Bahan dan Metode HARMONISASI DATA PROFIL TANAH WARISAN UNTUK PEMETAAN TANAH DIJITAL

di Jawa. Dataset tanah berasal dari laporan survei tanah di Pulau Jawa dan dibatasi pada survei tahun 1987 hingga 2001. Dataset lanskap berasal dari Peta Agroklimat skala 1:2.500.00, Peta Geologi skala 1:100.000 dan SRTM DEM resolusi 90 m x 90 m atau equivalen dengan skala 1:32.000. Penelitian diawali dengan pengumpulan data, kemudian penurunan sifat tanah dan lanskap dari data penunjang yang tersedia dan terakhir eksplorasi dataset tanah-lanskap yang telah diperoleh.

2.2 Bahan dan Metode

Penelitian ini menggunakan pendekatan desk study dan bekerja di laboratorium Geographic Information System GIS. Perangkat bantu yang digunakan adalah perangkat lunak SAGA GIS untuk menurunkan kovariat dan mengolah data grid, Arcview untuk digitasi peta analog dan menurunkan kovariat indeks posisi topografi topographic position index, Global Mapper untuk konversi dan proyeksi posisi geografis, dan Program R untuk menetapkan sifat tanah pada kedalaman 0-30 cm, 30-50 cm, dan 50-100 cm menggunakan fungsi equal-area quadratic spline Bishop et al. 1999. Penelitian mencakup beberapa tahapan utama, yaitu i inventarisasi dan seleksi laporan survei tanah, ii pemasukan data sifat tanah, iii standarisasi kedalaman tanah, iv koregistrasi informasi lingkungan, dan v parameterisasi kovariat dan integrasi data sifat tanah dan kondisi lingkungan. Gambar 2-1 menunjukan tahapan-tahapan pelaksanaan penelitian. 2.2.1 Inventarisasi dan seleksi laporan Pada tahap inventarisasi dan seleksi laporan dilakukan pengumpulan laporan survei tanah di Pulau Jawa. Pencarian laporan memanfaatkan informasi pelaksanaan pemetaan dari katalog data sumberdaya lahan Puslittanak 1996 dan informasi lainnya. Setiap laporan survei dievaluasi tentang ketersediaan deskripsi profil tanah dan data sifat kimianya. Laporan-laporan yang tidak menyajikan deskripsi profil tanah dipisahkan sehingga hanya laporan-laporan yang mempunyai data tersebut yang dipilih untuk proses selanjutnya. Selain pengumpulan laporan, pada tahap ini juga dikumpulkan peta-peta penunjang sebagai sumber kovariat. Data penunjang ini mewakili faktor-faktor pembentuk tanah, yaitu: iklim, bahan induk, relief, organisma, dan waktu. Data yang dikumpulkan mencakup i Peta Geologi sebagai sumber informasi jenis litologi, umur lahan dan sejarah lahan, ii Peta Agroklimat sebagai sumber informasi intensitas hujan yang direpresentasikan oleh zone agroklimat, dan SRTM DEM versi 4.1 Jarvis et al. 2008 sebagai sumber informasi relief. Gambar 2-1 Diagram alur penyiapan dataset tanah-lanskap 2.2.2 Pemasukan data Sebelum dilakukan pemasukan data, dibuat rancangan tabel terlebih dahulu yang memuat header yang mewakili sifat tanah yang akan dimasukan. Data yang dimasukan adalah kode laporan, sifat lingkungan, dan sifat tanah. Kode laporan mencakup id identitas data laporan berupa nomor laporan dan halaman di mana profil tanah dapat ditemukan. Ini diperlukan terutama untuk membantu mencari ulang data profil apabila pengecekan ulang data diperlukan. Sifat lingkungan yang dimasukan adalah lokasi koordinat X,Y, bahan induk, lereng, tipe penggunaan lahan, lokasi administrasi desa, kecamatan, kabupaten, provinsi, dan nama tanah. Sifat tanah yang dimasukan adalah batas atas dan batas bawah horizon, kode horizon, persentase fraksi pasir, persentase fraksi klei, pH, kadar karbon organik tanah, Nitrogen total, retensi P, kejenuhan basa KB, dan kapasitas tukar kation tanah KTK. Beberapa profil juga mempunyai hasil analisis fisika. Data sifat fisik yang dimasukan adalah bobot isi, retensi air pada berbagai pF, permeabilitas, air tersedia, dan nilai COLE coefficient of linear extensibility. Sementara SRTM DEM diintegrasikan secara langsung dengan data pengamatan tanah, data-data penunjang yang berupa peta analog disiam dan diregistrasi lebih dulu sebelum didijitasi layar yang dibantu oleh ArcView. Hasil dijitasi kemudian dibuat ke dalam format raster yang dibantu oleh SAGA GIS. 2.2.3 Standarisasi kedalaman tanah Sifat tanah yang dianalisa mengikuti suatu kelas kedalaman yang ditentukan secara subjektif oleh pemeta berdasarkan kode horizon genetik. Akibatnya, kelas kedalaman tanah berbeda-beda untuk setiap profil tanah. Sementara itu cara ini sesuai untuk kepentingan pemahaman tentang genesis dan klasifikasi tanah, namun cara ini ternyata menyulitkan ketika perlu membandingkan sifat tanah untuk kepentingan korelasi spasial maupun pemodelan. Standarisasi kelas kedalaman tanah dilakukan menggunakan teknik equal area quadratic spline Bishop et al. 1999. Teknik ini dipakai karena lebih mudah dan bisa bekerja dengan cepat untuk data yang banyak sehingga standarisasi bisa lebih efisien. Kedalaman tanah dibedakan atas: i kedalaman 0-30 cm untuk mewakili zone perakaran tanaman musiman, ii kedalaman 30-50 cm untuk mewakili tanaman tahunan, dan iii kedalaman 50-100 cm untuk mewakili lapisan sangga bagi keperluan tanaman tersebut. 2.2.4 Koregistrasi data tanah dan lingkungan Posisi koordinat lokasi profil tanah maupun peta-peta penunjang yaitu Peta Geologi, Peta Agroklimat dan DEM menggunakan sistem referensi yang tidak sama. Karenanya, sistem koordinat tersebut kemudian dikonversi ke suatu sistem referensi Universal Transverse Mercator UTM agar seragam. Kegiatan konversi ini banyak dibantu oleh Global Mapper sehingga data bisa diproses lebih cepat. Selain itu, sistem raster lebih efisien untuk pemodelan spasial daripada sistem vektor. Karena itu, semua data vektor dari peta geologi dan peta agroklimat dikonversi ke format raster dengan ukuran grid 90 m x 90 m, menyesuaikan dengan resolusi SRTM DEM. Kegiatan konversi ini banyak dibantu oleh SAGA GIS sehingga lebih efisien waktu. 2.2.5 Parameterisasi kovariat dan integrasi data Data yang sudah harmonis dari segi lokasi dan berbentuk raster ini kemudian diimpor ke dalam SAGA GIS. Beberapa kovariat diturunkan menggunakan perangkat lunak ini. Kovariat adalah tipe parameter lingkungan yang mewakili kondisi terain, bahan induk, iklim, dan faktor pembentuk tanah lainnya. Khusus dalam penelitian ini kovariat yang mewakili terain diturunkan. Kovariat dan data sifat tanah ini selanjutnya diintegrasikan menggunakan SAGA GIS membentuk suatu dataset sifat tanah-lanskap.

2.3 Hasil