Penyiapan Dataset Tanah-lanskap PEMBAHASAN UMUM
menyatakan salah satu masalah tanah warisan adalah masalah ketidaksesuaian geodetik geodetic incompatibility. Permasalahan lainnya adalah data tanah
warisan diperoleh menggunakan teknik sampling yang tidak seragam karena data itu diambil untuk proyek tertentu dimana cara sampling antar proyek berbeda-
beda. Karena itu, data-data warisan ini perlu diberikan perlakuan awal sebelum digunakan. Perlakuan awal dalam penelitian ini mencakup harmonisasi posisi dan
format serta standarisasi kelas kedalaman. Selain menggunakan data tanah warisan, dataset tanah-lanskap untuk
pemodelan dapat diperoleh dengan sistem sampling tertentu. Pendekatan ini telah diterapkan antara lain oleh Malone et al. 2010. Namun, pendekatan ini tergolong
mahal dan tidak efisien jika dilaksanakan pada skala regional. Kegiatan pemodelan memerlukan dataset yang banyak sehingga perlu biaya yang tinggi
untuk pengumpulan data tanah tersebut. Bagaimanapun, pemetaan tanah dijital berdasarkan data warisan diyakini cocok pada kondisi wilayah dimana kegiatan
survei tanah telah banyak dilakukan. Konsolidasi merupakan tahap yang krusial dimana data-data yang
berserakan dikumpulkan dan disusun dalam suatu format, satuan, dan kelas kedalaman yang standar. Penelitian ini telah mengekstrak informasi dari data
profil tanah warisan menggunakan teknik equal area quadratic spline. Pada beberapa penelitian, teknik rataan terbobot sering digunakan untuk menentukan
nilai sifat tanah pada kedalaman tertentu. Tetapi, teknik ini dari sisi praktis tidak efisien untuk mengekstrak data profil tanah yang banyak.
7.2.2 Data-data penunjang Pemodelan tanah-lanskap berupaya mencari hubungan kuantitatif antara
faktor lingkungan kovariat dan sifat tanah. Faktor lingkungan diturunkan dari data-data penunjang. Data penunjang utama sebagai sumber kovariat adalah Peta
Geologi untuk menurunkan kovariat bahan induk dan umur lahan, Peta Agroklimat untuk menurunkan kovariat zone agroklimat sebagai pewakil kondisi
curah hujan, dan SRTM DEM untuk menurunkan kovariat yang mewakili relief. Jadi, dari suatu data sumber dapat diturunkan satu kovariat atau lebih, seperti Peta
Geologi sebagai sumber kovariat bahan induk dan umur lahan. Demikian pula,
suatu faktor pembentuk tanah dapat diwakili oleh beberapa kovariat. Contohnya, faktor relief yang dapat diwakili oleh 12 kovariat seperti ditunjukan pada Bab III,
dan faktor iklim diwakili oleh 3 kovariat yakni zone agroklimat, elevasi, dan ecoregion belt seperti digunakan pada Bab IV.
Data-data penunjang ini dapat diakses bebas oleh masyarakat, seperti SRTM DEM dan Peta Agroklimat. Penelitian ini menunjukkan bagaimana data-data
bebas akses tersebut dapat dimanfaatkan untuk membantu penyediaan informasi spasial tanah. SRTM DEM, misalnya, lebih dipilih dalam penelitian ini karena
telah tersedia bebas dan mencakup areal yang luas. Ini memberikan kesempatan untuk menentukan kovariat mana yang paling menentukan keragaman sifat tanah.
Bab III menunjukkan bahwa 12 kovariat dari DEM ikut mengontrol keragaman sifat tanah. Bahkan, daya taksir model dengan penaksir kovariat CS, FW,
MRVBF, dan Elev tergolong tertinggi dalam menaksir ketebalan horizon A Tabel 7-3.
Seperti juga data tanah warisan, data-data penunjang ini perlu diberikan perlakuan awal terlebih dahulu. Pada penelitian ini ditunjukkan bahwa peta analog
dikonversi ke peta elektronik format JPG. Digitasi layar dilakukan terhadap peta elektronik ini untuk memperoleh data dengan format vektor. Format vektor
selanjutnya dirasterisasi ke resolusi 90 m x 90 m dengan sistem referensi standar yaitu sistem UTM WGS 1984. Sementara, perlakuan awal pada DEM adalah hole
filling untuk memperoleh hasil analisis yang lebih baik. Analisis pendahuluan ini menyita banyak waktu. Karenanya, teknik-teknik penyiapan data harus
memperoleh perhatian dan terus dieksplorasi dan dikembangkan. Penelitian ini telah mengkonsolidasikan dan mengharmoniskan dataset
tanah-lanskap dari Pulau Jawa. Selain untuk menjadi dasar penyusunan dataset guna pemodelan tanah-lanskap, data yang terkonsolidasi ini dapat digunakan
sebagai baseline data bagi penelitian dan pengembangan lainnya, antara lain: a Pemantauan perubahan sifat tanah. Perubahan sifat tanah berimplikasi
kepada perubahan fungsi tanah atau penurunan kualitas tanah tersebut dalam mendukung fungsi-fungsinya. Pemantauan perubahan sifat tanah
bagaimanapun juga memerlukan pengamatan sifat tanah secara runut waktu pada lokasi yang sama. Data profil tanah yang telah terkonsolidasi
pada penelitian ini mencatat lokasi dan waktu pengamatannya. Jika pada kesempatan berikutnya, lokasi profil tersebut dikunjungi lagi dan sifat
tanah yang sama bisa dianalisis lagi menggunakan metode analisis yang sama, maka data sifat tanah yang runut waktu dapat diperoleh dan
digunakan untuk keperluan pemantauan sifat tanah. b Data profil yang ada di dalam lokasi survei biasanya dimanfaatkan untuk
menambah jumlah pengamatan dalam pembuatan peta tanah konvensional. Peta tanah menunjukan keragaman spasial dan keragaman vertikal dari
suatu sifat tanah. Keragaman vertikal tanah hanya bisa diketahui dengan menggali profil tanah atau pemboran dan mengamati lingkungan secara
visual maupu n analitik-parametrik di laboratorium.