E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat
a. Memberikan informasi terkait kebugaran pada mahasiswa Kesehatan
Masyarakat sehingga didapatkan upaya dalam peningkatan produktivitas belajar.
b. Dapat menjadikan studi acuan terkait aktivitas fisik untuk program kerja
Departemen Kesenian dan Olahraga Badan Eksekutif Mahasiswa BEM Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan khususnya BEM Jurusan Kesehatan
Masyarakat.
2. Manfaat Bagi Peneliti
a. Sebagai media pengaplikasian ilmu kesehatan mayarakat khususnya ilmu gizi
yang telah dipelajari selama studi. b.
Dapat dijadikan referensi atau sumber dan acuan dalam melakukan penelitian lanjutan.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswi peminatan gizi Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada
bulan Juni sampai Agustus 2013 pada mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
antara kebugaran dengan status gizi IMT, persen lemak tubuh, dan asupan gizi dan aktivitas fisik pada mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2013. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain studi cross sectional.
15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kebugaran 1. Pengertian Kebugaran
Kebugaran fisik adalah suatu kondisi dimana seorang individu memiliki energi yang cukup dan vitalitas untuk menyelesaikan tugas sehari-hari dan
kegiatan rekreasi aktif tanpa kelelahan yang tidak semestinya Nieman, 1998. Kebugaran adalah keadaan kemampuan jasmani yang dapat menyesuaikan fungsi
alat-alat tubuhnya terhadap tugas jasmani tertentu dan terhadap keadaan lingkungan yang harus diatasi dengan cara yang efisien, tanpa kelelahan yang
berlebihan dan telah pulih sempurna sebelum datang tugas yang sama pada esok
harinya Giriwijoyo, 2012.
Kebugaran aerobik daya tahan kardiorespiratori didefinisikan sebagai kepasitas maksimal untuk menghirup, menyalurkan dan menggunakan oksigen
Sharkley, 2011. Kesehatan kardiovaskuler penting untuk meningkatkan
kebugaran dan kesehatan. 2. Klasifikasi Kebugaran
Kebugaran jasmani merupakan keadaan keseimbangan antara kegiatan biasa dengan tuntutan yang berlebih, dimana tidak terjadi kelelahan dan
menyimpan cukup energi untuk aktivitas selanjutnya. Kebugaran dikategorikan menjadi dua, yaitu kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan health-
related fitness dan kebugaran yang berhubungan dengan keterampilan atau yang disebut dengan skill-related fitness Hoeger dan Hoeger, 1996. Berikut akan
dijelaskan lebih lanjut mengenai kategori kebugaran : a.
Kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan Kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan health related fitness
didefinisikan sebagai suatu kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari dimana dibutuhkan energi serta kualitas dan kapasitas yang berhubungan
dengan rendahnya risiko munculnya penyakit hipokinetik dini berhubungan dengan kurangnya aktivitas fisik Prentice, 2004. Status kesehatan seseorang
dipengaruhi oleh hereditas, pola hidup sehat, akivitas fisik yang cukup dan kualitas diet yang baik Fatmah, 2011.
Aktivitas fisik yang sesuai dengan kebutuhan akan meningkatkan kesehatan manusia dengan jalan mencegah kelebihan berat badan dan juga
dipengaruhi oleh faktor lain dari kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan. Kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan terdiri dari daya
tahan kardiorespirasi, daya tahan otot yang cukup, komposisi tubuh, fleksibilitas atau kelentukan yang memadai. Beberapa organisasi profesional
seperti ACSM American College Sport Medicine telah mengindikasikan bahwa variasi dalam melakukan aktivitas fisik dapat digunakan untuk
meningkatkan kesehatan Williams, 2002. b.
