41 Subjek penelitian berjumlah 32 siswa dan jumlah ini termasuk dalam kelas
besar. Berdasarkan kelemahan metode penemuan terbimbing, sulit diterapkan pada kelas besar. Alasan penelitian ini tetap dilakukan pada kelas besar karena
berdasarkan kelebihan metode penemuan terbimbing dapat mengubah motivasi ekstrinsik menjadi intrinsik. Selain itu, juga dapat mengembangkan kemampuan
berpikir siswa dan pengetahuan dapat bertahan lama. Metode penemuan terbimbing juga sesuai digunakan untuk mencapai tujuan adanya pembelajaan IPA dan sesuai
dengan tahap perkembangan kognitif siswa usia sekolah dasar yaitu operasional konkret.
Pada proses pembelajaran, agar penerapan metode ini berhasil dilaksanakan di kelas besar maka dapat diminimalisir dengan menciptakan suasana belajar yang
dapat memfokuskan perhatian siswa, misalnya menggunakan media gambar dan video, media yang digunakan berasal dari lingkungan sekitar sehingga mudah
diperoleh, diskusi dilakukan dalam kelompok yang beranggotakan 4-5 orang, adanya perubahan penataan tempat duduk, melakukan percobaan di halaman
sekolah agar siswa lebih leluasa dalam berekplorasi dan memberikan ruang gerak bagi siswa, serta guru menginformasikan siswa untuk mempelajari bab yang akan
dibahas pada pertemuan selanjutnya.
D. Kajian tentang Karakteristik Siswa SD Kelas IV
Menurut Rita Eka Izzaty 2008: 104, usia sekolah dasar adalah masa kanak- kanak akhir yang usianya berkisar 6-12 tahun. Usia ini merupakan masa anak
memperoleh dasar-dasar pengetahuan untuk keberhasilan dalam penyesuaian diri dan memperoleh keterampilan-keterampilan. Pada masa ini, anak sudah menguasai
42 keterampilan dasar yaitu membaca, menulis, dan berhitung. Siswa sudah dapat
mereaksi rangsang intelektual atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan berpikirnya. Oleh karena itu, pada usia ini anak dapat
menerima berbagai pengetahuan sesuai dengan tahap perkembangannya. Tahapan perkembangan anak meliputi perkembangan fisik, kognitif, emosi,
dan sosial. Pada penelitian ini, penerapan metode penemuan terbimbing berkaitan dengan tahap perkembangan kognitif siswa. Menurut Piaget Maslichah Asy’ari,
2006: 38 tahap perkembangan kognitif anak usia 7-11 tahun merupakan tahap operasional konkret. Menurut Depdiknas Trianto, 2010: 72 pada tahap
operasional konkret siswa mulai memandang segala sesuatu secara objektif dan berorientasi secara konseptual. Menurut Piaget Rita Eka Izzaty,dkk, 2008: 106,
anak-anak pada tahap berpikir operasional konkret memiliki cara berpikir induktif. Anak melakukan pengamatan terhadap gejala atau hal yang khusus dari suatu objek
yang kemudian menarik kesimpulan. Siswa mulai mampu memecahkan masalah yang sifatnya konkret sehingga berpikir operasional konkret dipandang sebagai tipe
awal berpikir ilmiah. Siswa mampu mengelompokkan benda-benda berdasarkan ciri yang sama, mengorganisasikan, dan menghubungkan sifat-sifat benda. Dalam
pembelajaran IPA, siswa pada tahap operasional konkret mulai mengorganisasikan penyelidikan dalam bentuk kelas-kelas dan variabel, membentuk dan memahami
hubungan sederhana, dan mampu menggeneralisasikan suatu gejala dari
pengalaman yang sering dijumpai. Menurut Nandang Budiman 2006: 48 berpikir operasional konkret ditandai
dengan kemampuan berpikir kausalitas yaitu anak memahami tentang penyebab
43 terjadinya sesuatu. Anak yang memiliki kemampuan berpikir kausalitas senantiasa
mempertanyakan mengapa dapat terjadi. Hal ini sangat penting dalam memecahkan masalah yang dihadapi anak karena anak akan mencari tahu penyebab sesuatu bisa
terjadi. Oleh karena itu, pada masa ini, kemamampuan kognitif anak sudah cukup menjadi dasar diberikannya berbagai kecakapan untuk mengembangkan pola
pikirnya. Usman Samatowa 2006: 8 mengemukakan bahwa ciri-ciri anak pada masa
kelas tinggi di sekolah dasar, antara lain 1 adanya kecenderungan untuk membandingkan hasil pekerjaannya dengan teman, 2 memiliki rasa ingin tahu dan
hasrat belajar, 3 ada rasa tertarik pada mata pelajaran tertentu, 4 membutuhkan bantuan orang lain dalam menyelesaikan tugas, 5 berpandangan bahwa
keberhasilan dalam belajar dapat diukur dari nilai rapor, 6 suka membentuk kelompok sebaya, dan 7 ada rasa tanggung jawab dan mulai mandiri. Berdasarkan
ciri-ciri tersebut, sebagai seorang guru dapat memfasilitasi siswa untuk mengembangkan pembelajaran sesuai dengan karakteristiknya.
Melalui pertimbangan karakteristik dan tahap perkembangan kognitif siswa pada usia sekolah dasar, guru dapat menyampaikan pembelajaran dengan
menggunakan metode pembelajaran yang memberikan pengalaman bermakna dengan melakukan percobaan untuk menemukan konsep, memberikan pengalaman
berharga dalam belajar yang dapat mengembangkan rasa ingin tahu siswa sehingga tercipta pembelajaran yang aktif dan menarik, salah satunya dapat diwujudkan
dengan menerapkan metode penemuan terbimbing.
44
E. Penelitian yang Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Zela Septikasari 2011 dengan judul
“Penerapan Metode Guided Discovery
dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Mengamati Siswa pada Pembelajaran IPA Kelas IV di SD
Negeri Lempuyangan 1, Yogyakarta” menghasilkan kesimpulan sebagai berikut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa presentase siswa yang memperoleh nilai B pada pratindakan sebesar 23,53; pada siklus I meningkat menjadi
38,24; dan pada siklus II 91,18. Oleh karena itu, pada siklus I terjadi peningkatan sebesar 14,71; pada siklus II 52,94 dan akumulasi
peningkatan sebesar 67,65. 2.
Penelitian yang dilakukan oleh Sari Puspitaningsih 2012 dengan judul “Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas IVA melalui
Penggunaan Metode Student Team Achievement Division STAD pada Mata Pelajaran Matematika di SD Pundung Kecamatan Imogiri Bantul”
menghasilkan kesimpulan sebagai berikut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode STAD dalam
pembelajaran dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IVA di SD Pundung Kecamatan Imogiri, Bantul. Hasil angket menunjukkan peningkatan
motivasi belajar dari pra tindak yaitu 60,43 sedang menjadi 69,96 sedang pada siklus I dan meningkat pada siklus II menjadi 79,91 tinggi.
Hasil data observasi aktivitas dan partisipasi siswa selama proses pembelajaran Matematika dengan menggunakan metode STAD juga