Pengukuran Stres Kerja TINJAUAN PUSTAKA

diartikan bahwa stres selalu meyebabkan dampak seperti yang disebutkan diatas.

H. Pengukuran Stres Kerja

Teknik pengukuran stres yang biasa digunakan dalam studi Amerika Serikat menurut Karoley 1985 dapat digolongkan dalam 4 cara, yaitu: 1. Self Respons Measure: Cara ini mencoba mengukur stres dengan menanyakan melalui kuisoner tentang intensitas pengalaman psikologis, fisiologis, dan perubahan fisik yang dialami dalam peristiwa kehidupan seseorang. Teknik ini disebut “life event scale”. Teknik ini mengukur stres dengan melihat atau mengobservasi perubahan-perubahan prilaku yang ditampilkan oleh seseorang, seperti prestasi kerja yang menurun dan dapat dilihat dengan gejala: a. Cenderung berbuat salah

b. Cepat lupa, kurang perhatian terhadap detail c. Meningkatnya waktu reaksi menjadi lambat

Namun cara ini memiliki kelemahan yaitu berupa respons bias. Sedangkan keuntungannya yaitu paling mudah diatur dan membutuhkan biaya yang relatif murah. Berikut ini disajikan pertanyaan-pertanyaan yang digunakan sebagai indikator dalam menentukan stres kerja berdasarkan metode life event scale. Tabel 2.3 Daftar pertanyaan untuk metode life event scale Tidak pernah Jarang 1 Kadang- kadang 2 Sering 3 Setiap hari 4 Jantung berdebar Gemetar Menggertakan gigi pada saat tidur Tidak bisa tidur Rentan terhadap penyakit Sakit perut Sakit kepala Sakit kepala sebelah migraine Merasa lelah terus- menerus Sembelit Maag Percaya diri menurun Hilang nafsu makan Keringat berlebihan Telapak tangan berkeringat Lesu Lupa Linglung Merasa jengkel Merasa muak Merasa ingin bunuh diri Pesimis Cemburu Murung Sakit pada bagian punggung Depresi Gelisah Kehilangan minat dalam berbagai hal Nyeri otot Sensitifpeka Ragu-ragu Tidak pernah Jarang 1 Kadang- kadang 2 Sering 3 Setiap hari 4 Memeriksa pekerjaan yang berlebihan Sulit bernapas Berjuang untuk mengatasi penyakit minor misalnya dingin Bersikap curiga Rambut rontok Gangguan konsenterasi Perut mulasrasa panas dalam perut Menurunkan berat badan Iritasi pada tenggorokan Hilang rasa humor Penyakit kulit Mengambil inisiatif terlebih dahulu Mimpi buruk Mulut kering Mengkonsumsi tonik Bioplus, liviton, lucozade, pharmaton Diare Gugup Putus asa Mudah kaget Meningkatnya nafsu makan Gangguan koordinasi Ketidakpastian Cepat frustasi Kurang keterlibatan dengan orang lain Menggigit kuku Kurang motivasi Peningkatan konsumsi kafein kopi,teh Resah Tidak pernah Jarang 1 Kadang- kadang 2 Sering 3 Setiap hari 4 Pengambilan keputusan yang buruk Merokok Merasa diluar kendali Merasa bingung Tidur yang berlebihan Menggunakan obat tidur Merasa lelah ketika bangun Merasa kewalahan dengan banyak pekerjaan Mengedipkan mata secara berlebihan Melamun Menunda pekerjaan Merasa panik Mengurangi produktivitas Membuang-buang waktu pekerjaan Sulit untuk mengidentifikasi penyebab non kinerja Tidak bisa mendiskusikan masalah dengan orang lain Sumber: Brown family environmental center at Kenyon college diakses melalui situs http:bfeckenyon.eduHealthyKenyonstresspsymptoms.pdf Berdasarkan daftar pertanyaan diatas, bobot skor 0 jika responden menjawab “tidak pernah”, bobot skor 1 jika responden menjawab “jarang”, bobot skor 2 jika responden menjawab “kadang-kadang”, bobot skor 3 jika responden menjawab “sering”, bobot skor 4 jika responden menjawab “setiap hari”. Dengan demikian jumlah nilai kumulatif berada dalam rentang 75 sampai dengan 300. Untuk melakukan penilaian indikator stres kerja, dapat dilakukan penilaian sendiri self assesment. System scoring penilaian yang digunakan sebagai indikator untuk masing – masing kelompok sebagai berikut: a. Nilai 90 : mengalami stres sangat berat b. Nilai 71-90 : mengalami stres berat c. Nilai 46-70 : mengalami stres sedang d. Nilai 21-45 : mengalami stres ringan e. Nilai 0-20 : tidak stres 2. Performance Measure Cara ini mengukur stres dengan melihat atau mengobservasi perubahan - perubahan perilaku yang ditampilkan oleh seseorang. Contohnya, penurunan prestasi kerja terlihat dari gejala seperti cenderung berbuat salah, cepat lupa dan menjadi lamban dalam bereaksi. Keuntungannya yaitu mudah dilakukan oleh siapapun. Kelemahannya berupa tingkat reabilitasnya rendah. 3. Psysiological Measure Pada pengukuran ini berusaha untuk melihat pengaktifan hipotalamus- hipofisis-adrenal HPA dan sekresi utama kortisol dan katekolamin pada manusia. Pengukuran ini dapat diukur melalui darah, urin dan air liur. Keuntungannya yaitu pengambilan sampel melalui darah, urin dan air liur dapat dilakukan oleh siapapun tanpa harus memiliki keterampilan khusus. Kelamahannya yaitu membutuhkan waktu yang lama dalam penelitiannya dan biaya yang banyak. 4. Biochemical Measure Teknik ini melihat stres melalui respon biokimia individu berupa perubahan kadar hormon katekolamin dan kortikosteroid setelah pemberian stimulus. Keuntungannya yaitu tingkat reabilitas dari cara ini tergolong tinggi namun hasil pengukurannya dapat berubah bila subjek penelitiannya adalah perokok, peminum alkohol dan kopi. Hal ini karena rokok, kopi dan alkohol dapat meningkatkan kadar kedua hormon tersebut dalam tubuh. Kelemahannya yaitu membutuhkan waktu yang lama untuk melihat perubahannya. Dari keempat cara tersebut, yang paling sering digunakan dalam penelitian stres adalah life event scale, karena paling mudah diatur dan membutuhkan biaya yang relatif lebih murah walaupun sering terdapat keterbatasan tertentu.