Kebugaran yang berhubungan dengan keterampilan Kebugaran yang berhubungan dengan keterampilan atau skill-related
fitness adalah kebugaran untuk melakukan gerakan-gerakan fisik dalam
aktivitas atletik atau olahraga. Skill-related fitness yang baik dapat meningkatkan kualitas hidup secara umum dengan meningkatkan kemampuan
seseorang untuk menghadapi kondisi-kondisi darurat yang terkadang membutuhkan ketangkasan Hoeger dan Hoeger, 1996. Pada kebugaran yang
berhubungan dengan keterampilan lebih banyak berperan bagi kelompok atlet dibandingkan masyarakat umum sehingga penggunannya terbatas pada
komunitas dan kegiatan olahraga Gisolfi dan Lamb, 1989. Skill-related fitness adalah kemampuan untuk memaksimalkan potensi
genetik dengan latihan fisik dan mental yang cukup untuk menyiapkan pikiran dan tubuh dalam kompetisi. Pada kondisi ini, atlet mengembangkan
kebugaran yang berhubungan dengan keterampilan, dimana komponen kebugaran yang berhubungan dengan keterampilan terdiri dari kekuatan,
kecepatan, daya tahan, dan skill motorik neuromuskular yang spesifik terkait olahraga dari atlet Williams, 2002.
Atlet pada semua level kompetisi, baik pada kompetisi internasional, gulat, permain baseball sekolah menengah, pelari jarak jauh pada kelompok
usia senior, atau pemain muda sepak bola dapat meningkatkan performa terbaik mereka dengan intensitas latihan yang disesuaikan dengan
perkembangan usia, fisik, dan mental mereka.
3. Komponen Kebugaran
Komponen kebugaran seringkali disebutkan dalam dua bagian, satu berhubungan dengan kesehatan dan yang lain berhubungan dengan ketrampilan
atlet. Kebugaran berhubungan dengan keterampilan dibutuhkan untuk meraih
sukses dalam olahraga seperti tenis, sepakbola, bola voli, golf, dan basket akan tetapi, banyak ahli merasa bahwa komponen tersebut memiliki sedikit hubungan
yang kuat terhadap kesehatan dan pencegahan penyakit Nieman, 1998.
Kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan digambarkan untuk melakukan aktivitas sehari-hari dengan kekuatan dan berhubungan dengan
rendahnya risiko terhadap penyakit degeneratif. Daya tahan kardiorespiratori, kebugaran muskuloskeletal kekuatan dan daya tahan otot, fleksibilitas, dan
komposisi tubuh yang optimal diukur sebagai komponen kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan. Kebugaran yang behubungan dengan tampilan di
sisi lain memiliki nilai lebih yaitu ketangkasan, keseimbangan, koordinasi, kecepatan, kekuatan dan daya ledak serta memiliki hubungan terhadap kesehatan
dan pencegahan penyakit Nieman, 1998. Setiap komponen dari kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan dapat
diukur secara terpisah dengan latihan spesifik yang sudah dirancang untuk dikembangkan sesuai dengan jenis olahraganya masing-masing. Bagian yang
terpenting disini adalah kebugaran total yang disamakan dengan perkembangan dari setiap komponen mayor melalui program latihan terangkai dengan baik.
Beberapa individu berlatih untuk mengembangkan kekuatan dan daya tahan otot namun sedikit dalam latihan aerobik untuk sistem kardiorespiratorinya. Beberapa
pelari terkemuka memiliki kebugaran jantung dan paru yang baik namun rendah dalam hal kekuatan tubuh bagian atas Nieman, 1998.
Individu yang bugar fisiknya dapat mengerjakan pekerjaan sehari-hari misalnya, membawa bahan makanan, menaiki tangga, berkebun dengan sedikit
kelelahan dan menyisakan energi untuk latihan di waktu luang.
Berikut akan dibahas setiap komponen kebugaran yang behubungan dengan
kesehatan.
