Langkah-langkah Metode Penemuan Terbimbing

38 setiap fasenya. Langkah-langkah penerapan metode penemuan terbimbing adalah sebagai berikut. 1 Mempersiapkan siswa dan menjelaskan tujuan. 2 Orientasi siswa pada masalah. 3 Merumuskan hipotesis. 4 Melakukan kegiatan penemuan. 5 Mempresentasikan hasil kegiatan penemuan. 6 Mengevaluasi kegiatan penemuan.

4. Kelebihan dan Kelemahan Metode Penemuan Terbimbing

a. Kelebihan Metode Penemuan Terbimbing Menurut Carin dan Sund Jamil Suprihatiningrum, 2014: 244-245 kelebihan belajar dengan menerapkan metode penemuan terbimbing adalah sebagai berikut. 1 Mengembangkan kemampuan intelektualnya. Bruner berpendapat bahwa siswa yang lambat belajar akan mengetahui cara menyusun dan melakukan penemuan. Selain itu, materi yang dipelajari akan membekas karena siswa terlibat langsung dalam proses penemuan. 2 Metode penemuan terbimbing mendorong siswa untuk lebih mandiri, bertanggung jawab, dan dapat mengarahkan diri sendiri. Menurut Paul Eggen dan Don Kauchak 2012: 201, metode ini sangat efektif untuk meningkatkan motivasi belajar. Keterlibatan dan rasa ingin tahu siswa menjadi faktor penting dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. 39 3 Siswa akan belajar bagaimana belajar learning how to learn. Siswa terlibat aktif dan berlatih dalam menyelesaikan masalah sehingga siswa akan learning how to learn. 4 Mempertahankan memori. Melalui penemuan terbimbing, informasi yang diperoleh siswa dibangun sendiri sehingga akan bertahan lama. Dari kelebihan-kelebihan di atas, maka metode penemuan terbimbing sangat cocok diterapkan dalam pembelajaran IPA. Hal ini dikarenakan mendorong siswa untuk memahami materi dan mengembangkan kemampuan berpikirnya. Metode penemuan terbimbing meningkatkan motivasi belajar karena mendorong siswa untuk terlibat, lebih mandiri, mengarahkan diri sendiri, dan bertanggung jawab atas proses belajarnya. Oleh karena itu, siswa akan termotivasi dan semakin dekat dengan alam serta dapat memperoleh pengetahuan yang bertahan lama dan sikap ilmiah dari kegiatan yang dilakukan dalam pembelajaran IPA. b. Kelemahan Metode Penemuan Terbimbing Menurut Suryosubroto 2002: 201-202, kelemahan dari metode ini adalah sebagai berikut. 1 Harus ada persiapan mental, karena siswa yang lamban mungkin bingung dan mengalami kesulitan dalam proses berpikir dan siswa yang pandai akan mendominasi kegiatan penemuan tersebut. 2 Metode sulit diterapkan dalam kelas besar. 3 Hasil yang dicapai siswa belum sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai guru melalui pembelajaran penemuan terbimbing. 40 4 Fasilitas yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan penemuan mungkin tidak tersedia. Menurut Roestiyah 2012: 21 kelemahan dari metode penemuan terbimbing adalah sebagai berikut. 1 Pada siswa harus ada kesiapan dan kematangan mental serta berani dan berkeinginan mengetahui keadaan sekitarnya dengan baik. 2 Bila kelas terlalu besar penggunaan teknik ini kurang berhasil. Menurut UNESCO 2006: 11 pada dasarnya kelas besar tidak memiliki patokan namun biasanya mengacu pada jumlah siswa per guru. Perbandingan 1 guru dengan 25-30 siswa sudah dianggap besar. Berdasarkan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2013 pasal 2, jumlah peserta didik setiap rombongan belajar untuk SDMI maksimal 32 siswa dan minimal 20 siswa. 3 Bagi guru dan siswa yang terbiasa dengan pengajaran tradisional mungkin kecewa bila diganti dengan metode penemuan. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kelemahan metode penemuan terbimbing yaitu ada kesiapan mental dari guru dan siswa, sulit diterapkan pada kelas besar, dan membutuhkan fasilitas yang jumlahnya tidak sedikit. Untuk meminimalisir kekurangan ini, pada proses pembelajaran perlu ada metode yang bervariasi. Seorang guru harus kreatif dalam memilih metode yang sesuai dengan materi, menggunakan berbagai media yang diperoleh dari sekitar, dan membiasakan siswa untuk berpikir kritis. Guru juga memberikan pengawasan dan pengarahan agar tujuan yang telah ditetapkan tercapai. Selain itu, guru berani mencoba untuk menerapkan metode ini yang dimodifikasi dengan metode lain. 41 Subjek penelitian berjumlah 32 siswa dan jumlah ini termasuk dalam kelas besar. Berdasarkan kelemahan metode penemuan terbimbing, sulit diterapkan pada kelas besar. Alasan penelitian ini tetap dilakukan pada kelas besar karena berdasarkan kelebihan metode penemuan terbimbing dapat mengubah motivasi ekstrinsik menjadi intrinsik. Selain itu, juga dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa dan pengetahuan dapat bertahan lama. Metode penemuan terbimbing juga sesuai digunakan untuk mencapai tujuan adanya pembelajaan IPA dan sesuai dengan tahap perkembangan kognitif siswa usia sekolah dasar yaitu operasional konkret. Pada proses pembelajaran, agar penerapan metode ini berhasil dilaksanakan di kelas besar maka dapat diminimalisir dengan menciptakan suasana belajar yang dapat memfokuskan perhatian siswa, misalnya menggunakan media gambar dan video, media yang digunakan berasal dari lingkungan sekitar sehingga mudah diperoleh, diskusi dilakukan dalam kelompok yang beranggotakan 4-5 orang, adanya perubahan penataan tempat duduk, melakukan percobaan di halaman sekolah agar siswa lebih leluasa dalam berekplorasi dan memberikan ruang gerak bagi siswa, serta guru menginformasikan siswa untuk mempelajari bab yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.