I. Pencegahan Stres kerja

Menurut Levi 1984 upaya pencegahan terhadap stres kerja dapat dilakukan dengan cara, yaitu : 1. Adanya peraturan tentang identifikasi bahaya kerja di lingkungan kerja perusahaan, termasuk identifikasi terhadap bahaya psikososial kerja. 2. Program Healthy Life Style antara lain tidak minum minuman beralkohol, tidak merokok, diet sehat, olah raga, rekreasi dan lain-lain 3. Memberikan kesempatan kepada karyawan untuk memikirkan dan menentukan cara dan peralatan kerjanya, mempunyai wewenang untuk menghentikan pekerjaan bila berbahaya, meminta tenaga ahli untuk menilai perilaku kerja atas biaya perusahaan 4. Memberi kesempatan untuk merancang organisasi kerja, teknologi kerja, sistem remunerasi insentif dan memberi kesempatan kepada karyawan untuk mengembangkan keterampilannya. 5. Desain kerja yang memungkinkan berlangsungnya interaksi sosial dengan baik, memberi kesempatan kepada pekerja untuk menentukan variasi tempat kerja, seperti dekorasi ruang kerja, adanya musik dan lain-lain untuk menghindari kejenuhan 6. Pendidikan dan pelatihan bagi pekerja 7. Sistem penggajian tetap dan tidak menggunakan sistem upah harian. Selain itu menurut Mangkunegara 2002 upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya stres kerja terkait rutinitas pekerjaan salah satunya yaitu pola harmonis, yaitu dengan kemampuan mengelola waktu dan kegiatan secara harmonis dan tidak menimbulkan berbagai hambatan. Dengan pola ini, individu mampu mengendalikan berbagai kesibukan dan tantangan dengan cara mengatur waktu secara teratur.

J. Penaggulangan Stres Kerja