a. Daya Tahan Kardiorespiratori Ketahanan Jantung
Daya tahan kardiorespiratori adalah kemampuan jantung, paru-paru, dan pembuluh darah untuk menyuplai oksigen ke dalam sel-sel sehingga
memenuhi kebutuhan untuk memperpanjang aktivitas fisik Hoeger dan Hoeger, 1996. Komponen ini adalah yang paling disetujui sebagai
komponen kebugaran dan kriteria yang paling umum digunakan untuk pengukuran kebugaran baik pada orang dewasa maupun anak-anak karena
merupakan dasar dari kebugaran menyeluruh total fitness dengan menggambarkan kualitas fisik seseorang dari sisi yang tergolong vital, yaitu
penggunaan oksigen Gisolfi dan Lamb, 1989. Daya tahan kardiorespiratori ditentukan oleh kapasitas aerobik atau
ambilan uptake oksigen maksimal VO
2
max yaitu jumlah maksimal oksigen yang dapat digunakan oleh tubuh per menit saat melakukan kegiatan
atau latihan fisik. Saat tubuh sedang menghadapi beban aktivitas fisik, energi dibutuhkan dalam jumlah yang lebih banyak sehingga jantung, paru-paru
dan pembuluh darah harus menghantarkan lebih banyak oksigen untuk oksidasi energi di dalam sel menjadi ATP Adenosine triphosphate. Oleh
karena itu, semakin kecil frekuensi pompa jantung yang dibutuhkan,
semakin efisien kerja kardiorespiratori atau semakin bugar kondisi tubuh seorang individu karena berarti dengan satu kali curah, oksigen yang
dihantarkan lebih banyak Anspaugh, 1997. Perbedaan VO
2
max yang berarti antar individu diturunkan oleh kualitas kerja tiga sistem dalam tubuh,
yaitu: 1 respirasi eksternal fungsi paru-paru, 2 transpor udara sistem kardiovaskuler seperti jantung, pembuluh darah dan darah, dan 3 respirasi
internal penggunaan oksigen oleh sel tubuh untuk produksi energi Prentice dan Bucher, 1988 dalam Wijayanti, 1998.
Pertama-tama, sistem respirasi eksternal membawa oksigen dari udara bebas ke dalam paru-paru dan membawanya ke dalam darah. Pada orang
yang memiliki aktivitas fisik yang berat, kapasitas vital dan pernapasan maksimal meningkat. Maka, sirkulasi serta suplai oksigen kedalam darah
dari paru-paru pun akan meningkat. Setelah itu, transpor udara pada sistem kardiovaskuler akan memompa dan mendistribusikan oksigen yang telah
terikat pada darah ke seluruh tubuh. Peningkatan konsumsi oksigen dapat dicapai melalui peningkatan curah jantung yang merupakan perkalian antara
volume darah sekuncup dan frekuensi atau jumlah denyut jantung. Terakhir, respirasi internal terjadi pada sel-sel di dalam tubuh sel-sel otot dan rangka
dengan penggunaan oksigen untuk merubah simpanan karbohidrat dan lemak energi menjadi ATP untuk kontraksi otot dan produksi panas. Proses
terakhir ini terjadi saat individu melakukan aktivitas fisik. Prentice dan Bucher, 1988 dalam Wijayanti, 1998.
b. Komposisi Tubuh
Komposisi tubuh adalah rasio dari lemak dan berat bebas lemak dan seringkali ditampilkan dalam persen lemak tubuh Nieman, 1998.
Komposisi tubuh adalah komponen kebugaran yang berhubungan dengan jumlah total relatif dari otot, lemak, tulang dan bagian vital dalam tubuh
Haskell dan Kiernan, 2000. Lemak tubuh yang sehat berkisar antara 15 untuk laki-laki dan 23
untuk perempuan. Banyak metode yang digunakan untuk mengukur lemak tubuh seperti tes skinforld, under water weight UWW. Tes tersebut
memberikan estimasi yang lebih baik untuk berat badan ideal daripada tabel tinggi badan berat badan. Berat badan terbagi menjadi lemak dan massa
bebas lemak. Massa bebas lemak terdiri dari otot, tulang dan air. Persen lemak tubuh yang merupakan presentasi dari total berat badan
merepresentasi berat lemak, yang juga lebih sering digunakan untuk mengevaluasi komposisi tubuh seseorang Nieman, 1998. Komposisi tubuh
jika seseorang memiliki berat badan yang tinggi tetapi komposisi tubuhnya lebih banyak terdiri atas otot atau massa bukan lemak, risiko kesehatan yang
dimiliki tidak sebesar pada orang dengan lebih banyak massa lemak Mood, et.al, 2003 dalam Indrawagita, 2009.
Komposisi tubuh menyediakan penentuan akurat seberapa banyak berat badan seorang atlet harus ditambah atau dikurangi karena dapat
menggambarkan apakah berat badan atlet tersebut lebih banyak terdiri dari massa lemak atau bukan lemak otot. Apabila persentase lemak menurun
untuk mencapai kondisi yang paling bugar sehingga performa dapat menjadi lebih maksimal Amheim dan Prentice, 2000 dalam Wijayanti,
2006. c.