D. Kajian tentang Karakteristik Siswa SD Kelas IV

Menurut Rita Eka Izzaty 2008: 104, usia sekolah dasar adalah masa kanak- kanak akhir yang usianya berkisar 6-12 tahun. Usia ini merupakan masa anak memperoleh dasar-dasar pengetahuan untuk keberhasilan dalam penyesuaian diri dan memperoleh keterampilan-keterampilan. Pada masa ini, anak sudah menguasai

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KREATIVITAS BELAJAR DALAM MATA PELAJARAN IPS MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN Peningkatan Kreativitas Belajar Dalam Mata Pelajaran IPS Melalui Penerapan Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing Pada Siswa Kelas V SD Negeri Bulakan 02 Keca

0 1 16

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS JOYFUL LEARNING PADA Peningkatan Motivasi Belajar IPA Melalui Penerapan Metode Pembelajaran Berbasis Joyful Learning Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Pendem Kecamatan Ngaringa

0 4 15

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS JOYFUL LEARNING PADA SISWA KELAS IV SD Peningkatan Motivasi Belajar IPA Melalui Penerapan Metode Pembelajaran Berbasis Joyful Learning Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Pendem

1 3 15

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPA MELALUI METODE PEMBELAJARAN COLLEGE BALL PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI Peningkatan Motivasi Belajar Ipa Melalui Metode Pembelajaran College Ball Pada Siswa Kelas Iv Sd Negeri Jati 02 Sumberlawang Sragen Tahun Ajaran 2012/

0 0 15

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING PADA SISWA KELAS V Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing Pada Siswa Kelas V SDN 01 Plumbon Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar

0 1 16

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING PADA SISWA KELAS V Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing Pada Siswa Kelas V SDN 01 Plumbon Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar

0 1 13

STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN IPA ANTARA PENERAPAN METODE DEMONSTRASI DAN METODE PENEMUAN TERBIMBING STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN IPA ANTARA PENERAPAN METODE DEMONSTRASI DAN METODE PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IV SD NEGERI K

0 1 17

Peningkatan prestasi belajar IPA melalui penerapan metode inkuiri terbimbing pada siswa kelas IV A SD Negeri Gedongtengen Yogyakarta.

1 3 134

PENINGKATAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MATERI IPA TENTANG PERUBAHAN WUJUD BENDA MELALUI METODE PENEMUAN TERBIMBING DI KELAS IV SD NEGERI 1 MANDURAGA

0 1 13

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA TENTANG GAYA MELALUI METODE PENEMUAN TERBIMBING KELAS IV SD NEGERI 02 PAGELARAN

0 0 17