Gambaran dan Hubungan Asupan Protein dengan Kebugaran

Begitupun sebaliknya jika asupan energi berlebih tetapi aktivitas fisiknya pasif akan menimbun lemak yang menyebabkan obesitas sehingga akan berpengaruh terhadap nilai indeks massa tubuh dan persen lemak tubuh. Penelitian yang dilakukan pada wanita di Georgia, AS, diketahui zat gizi yang berpengaruh lebih kuat pada komponen kebugaran persen lemak tubuh jika dibandingkan dengan laki-laki adalah berupa makronutrien Paul.et,al, 2004. Peneliti berpendapat bahwa hubungan yang terjalin antara asupan energi dengan kebugaran yang dinilai dari denyut nadi terjadi secara tidak langsung. Melainkan melalui aktivitas fisik dimana jumlah energi yang digunakan tubuh sangat bergantung kepada kegiatan jasmani. Kemudian masukan energi yang lebih besar dari pada pengeluaran akan meningkatkan komposisi tubuh. Dengan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan asupan energi dengan status gizi dimungkinkan akan menemukan hubungan kemaknaan dengan kebugaran.

5. Gambaran dan Hubungan Asupan Protein dengan Kebugaran

Hasil penelitian didapatkan rata-rata asupan protein mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah diantara 51,14 sampai dengan 58,69 gram dengan jumlah variasi asupan protein 17,63. Dan jumlah asupan protein terendah 17,45 gram dan tertinggi 119,85 gram. Hasil uji statistik antara asupan protein dengan kebugaran diperoleh Pvalue 0,043. Dengan demikian hipotesis penelitian diterima, artinya ada hubungan antara asupan protein dengan kebugaran pada mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat. Nilai koefisien korelasi sebesar -0,209 yang menujukan bahwa hubungan asupan protein dengan kebugaran adalah lemah. Nilai tersebut juga menunjukkan bentuk hubungan antara asupan protein dengan kebugaran adalah negatif yang berarti semakin bertambahnya nilai asupan protein maka akan semakin berkurangnya denyut nadi setelah tes kebugaran yang berarti tingkat kebugarannya semakin bertambah. Seperti halnya korelasi diatas, Protein memiliki fungsi fisiologi yang penting untuk mengoptimalkan performa aktivifitas fisik. Survey menyatakan bahwa banyak sekolah menengah dan perguruan tinggi atlet mempercayai bahwa performa atlet meningkat karena diet protein tinggi Williams, 2002. Sebuah penelitian menyatakan bahwa suplemen gizi setelah latihan ketahanan dan termasuk di dalamnya asam amino dibandingkan ketersediaan energi lebih penting untuk mengembalikan dan menyusun kembali protein dalam otot seteleh latihan Levenhagen et.al, dalam Pikosky,et.al, 2006 dalam Fatmah, 2011. Asam amino membangun dinding sel, jaringan otot, hormon, enzim, dan berbagai molekul lainnya. Darah membawa protein yang besar globulin untuk formasi, albumin untuk menahan tenaga, fibrinogen untuk penggumpalan, dan hemoglobin untuk transportasi oksigen. Latihan kebugaran menghasilkan protein-enzim untuk latihan aerobik dan protein yang berkontraksi aktin dan myosin untuk latihan tenaga Sharkley, 2011. Berdasarkan AKG Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2004, kebutuhan protein usia 19-21 tahun untuk perempuan sebanyak 60 gram perhari. Hasil wawancara makanan sebanyak 2x24 jam diperoleh rata-rata asupan protein mahasiswi Kesehatan Masyarakat dalam sebanyak 51,14-58,69 gram perhari, sehingga dapat dikatakan asupan protein mahasiswi sudah cukup memenuhi angka kecukupan. Mahasiswi memperoleh asupan protein ini berasal dari makanan sumber protein hewani dan nabati seperti: telur ayam, ayam, ikan, tempe, tahu, dan susu. Peneliti berpendapat protein yang berpengaruh terhadap kebugaran jantung paru adalah dari fungsi protein sebagai asam amino yang bertindak sebagai prekusor sebagai koenzim sehingga membantu dalam proses metabolisme tubuh agar dihasilkan energi dengan cepat guna meningkatkan kebutuhan oksigen dalam tubuh. Oksigen yang tersalurkan dengan baik akan menciptakan kebugaran. Penelitian ini selaras dengan hasil penelitian Gutin, et.al, 2002 yang dilakukan di Georgia, AS pada 80 orang remaja dan anak-anak obesitas yang menyatakan bahwa terdapat hubungan terbalik yang hampir bermakna Pvalue 0.063 antara kebugaran daya tahan kardiorespiratori dengan asupan protein. Hasil penelitian ini juga selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Konig,et.al 2003 dalam penelitian crossectional tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara asupan protein dengan kebugaran menggunakan metode aerobik sepeda ergometer. Persamaan hasil penelitian ini dengan penelitian Gutin 2002 dan Konig 2003 adalah pada penggunaan metode pengukuran untuk makanan dengan recall dan record asupan protein ini.

6. Gambaran dan Hubungan Asupan Vitamin A dengan Kebugaran