Kekuatan dan Daya Tahan Otot Kekuatan otot adalah kapasitas otot untuk mengatasi suatu beban.
Sementara itu, daya tahan otot berkaitan dengan kemampuan dalam menghasilkan kekuatan dan kemampuan untuk mempertahankannya selama
mungkin Hoeger dan Hoeger, 1996. Individu yang menggunakan aktivitas fisik reguler untuk meningkatkan daya tahan kardiorespiratori, kebugaran
muskuloskeletal dan tingkat lemak tubuh yang optimal dapat memperbaiki tingkat energi dasar mereka dan menempatkan mereka pada risiko yang
rendah terhadap penyakit jantung, kanker, diabetes, osteoporosis, dan penyakit kronis lainnya Nieman, 1998.
Kekuatan adalah kemampuan maksimal seseorang untuk mengangkat suatu beban. Menjadi kuatnya otot-otot tubuh seorang pesenam disebabkan
latihan yang terus menerus. Oleh karena itu agar jasmani kita sehat maka semua otot tubuh harus dilatih, sehingga kemampuan otot menjadi
maksimal. Jika kita melakukan latihan, sebaiknya mengikutserakan semua otot tubuh Sumosardjuno, 1992.
d. Kelentukan
Kelentukan adalah jangkauan area gerak sendi-sendi tubuh. Komponen ini tercermin pada kemampuan seseorang untuk menekuk, merengang, dan
memutar tubuhnya Haskell dan Kienan, 2000. Otot, ligamen, dan tendon
mempengaruhi keleluasaan gerak pada sendi-sendi tubuh. Kelentukan berhubungan dengan umur dan aktivitas fisik.
Kelentukan akan berkurang seiring dengan meningkatnya umur yang lebih dikarenakan kekurangan aktivitas dalam gerak dibandingkan dengan
proses penuaan. Kelentukan memiliki banyak keuntungan dalam hal kesehatan. Diantaranya pergerakan yang baik, meningkatkan resistensi
cedera dan rasa sakit pada otot, mengurangi tekanan darah dan stres Nieman, 1998. Kapasitas fungsional tubuh kita untuk bergerak pada
daerah gerak yang maksimal, bergantung pada panjang otot, tendon, dan ligamen persendian. Untuk memperbaiki kelenturan atau memelihara
kelenturan tubuh, maka kita harus menggerakkan persendian kita pada daerah geraknya secara maksimal dan teratur Sumosardjuno, 1992. Agar
kesegaran jasmani kita baik, maka kita tidak hanya melakukan latihan untuk salah satu komponen saja, tetapi juga berlatih untuk memperbaiki semua
komponen.
4. Pengukuran Kebugaran
Skor atau tingkat kebugaran seseorang dapat diketahui melalui serangkaian pemeriksaan fisik yang berhubungan dengan komponen-komponen kebugaran
melalui tahapan dengan menggunakan peralatan tertentu Permaesih, et.al, 2001 dalam Fatmah, 2011. Tes kebugaran merupakan indikator kuantitatif yang
menggambarkan sejauh mana kualitas fisik seseorang saat ini dan setelah beraktivitas fisik.
Cara penentuan tingkat kebugaran dipilih berdasarkan tujuan pengukuran, jenis kemampuan yang akan diukur terutama yang berhubungan dengan jenis
pekerjaan yang biasa dilakukan Moeloek,dkk, 1984. Gambaran tingkat kebugaran seseorang dapat diperoleh melalui pengukuran pada komponen atau
interaksi antara komponen-komponen tersebut. Pengukuran kebugaran terbagi ke dalam dua kategori berdasarkan metabolisme energi, yaitu pengukuran aerobik
dan pengukurn anaerobik Rowland M.D, 1996. a.
