Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekera, pemecahan,
metode materil dan lain-lain.
39
Kata kerja operasional yang biasanya dipakai untuk merumuskan TIK jenjang evalusi, diantaranya adalah
menafsirkan, menilai,
menentukan, mempertimbangkan,
membandingkan, melakukan,
memutuskan, mengargumentasikan,
menaksir.
40
2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar dapat digolongkan ke dalam empat kelompok :
a. Bahan atau hal yang harus dipelajari. Bahan yang harus dipelajari akan
menentukan strategi belajar mengajarnya. Taraf kesulitan bahan pelajaran dan kemampuan peserta didik akan mempengaruhi kecepatan belajarnya.
41
b. Faktor-faktor Lingkungan
Faktor lingkungan eksternal dapat berupa lingkungan alam, lingkungan
fisik dan lingkungan sosial. c.
Masukan Instrumental Insrumental Input Faktor Instrumental merupakan masukkan pada proses belajar. Bentuknya bergantung pada
strategi belajar mengajar dan pada hasil belajar yang diharapkan. Wujudnya berupa perangkat keras gedung, perlengkapan, dsb. dan
perangkat lunak kurikulum, program, dan pedoman belajar, dsb.. d.
Kondisi individu peserta didik : dapat dibedakan atas kondisi fisiologis dan psikologis. Yang termasuk ke dalam kondisi fisiologis adalah keadaan
pancaindra dan kondisi kesehatan. Yang termasuk ke dalam kondisi
39
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Rosda Karya, 2009, Cet. 14, h. 28
40
Ngalim Purwanto, Op.cit., h. 47
41
A. Tabrani, Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung : Rosda Karya, 1994, Cet. 3, h. 63
psikologis adalah keadaan dan fungsi psikologis seperti perhatian, pengamatan, tanggapan, fantasi, ingatan, dan lain-lain.
42
3. Penilaian Hasil dan Proses Belajar Mengajar
Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil- hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hasil belajar
siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku, tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang
kognitif, afektif, dan psikmotoris.
43
Pada penelitian ini, untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa hanya diberikan tes dari aspek kognitifnya
saja. Dari segi alatnya, penilaian hasil belajar dapat dibedakan menjadi tes dan bukan tes nontes. Tes ini ada yang diberikan secara lisan, ada secara
tulisan, dan ada tes tindakan. Soal-soal tes ada yang disusun dalam bentuk objektif, ada juga yang dalam bentuk esai atau uraian. Sedangkan bukan
tes sebagai alat penilaian mencakup observasi, kuesioner, wawancara, skala, sosiometri, studi kasus, dll.
44
Sistem penilaian hasil belajar pada umumnya dibedakan ke dalam dua cara atau dua sistem, yakni penilaian acuan norma PAN dan penilaian acuan
patokan PAP. Penilaian acuan norma adalah penilaian yang diacukan kepada rata-rata kelompoknya. Penilaian acuan patokan adalah penilaian
yang diacukan kepada tujuan instruksional yang harus dikuasai oleh siswa.
45
42
A. Tabrani, Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung : Rosda Karya, 1994, Cet. 3, h. 63
43
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Rosda Karya, 2009, Cet. 14, h. 3
44
ibid., h. 5
45
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Rosda Karya, 2009, Cet. 14, h. 7-8
3. LAJU REAKSI
Pengertian laju reaksi sebenarnya sama dengan laju pada kendaraan yang bergerak. Misalnya, seseorang mengendarai sepeda motor sejauh 100
km ditempuh dalam waktu 2 jam. Orang tersebut mengendarai sepeda motor dengan kecepatan 50 kmjam. Kecepatan tersebut dapat diartikan
bahwa setiap orang tersebut mengendarai kendaraannya selama 1 jam, maka jarak yang ditempuh bertambah 50 km. pernyataan tersebut juga
dapat diartikan bahwa bila orang tersebut mengendarai sepeda motornya selama 1 jam, maka jarak yang harus ditempuh berkurang sejauh 50 km.
Reaksi kimia menyangkut perubahan dari suatu pereaksi reaktan menjadi hasil reaksi produk, yang dinyatakan dengan persamaan reaksi.
Pereaksi reaktan Hasil Reaksi produk Seperti halnya pada contoh diatas, maka laju reaksi dapat dinyatakan
sebagai berkurangnya jumlah pereaksi untuk setiap satuan waktu dan bertambahnya jumlah hasil reaksi untuk setiap satuan waktu.
A. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
Faktor-faktor yang bias mempengaruhi laju reaksi diantaranya adalah: 1.
Konsentrasi Secara umum konsentrasi pereaksi akan mempengaruhi laju
reaksi. Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi adalah khas untuk setiap reaksi. Pada reaksi orde nol perubahan konsentrasi pereaksi
tidak berpengaruh terhadap laju reaksi. Reaksi orde satu setiap kenaikan konsentrasi dua kali akan
mempercepat laju reaksi menjadi dua kali lebih cepat. Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi ini dapat dijelaskan
dengan model teori tumbukan. Semakin tinggi konsentrasi maka akan semakin banyak molekul-molekul dalam setiap satuan luas ruangan,
dengan demikian tumbukan antar molekul semakin sering terjadi. Semakin banyak tumbukan yang terjadi berarti kemungkingan untuk
menghasilkan tumbukan efektif akan semakin besar, sehingga reaksi berlangsung lebih cepat.
2. Luas permukaan sentuhan
Untuk reaksi heterogen wujud tidak sama, misalnya logam zink dengan larutan asam klorida, laju reaksi selain dipengaruhi oleh
konsentrasi asam klorida juga dipengaruhi oleh kondisi logam zink. Dalam jumlah massa yang sama butiran logam zink akan bereaksi
lebih lambat daripada serbuk zink. Reaksi terjadi antara molekul-molekul asam klorida dalam larutan
denga atom-atom zink yang bersentuhan langsung dengan asam klorida. Pada butiran zink, atom-atom zink yang bersentuhan langsung
dengan asam klorida lebih sedikit daripada serbuk zink, sebab atom- atom zink yang bersentuhan hanya atom zink yang ada dipermukaan
butiran. Akan tetapi, bila butiran zink tersebut dipecah menjadi butiran-butiran yang lebih kecil, atau menjadi serbuk, maka atom-atom
zink yang semula didalam akan berada dipermukaan dan terdapat lebih banyak atom zink yang secara bersamaan bereaksi dengan larutan
asam klorida. Dengan menggunakan teori tumbukan dapat dijelaskan bahwa semakin luas permukaan zat padat maka semakin banyak
tempat terjadinya tumbukan antar pertikel yang bereaksi. 3.
Suhu Harga tetapan laju reaksi akan berubah bila suhunya berubah. Bagi
kebanyakan reaksi kimia, kenaikan sekitar 10
o
C akan menyebabkan harga tetpan laju reaksi menjadi dua kali semula. Dengan naiknya
harga tetapan laju reaksi, maka reaksi akan menjadi lebih cepat. Jadi, kenaikan suhu akan menyebabkan reaksi akan semakin cepat.
Hal tersebut dapat dijelaskan dengan menggunakan teori tumbukan, yaitu bila terjadi kenaikan suhu maka molekul-molekul
yang bereaksi akan bergerak lebh cepat, sehingga energi kinetiknya tinggi. Oleh karena energi kinetiknya tinggi, maka energi yang
dihasilkan pada tumbukan antar molekul akan menghasilkan energi yang besar dan cukup untuk melangsungkan reaksi.