Bahan dan Metode APLIKASI MODEL UNTUK PEMETAAN KEDALAMAN TANAH

dimana: soildepth= kedalaman tanah dalam cm, SP= stream power kuat arus, SL=slope length panjang lereng, MRRTF=multiresolusion index of ridgetop flatness, CS=catchment slope kemiringan catchment rata-rata, dan CI=convergence index indeks konvergensi. Gambar 6-1 Lokasi dan kondisi terain DAS Cisadane Hulu 6.2.2 Tahapan pembuatan peta sifat tanah Pembuatan peta sifat tanah taksiran dan peta akurasinya dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu i harmonisasi data penunjang, ii parameterisasi lanskap, iii penurunan peta, dan v geovisualisasi data. Alur kerja pembuatan peta sifat tanah ini disajikan pada Gambar 6-2. Pada tahap harmonisasi data, Peta Geologi, Peta Agroklimat, dan DEM dikonversi ke dalam format dijital raster dengan resolusi yang sama. Kecuali DEM yang sudah berbentuk raster, Peta Geologi dan Peta Agroklimat yang merupakan peta-peta analog perlu divektorisasi terlebih dahulu sebelum rasterisasi menggunakan teknik dijitasi layar atau teknik dijitasi meja. Rasterisasi pada resolusi yang sama yaitu 90 m x 90 m bisa dibantu oleh SAGA GIS. Selanjutnya, data penunjang ini diregistrasi ulang ke dalam sistem referensi Universal Transverse Mercator UTM dengan datum WGS 1984 yang bisa dibantu oleh Global Mapper. Ini dilakukan untuk memastikan bahwa kovariat- kovariat yang diturunkan dari sumberdata ini bisa ditumpangtepatkan. Gambar 6-2 Diagram alur pembuatan peta sifat tanah taksiran Jumlah data penunjang yang perlu disiapkan disesuaikan dengan keperluan model. Pada penelitian ini, kovariat penaksir merupakan parameterisasi dari faktor terain sehingga hanya DEM yang perlu disediakan. Pada penelitian ini SRTM DEM digunakan karena mudah diakses. Tahap selanjutnya adalah parameterisasi lanskap. Jenis kovariat yang diturunkan adalah kovariat-kovariat yang memang diperlukan oleh model. Pada penelitian ini, kovariat yang diperlukan adalah: SP= stream power, SL=slope length, MRRTF=multiresolusion index of ridge top flatness, CS=catchment slope, dan CI=convergence index. Tahap berikutnya menjalankan model dengan cara memasukan data kovariat ke dalam model. Tahap ini dapat dibantu oleh Grid Calculator di SAGA GIS atau oleh makro dalam spreadsheet, atau oleh perangkat lunak statistik. Pada penelitian ini penuruan sifat tanah dilakukan di perangkat lunak statistik JMP. Hasil yang berupa angka numerik berformat file “xyz.txt” kemudian diimpor ke SAGA GIS untuk divisualisasikan dalam bentuk peta.

6.3 Hasil

6.3.1 Keragaman kovariat penaksir sifat kedalaman tanah Kovariat yang merupakan parameterisasi dari faktor terain disajikan pada Gambar 6-3. Kovariat ini merupakan representasi dari i sifat aliran dan erosi yakni indeks konvergensi CI dan kuat arus SP, ii posisi lereng yakni MRRTF, iii sifat lereng yakni panjang lereng SL, dan iv karakteristik DAS yakni kemiringan catchment CS. Indeks konvergensi menunjukan sifat dari aliran air yakni menyebar untuk nilai positif dan mengumpul untuk nilai negatif. Semakin besar nilai positif maka semakin menyebar air, dan semakin besar nilai negatif semakin mengumpul aliran air. Pada daerah yang indeks konvergensinya positif, aliran cenderung membawa bahan tanah dipindahkan dari daerah tersebut. Sebaliknya pada daerah dengan indeks konvergensi negatif, bahan tanah diendapkan di daerah tersebut. Potensi erosi ini juga diperkuat dengan kuat arus dari aliran SP. Arus nampak semakin kuat di sekitar anak-anak sungai dan menurun dengan jauhnya dari sungai. Dikombinasikan dengan indeks konvergensi, indeks kuat arus menentukan daya erosi dari aliran lahan. Daya erosi sendiri menentukan stabilitas permukaan lahan. Semakin rendah daya erosi, semakin stabil lahan dan semakin besar kemungkinan dijumpai tanah yang dalam. Multiresolusi indeks kerataan igir MRRTF adalah indeks yang menunjukan posisi site di lereng yang membentang dari puncak igir ke bagian lembah. Site dengan nilai indeks yang besar menunjukkan bahwa site tersebut berada di bagian pelembahan dimana koluvialisasi dan pengendapan terjadi. Sebaliknya, site dengan nilai indeks yang kecil menunjukan bahwa site berada di bagian igir dimana erosi terjadi. Gambar 6-3 Keragaman kovariat untuk menaksir kedalaman tanah Kemiringan catchment CS menunjukkan kemiringan rata-rata dari daerah tangkapan air. Kemiringan ini penting dalam kaitannya dengan distribusi energi untuk erosi maupun perkembangan tanah. Daya gerus air semakin meningkat dengan semakin miringnya lereng. Sementara itu, panjang lereng SL berkaitan dengan potensi erosi, dimana lereng yang panjang menyebabkan energi air untuk erosi semakin besar.