Uji Kebugaran Aerobik Aerobik adalah olahraga yang dilakukan secara terus menerus dimana
kebutuhan oksigen masih dapat dipenuhi tubuh, misalnya jogging, senam, renang, bersepeda Depkes, 2002. Kebugaran aerobik adalah kapasitas
maksimal untu menghirup, menyalurkan, dan menggunakan oksigen. Sebaiknya diukur dalam tes laboratorium yang disebut maksimal pemasukan oksigen
VO
2max
Sharkey, 2003. Uji kebugaran aerobik menggunakan dua metode yaitu langsung dan
tidak langsung. Metode langsung dilakukan dengan pengukuran kapasitas aerobik VO
2max
dapat dilakukan menggunakan alat Douglas Bag dua kantung udara yang disambung dengan selang pada mulut dan hidung dengan cara
dipanggul selama melakukan aktivitas fisik. Metode lain dapat dilakukan di laboratorium dengan menggunakan
spirometer yang terkomputerisasi sehingga dinilai paling objektif. Uji kebugaran dapat dilakukan dengan pemberian beban latihan fisik seperti penggunaan
treadmill dan sepeda ergometer pada individu yang telah dipasangi spirometer
sistem metabolik yang terkomputerisasi. Alat tersebut dipasang pada mulut individu yang diuji sehingga volume pertukaran gas serta detak jantung dapat
dimonitor Rowland, M.D, 1996. Pengukuran VO
2max
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu tes maksimal dan submaksimal. Pada tes maksimal, VO
2max
diukur pada kondisi kelelahan maksimum selama melakukan beban latihan fisik sehingga sistem kardiorespiratori memang benar-benar sedang mengalami
VO
2max
menggunakan oksigen secara maksimal Rowland M.D, 1996. Sementara itu, tes submaksimal VO
2max
dilakukan dengan pengukuran saat sebelum mencapai kondisi kelelahan maksimum karena individu seperti
anak-anak atau lanjut usia akan menghentikan beban latihan fisik saat mereka merasa lelah, walaupun belum pada kelelahan maksimal. Pengukuran VO
2max
submaksimal dapat dilakukan dengan uji Åstrand-Rhyming Nomogram. Prosedur ini menganggap bahwa ambilan oksigen dan detak jantung berhubungan linear
sehingga VO
2max
maksimal dapat diprediksi Bucher, 1985. Namun, pengukuran laboratorium VO
2max
relatif mahal, memakan waktu, memerlukan tenaga yang terampil dan tidak praktis untuk tes massal Rowland, M.D, 1996 dan Nieman,
1990 dalam Wijayanti, 1998. Uji kebugaran dengan metode langsung akan menghasilkan jumlah yang
dinyatakan dalam satuan milliliter per menit mlmenit atau milliliter per kilogram berat badan per menit ml kgBB menit. Satuan VO
2max
dengan berat badan mlkgBBmenit memungkinkan untuk membandingkan VO
2max
dengan memperhitungkan variasi ukuran tubuh dalam situasi lingkungan yang berbeda
Nieman, 1990; Bowers dan Fox, 1992; dalam Wijayanti, 1998.
Metode tidak langsung dilakukan dengan metode prediksi melalui detak jantung Astrad, 1977 dalam Fatmah, 2011. Pada individu yang bugar, detak
jantung atau denyut nadi lebih sedikit jumlahnya karena sistem kardiorespiratori bekerja secara lebih efisien, yaitu setiap detak oksigen yang terpompa dalam
darah lebih banyak sehingga kebutuhan oksigen dapat langsung terpenuhi Aspaugh, 1997. Tujuan yang ingin dicapai dalam olahraga pada dasarnya
adalah kapasitas aerobik yang menunjukkan derajat kebugaran seseorang. Berikut jenis latihan fisik dan instrumen untuk menilai kebugaran:
Tabel 2.1 Jenis-Jenis Latihan Fisik
Jenis Latihan Fisik Instrumen
Tes lari 12 menit Metode Cooper Lintasan
Tes lari 2,4 km Lintssan
Tes dengan Ergocycle Sepeda Ergometer
Tes Naik Turun Bangku -
Havard Step Test untuk laki- laki
- Queen’s College step test
- YMCA
Young Men’s
Christian Association 3- minute step test
- Bangku setinggi 20 inci 70
cm -
Bangku setinggi 16.25 inci 57 cm
- Bangku setinggi 12 inci 31
cm
Sumber : Fatmah, 2011
Pengukuran kebugaran yang paling tepat dan sesuai untuk digunakan pada jumlah sampel besar adalah pengukuran kebugaran aerobik dengn tes naik-
turun bangku step test. Pengukuran ini berdasarkan pada denyut nadi saat atau segera setelah melakukan latihan fisik berupa naik-turun bangku yang
tatacaranya telah distandarisasi Rowland, M.D, 1996.
