat dibandingkan peta-peta yang disajikan dalam format vektor. Ini menguntungkan terutama ketika keperluan data berubah- berubah pada sifat tanah yang sama. Keempat, peta-peta sifat tanah yaitu: kedalaman tanah, ketebalan horizon A, kedalaman ke horizon B, dll dan peta akurasinya batas atas, batas bawah dan jangkauan di DAS Sampean Hulu beriklim kering dan DAS Cisadane Hulu beriklim basah dapat dimanfaatkan untuk membantu dalam formulasi kebijakan pengelolaan hara dan bahan organik di kedua wilayah tersebut. Data ini juga akan membantu dalam formulasi kebijakan konservasi tanah dan air serta rehabilitasi lahan di kedua wilayah tersebut.

7.7 Arah Penelitian ke Depan

Dampak-dampak positif seperti diuraikan pada bagian sebelumnya sebenarnya bisa lebih dikembangkan dengan mengembangkan terus dan mencoba model-model hasil penelitian ini untuk berbagai tujuan. Memperhatikan pengalaman, permasalahan, dan hasil yang diperoleh selama kegiatan penelitian ini, penelitian ke depan dapat diarahkan ke topik-topik berikut: i Pengembangan model berdasarkan grup landform. Penelitian ini belum menjadikan grup landform Marsoedi et al. 1997 sebagai faktor pembeda. Padahal, landform berkaitan erat dengan lanskap dan sejarah landform mengontrol dinamika perubahan sifat tanah. Ke depan, pemodelan tanah-lanskap sebaiknya dibuat berdasarkan tipe landform sehingga diperoleh model tanah-lanskap pada landform aluvial, model tanah-lanskap pada landform struktural, model tanah-lanskap pada landform gambut, model tanah-lanskap pada model volkan. Kerangka kerja yang dikembangkan dalam penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk melakukan pemodelan-pemodelan tersebut. ii Ujicoba model di daerah survei lainnya untuk mengetahui galat dari nilai taksiran terhadap nilai sebenarnya. Pertanyaan krusial adalah berada faktor koreksi nilai taksiran untuk wilayah-wilayah tertentu. Faktor koreksi dapat diperoleh jika galat yang konsisten diketahui. Teknik uji daya transfer yang digunakan dalam penelitian ini dapat diaplikasikan untuk menguji model di banyak wilayah. iii Ekstraksi model tanah-lanskap dari peta tanah. Peta tanah pada dasarnya merupakan perwujudan dari hubungan tanah dan lanskap yang dibangun pada saat survei tanah. Teknologi saat ini khususnya teknologi data mining memungkinkan model konsep pada saat pembuatan peta dibangun ulang. Bui et al. 1999 serta Bui dan Moran 2003 menyediakan teknik disagregasi poligon untuk mengekstrak model tanah- lanskap dari peta tanah yang ada. iv Ekstraksi model tanah-lanskap dari para pemeta senior. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk membuat model kuantitatif dari model konsep yang ada dalam pengetahuan pemeta senior. Para pemeta senior telah melakukan banyak survei dan membuat peta tanah. Ini berarti mereka telah berulang kali membuat model tanah-lanskap konseptual sebagai dasar untuk pembuatan peta tanah. Teknik wawancara dan pengisian quisioner dapat diaplikasian untuk menggali pemikiran dan konsep hubungan tanah lanskap dari para pemeta ini v Pengembangan model dengan respon kategori taksonomi tanah. Saat ini pemetaan tanah masih menggunan kategori taksonomi tanah untuk menjelaskan sifat tanah. Sifat tanah dapat diinterpretasi dari nama tanah. Pemodelan klasifikasi tanah telah banyak berkembang. Karenanya, beberapa peneliti di daerah temperat telah menggunakan tipe tanah sebagai respon. Penelitian ini tentunya perlu dilakukan di daerah tropika.