membantu peserta didik, terutama bagi yang kesulitan untuk menentukan mana judul, mana subjudul dan mana
anak subjudul dari materi yang kita berikan dalam LKS. Hal ini akan menimbulkan kesulitan bagi peserta didik untuk
memahami materi secara keseluruhan. Oleh karena itu, kita dapat menggunakan huruf kapital atau
penomoran. Lebih jelasnya, perhatikan gambar berikut:
Gambar 2.3 Penomoran LKS
d Kejelasan
Pastikan bahwa materi dan instruksi yang kita berikan dalam LKS dapat dengan jelas dibaca oleh peserta didik.
Sesempurna apa pun materi yang kita siapkan, tetapi jika peserta didik tidak mampu membacanya dengan jelas,
maka LKS tidak akan memberi hasil yang maksimal. Misalkan saja hasil cetakan LKS yang kita buat tembus
sampai halaman sebaliknya. Hal ini tentu saja mengganggu
kenyamanan saat membacanya. Oleh karena itu, pastikan bahwa cetakan di halaman yang satu tidak menembus ke
halaman sebaliknya. 2
Langkah-langkah Pengembangan LKS Untuk mengembangkan LKS yang menarik dan dapat
digunakan secara maksimal oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran, ada 4 langkah yang ditempuh dalam
mengembangkan LKS, yaitu penentuan tujuan
pembelajaran, pengumpulan materi, penyusunan elemen, serta pemeriksaan dan penyempurnaan.
Berikut ini rincian dari setiap langkah pengembangan LKS:
13
1 Menentukan tujuan pembelajaran yang akan di-breakdown
dalam LKS Pada langkah pertama ini, kita harus menentukan desain menurut tujuan pembelajaran yang
kita acu. Perhatikan variabel ukuran, kepadatan halaman, penomoran halaman dan kejelasan. Sebagai
contoh tujuan pembelajaran yang ingin dicapai adalah “Mahasiswa dapat melakukan penyusunan teknik
instrumen penilaian pembelajaran X ”. Sebagai simulasi,
mari kita tentukan bahwa berdasarkan tujuan tersebut, ukuran LKS adalah A4 karena dalam rencana
penelitian, diperlukan bagan. Untuk memaksimalkan penggunaan halaman, maka desain LKS akan dibuat
dengan outline sebagai berikut:
Gambar 2.4 Outline LKS
2 Pengumpulan materi
Dalam pengumpulan materi ini, hal yang perlu dilakukan adalah mentukan materi dan tugas yang akan
dimasukkan ke dalam LKS. Oleh karena itu, pastikan bahwa materi dan tugas yang ditentukan sejalan dengan
13
Andi Prastowo, Panduan Kreatif..., Jogjakarta: Diva Press, 2011, Cet. 1, h. 221-224.
tujuan pembelajaran. Kumpulkan bahan atau materi dan buat perincian tugas yang harus dilaksanakan oleh peserta
didik. Bahan yang akan dimuat dalam LKS dapat kita kembangkan sendiri atau kita dapat memanfaatkan materi
yang sudah ada. Dari materi tersebut, tentukan rincian tugas yang harus dilakukan siswa. Tugas-tugas harus
ditulis secara jelas guna mengurangi pertanyaan dari siswa tentang
hal- hal
yang seharusnya
siswa dapat
melakukannya. Selain itu, tambahkan ilustrasi atau bagan yang dapat memperjelas penjelasan naratif yang
disajikan. Contoh konkretnya sebagai berikut. Berdasarkan tujuan
pembelajaran yang telah ditentukan pada langkah pertama, akan dimasukkan materi
“Konsep Dasar Penilaian” dalam LKS. Dari materi tersebut, tentukan rincian yang harus dikerjakan peserta
didik, contohnya seperti berikut ini:
Gambar 2.5 Contoh rincian yang harus dikerjakan peserta didik
3 Penyusunan Elemen
Pada bagian inilah, saatnya mengintegrasikan desain hasil dari langkah pertama dengan materi dan
tugas sebagai hasil dari langkah kedua. Hasilnya adalah sebagai berikut:
Gambar 2.6 Hasil integrasi desain dari langkah pertama dan langkah kedua
4 Pemeriksaan dan Penyempurnaan
Apabila telah berhasil menyelesaikan langkah ketiga, tidak berarti dapat langsung memberikan LKS tersebut
kepada peserta didik. Sebelum memberikannya kepada peserta didik, perlu dilakukan pengecekan terhadap LKS
yang sudah dikembangkan tersebut.
g. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pembuatan LKS
Dalam mengembangkan LKS,ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan didalam pembuatan LKS diantaranya sebagai berikut:
14
a Dari segi penyajian materi yaitu:
Judul LKS harus sesuai dengan materinya Materi sesuai dengan perkembangan anak
Materi disajikan secara sistimatis dan logis Materi disajikan secara sederhana dan jelas
Menunjang keterlibatan dan kemauan siswa untuk ikut
aktif b
Dari segi tampilan yaitu: Penyajian sederhana, jelas dan mudah dipahami
Gambar dan grafik sesuai dengan konsepnya Tata letak gambar, tabel dan pertanyaan harus tepat
Judul, keterangan, instruksi, pertanyaan harus jelas Mengembangkan minat dan mengajak siswa untuk
berpikir.