Diantara ketiga macam tes naik-turun bangku, waktu paling singkat dan perhitungan paling sederhana terdapat pada YMCA 3-minute tes bangku 3 menit
YMCA sehingga cocok untk tes yang dilakukan secara massal Nieman, 2007.YMCA3-minute step test menggunakan bangku setinggi 12 inci 31 cm
biasanya digunakan untuk tes massal selama 3 menit dan memiliki perhitungan paling sederhana Nieman, 2007. Pengukuran kebugaran dapat dilakukan
dengan perhitungan denyut nadi sesaat setelah tes dilakukan Jones, 2010. Recovery denyut nadi 5 menit setelah tes naik turun tangga 3 menit
YMCA merupakan salah satu indikator pengukuran kebugaran kardiopulmonari. Semakin cepat denyut nadi kembali seperti sebelum tes, maka akan semakin
bugar seseorang tersebut Chen, 2006 dalam Nanda, 2012. Penelitian yang dilakukan oleh Yuan, Fu, Zhang, Li dan Sahan 2008 dalam Nanda 2012
membuktikan bahwa tes naik turun bangku-3 menit YMCA ini merupakan metode terbaik pengukuran kebugaran aerobik setelah dibandingkan dengan 40
cm step test dan squat-up down test karena memiliki reliabilitas tertinggi karena digunakan untuk populasi yang besar.
Untuk menentukan tingkat kebugaran seseorang berdasarkan perhitungan denyut nadi setelah melakukan tes bangku 3 menit YMCA dapat dilihat dalam
tabel 2.2 : Tabel 2.2
Tingkat Kebugaran Berdasarkan Norma Tes Bangku 3 Menit YMCA
Usia 18-25
26-35 36-45
46-55 56-65
65+ Kategori
Laki-laki Istimewa
50-76 51-76
49-76 56-82
60-77 59-81
Usia 18-25
26-35 36-45
46-55 56-65
65+ Kategori
Baik 77-84
79-85 80-88
87-93 86-94
87-92 Diatas Rata-rata
88-93 88-94
92-98 95-101
97-100 94-102
Rata-rata 95-100
96-102 100-105
103-109 103-109
104-110 Dibawah Rata-
rata 102-107
104-110 108-113
111-117 111-117
114-118 Buruk
111-119 114-121
116-124 119-128
119-128 121-126
Sangat Buruk 124-157
126-161 130-163
131-154 131-154
130-151
Perempuan
Istimewa 52-81
58-80 51-84
63-91 60-92
70-92 Baik
85-93 85-92
89-96 92-101
97-103 96-101
Diatas Rata-rata 96-102
95-101 100-104
102-110 106-111
104-111 Rata-rata
104-110 104-110
107-112 111-118
113-118 116-121
Dibawah Rata- rata
113-120 113-119
115-120 119-124
119-127 123-126
Buruk 122-131
122-129 124-132
123-132 129-135
128-133 Sangat Buruk
135-169 134-171
137-169 133-171
141-174 135-155
Sumber : Nieman, 2007
b. Tes Kebugaran Anaerobik
Anaerobik adalah olahraga dimana kebutuhan oksigen tidak dapat dipenuhi seluruhnya oleh tubuh. Misalnya, lari sprint 100 m, tenis lapangan, bulutangkis.
