Gambaran dan Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Kebugaran

B. Gambaran serta Hubungan antara Status Gizi berdasarkan Indeks Massa

Tubuh, Persen Lemak Tubuh, Asupan Gizi dan Aktivitas Fisik dengan Kebugaran pada Mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013

1. Gambaran dan Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Kebugaran

Hasil penelitian menunjukkan rata-rata IMT mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Jakarta adalah diantara 20,60 sampai dengan 22,41 kgm 2 dengan variasi nilai IMT 4,25. IMT terkecil adalah 15,37 kgm 2 dan terbesar adalah 39,26 kgm 2 . Bila diklasifikasikan berdasarkan standar Depkes RI 2004 diketahui sebanyak 16 mahasiswi tergolong kurus, 66 mahasiswi tergolong normal dan 18,1 kegemukan. Hasil uji statistik antara IMT dengan kebugaran diperoleh Pvalue 0,015. Dengan demikian hipotesis penelitian diterima, artinya ada hubungan yang bermakna antara IMT dengan kebugaran mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat. Selain itu, diperoleh nilai koefisien kolerasi sebesar 0,0251 yang menunjukkan bahwa hubungan antara IMT dengan kebugaran adalah lemah. Nilai tersebut menunjukkan dengan semakin bertambahnya nilai IMT maka akan semakin bertambah denyut nadi setelah tes kebugaran yang berarti tingkat kebugarannya semakin berkurang. IMT merupakan alat ukur untuk menilai status gizi seseorang. Ketika nilai IMT seseorang diatas ambang normal menunjukkan status gizinya berlebih. Gizi lebih menyimpan kelebihan energi dalam bentuk lemak tubuh yang berpengaruh terhadap kebugaran seseorang. Baik otot maupun lemak memiliki massa, yang jika dibandingkan dengan tinggi badan akan menggambarkan komposisi tubuh secara tidak langsung. Menurut Hoeger 1996 berat badan berlebih overweight tidak pasti membuktikan bahwa orang tersebut memiliki massa lemak yang tinggi begitu pula dengan berat badan kurang tidak pasti membuktikan bahwa orang tersebut memiliki massa otot yang tinggi. Menurut Martin 2003 pada saat terjadi timbunan lemak dalam tubuh, membungkus jaringan viseral menjadikan kerja lebih kuat dalam mensuplai oksigen ke jaringan guna menghasilkan energi oleh kerena itu jantung perlu memompa pada frekuensi yang sering. Selain terdapat lemak pada IMT yang lebih, dalam berat badan berlebih terdapat sel dan otot yang semakin besar yang berpengaruh pada kebutuhan nutrisi yang lebih besar sehingga peningkatan denyut jantung, akibat pada satu kali curah jantung oksigen yang dihantarkan kurang dari jumlah yang diperlukan untuk memenuhi nutrisi sel-sel yang berlebih tersebut. Terjadi ketidakefisienan fungsi jantung yang akibatnya kebugaran menjadi berkurang Sherwood, 2010. Kemudian Menurut Woolford, et.al 1993 dalam Wijayanti 2006 kelebihan lemak tubuh akan meningkatkan massa tubuh sehingga menurut hukum II Newton akan menurunkan percepatan gerak. Peningkatan berat badan akan membawa pada kebutuhan energi yang lebih besar pada sistem aerobik untuk melakukan dan melangsungkan pergerakan badan. Oleh karena itu, kelebihan berat badan umumnya menyebabkan saat kelelahan yang jauh lebih dini. Penelitian ini selaras dengan penelitian Nanda 2012 dan Indarawagita 2012 yang menunjukkan hubungan bermakana antara IMT dengan kebugaran. Kesesuaian penelitian ini dengan penelitian tersebut dikarenakan keduanya menggunakan metode tes kebugaran 3 menit YMCA. Dengan semakin tinggi nilai IMT maka akan memiliki kebugaran yang semakin rendah. Kondisi ini selaras dengan penelitian di Maputo, Mozambik, yaitu kelompok dengan gizi lebih overweight paling rendah dalam hampir seluruh tes kebugaran. Sementara dibandingkan dengan kelompok normal, kelompok gizi kurang underweight lebih baik dalam daya tahan kardiorespiratori endurance Prista,et.al,2003. Hal tersebut juga selaras dengan penelitian Nancy,et.al 2005 tentang kebutuhan energi pada wanita usia produktif dimana salah satunya membandingkan kebugaran VO 2max dan kekuatan repetisi maksimum terhadap latihan leg press, leg extension, bench press, and latissimus pull-down diantara subyek dengan IMT kurang, normal, dan lebih. Hasilnya adalah konsumsi maksimal oksigen cendrung berbeda untuk setiap kelompok IMT. Vo 2max terendah terdapat pada kelompok IMT terendah dan Vo 2max pada kelompok lebih cendrung lebih rendah dibandingkan kelompok normal Cassandra, 2011. Dengan status gizi yang baik akan tercapai kesehatan dan kebugaran yang optimal Proyek Pengembangan Kesehatan Olahraga RI, 1985. Dari hasil penelitian menujukan rata-rata IMT mahasiswi berada pada kondisi normal. Oleh karena itu diperlukan keseimbangan antara asupan konsumsi dan keluaran agar status gizi berada keadaan normal guna memperoleh kebugaran yang optimal.

2. Gambaran dan Hubungan Persen Lemak Tubuh dengan Kebugaran