14
Poppy Kamalia Devi, Renny Sofiraeni, dan Khairuddin, Pengembangan Bahan..., Jakarta: Universitas Terbuka, Departemen
Pendidikan Nasional, 2003, Cet. 1, h. 35 – 36.
h. Variabel Pemeriksaan dan Penyempurnaan Pengembangan LKS
Apabila telah berhasil melakukan langkah ketiga dalam tahap pengembangan LKS, tidak berarti dapat langsung
memberikan LKS tersebut kepada peserta didik. Sebelum memberikannya kepada peserta didik, perlu melakukan
pengecekan kembali terhadap LKS yang sudah dikembangkan tersebut.
Ada empat variabel yang harus kita cermati sebelum LKS dapat dibagikan ke peserta didik. Keempat variabel itu adalah
sebagai berikut:
15
a Kesesuaian desain dengan tujuan pembelajaran yang
berangkat dari kompetensi dasar. Pastikan bahwa desain yang kita tentukan dapat
mengakomodasi pencapaian tujuan pembelajaran. b
Kesesuaian materi dan tujuan pembelajaran Pastikan bahwa materi yang dimasukkan dalam LKS baik
materi yang kita kembangkan sendiri maupun materi yang kita dapatkan dari bahan yang sudah ada sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang ditentukan. c
Kesesuaian elemen dengan tujuan pembelajaran. Pastikan bahwa tugas dan latihan yang kita berikan
menunjang pencapaian tujuan pembelajaran. d
Kejelasan penyampaian Pastikan apakah LKS mudah dibaca dan tersedia cukup
ruang untuk mengerjakan tugas yang diminta. Memang sudah semestinya dan kita melakukan evaluasi
terhadap LKS yang sudah kita kembangkan, yang telah kita bagikan kepada peserta didik. Adapun caranya adalah dengan
15
Andi Prastowo, Panduan Kreatif..., Jogjakarta: Diva Press, 2011, Cet. 1, h. 224-225.
mengevaluasi komentar peserta didik setelah menggunakan LKS.
2. BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
a. Definisi Belajar
Belajar dalam arti luas adalah proses perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan, dan penilaian
terhadap atau mengenai sikap dan nilai-nilai, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai bidang studi atau, lebih luas lagi,
dalam berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi.
16
Menurut Slameto Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku seseorang sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan nya dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya.
17
Wittig dalam bukunya psychology of learning mendefinisikan belajar sebagai : any relatively permanent
change in an organism’s behavioral repertoire that occurs as a result of experience. belajar ialah perubahan yang relatif menetap yang terjadi
dalam segala macamkeseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman.
18
Biggs dalam pendahuluan teaching for learning mendefinisikan belajar dalam tiga macam rumusan, yaitu : rumusan
kuantitatif; rumusan institusional; rumusan kualitatif. Secara kuantitatif ditinjau dari sudut jumlah, belajar berarti kegiatan pengisian atau
pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya. jadi, belajar dalam hal ini dipandang dari sudut banyaknya materi yang
dikuasai siswa. Secara institusional tinjauan kelembagaan, belajar dipandang sebagai proses validasi atau pengabsahan terhadap penguasaan
siswa atas materi-materi yang telah ia pelajari. Bukti institusional yang menunjukkan siswa telah belajar dapat diketahui seusai proses mengajar.
Secara kualitatif tinjauan mutu ialah proses memperoleh arti-arti dan
16
A. Tabrani, Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung : Rosda Karya, 1994, Cet. 3, h. 8
17
Slameto, Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester, Jakarta : Bumi Aksara, 1991, Cet. 1, h. 78.
18
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, Bandung : PT Remaja Rosda Karya, h. 89
pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia di sekeliling siswa.
Hintzman berpendapat belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme manusia atau hewan disebabkan oleh pengalaman
yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.
19
Hilgard mengungkapkan
“Learning is the process by wich an activity originates or changed through training procedurs wether in the labolatory or in the
natural environment as distinguished from changes by factors not atributable to training”. Bagi Hilgard, belajar itu adalah proses
perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan di dalam labolatorium maupun dalam lingkungan alamiah.
20
Dan menurut peneliti belajar adalah proses perubahan tingkah laku seseorang sebagai hasil pengalaman dari
ingteraksi dirinya dengan lingkungan sekitarnya yang dinyatakan dalam bentuk perubahan kognitif, psikomotor, dan afektif seseorang dari hasil
pengalamannya
a. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat kita bedakan menjadi tiga macam, yakni:
21
1 faktor internal faktor dari dalam siswa, yakni keadaankondisi
jasmani dan rohani siswa 2
faktor eksternal faktor dari luar siswa, yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa
3 faktor pendekatan belajar approach to learning, yakni jenis upaya
belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi
pelajaran.
19
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, Bandung : PT Remaja Rosda Karya, h. 89
20
Zurinal, Ilmu Pendidikan, Jakarta : UIN Jakarta Press, h. 117
21
Muhibbin Syah, Op.cit., h. 129