Energi pada metabolisme anaerobik akan disalurkan pada jenis latihan yang berupa ledakan otot dan memiliki intensitas tinggi. Oleh karena itu, pengukuran kebugaran
anaerobik mengarah pada komponen daya tahan dan kekuatan otot. Beberapa prosedur telah dikembangkan untuk memprediksi tingkat kebugaran anaerobik,
yaitu Margaria stair-running test tes berlari naik tangga Margaria dan tes anaerobik Wingate Rowland M.D, 1996. Prinsip dasar dalam pelaksanaan tes ini
yaitu tes kebugaran ini harus dilaksanakan bertahap dan berkesinambungan. Dalam penerapannya perlu dicermati siapa yang menjadi populasi yang akan
menjalani tes kebugaran jasmani. Bila populasi yang akan menjalani tes kebugaran adalah heterogen masyarakat umum milsalnya warga suatu kelurahan maka
kapasitas tes cukup kapasits aerobik. Namun, untuk menyeleksi terhadap populasi yang homogen maka dapat dilakukan pengukuran kapasitas aerobik dan anaerobik
Giriwijoyo dkk, 2012. Metabolisme aerobik jauh lebih efisien dari pada non-aerobik, yang
menghasilkan 38 molekul adenosin triphospate ATP yaitu komponen yang menggerakan kontraksi otot. Per molekul glukosa berbeda dengan 2 molekul jika
melalui jalan anaerobik Sharkley, 2011. Karena menghasilkan sedikit asam laktat, latihan aerobik relatif menyenangkan.
Dan hasil oksidasi lemak yang berlebih, persendian energi yang memadai untuk dapat memperpanjang latihan. Latihan aerobik dapat dilakukan dari beberapa menit
hingga beberapa jam. Latihan aerobik dapat dilakukan dengan bersantai sambil becengkerama pada aerobik tingkat menengah.
Sekitar tahun 2000 ini, skor kebugaran aerobik VO
2
max telah dipandang sebagai cara mengukur kebugaran yang terbaik dan dipercayai memiliki hubungan
dengan kesehatan dan prestasi kerja serta olahraga Sharkley, 2011.
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebugaran Tingkat kebugaran seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:
1. Genetik
Level kemampuan fisik seseorang dipengaruhi oleh gen yang ada dalam tubuh. Genetik atau keturunan yaitu sifat-sifat spesifik yang ada dalam tubuh
seseorang sejak lahir. Sifat genetik mempengaruhi perbedaan dalam ledakan kekuatan, pergerakan anggota tubuh, kecepatan lari, kecepatan reaksi,
fleksibilitas dan keseimbangan setiap orang Montgomery, 2001 dalam Fatmah, 2011.
Penelitian oleh Malina dan Bouchard 1991 menentukan bahwa hereditas mempengaruhi 25-40 perbedaan nilai VO
2max
. Kemudian Sundet, Magnus, dan Tambs 1994 berpendapat bahwa lebih dari setengah perbedaan
kekuatan maksimal aerobik dikarenakan oleh perbedaan genotype, dengan faktor lingkungan nutrisi, latihan sebagai penyebab lainnya. Orang tua mewariskan
faktor yang dapat memberikan kontribusi pada kebugaran aerobik, termasuk kapasitas maksimal sistem respiratori dan kardoivaskular, jantung, sel darah
merah dan hemoglobin serta persentase serat otot. Penemuan terbaru menunjukkan bahwa kapasitas otot untuk merespon latihan juga merupakan
keturunan. Faktor keturunan lainnya seperti fisik dan komposisi tubuh juga mempengaruhi kebugaran dan potensi performa yang tinggi Sharkley, 2011.
Faktor ras juga mempengaruhi tingkat kebugaran seseorang, khususnya dari segi kebugaran aerobik. Hasil suatu penelitian yang dilakukan pada 35
wanita kulit hitam dan kulit putih menyatakan bahwa kebugaran aerobik pada wanita kulit hitam lebih rendah dibandingkan dengan kelompok wanita kulit
putih Hunter, 2000 dalam Fatmah, 2011.
2. Jenis Kelamin
Perbedaan kebugaran antara laki-laki dan perempuan berkaitan dengan kekuatan maksimal otot yang berhubungan dengan luas permukaan tubuh,
komposisi tubuh, kekuatan otot, jumlah hemoglobin, hormon, kapasitas paru- paru dan sebagainya. Sampai pubertas biasanya kebugaran anak laki-laki hampir
sama dengan anak perempuan, tapi setelah pubertas kebugaran pada laki-laki dan perempuan biasanya semakin berbeda, terutama yang berhubungan dengan daya
tahan kardiorespiratori, yaitu kapasitas aoerobik pada perempuan lebih rendah 15-25 persen dibandingkan dengan laki-laki Sharkley, 2011. Hal ini
dikarenakan perempuan memiliki jaringan lemak lebih banyak, adanya perbedaan hormon testosteron dan esterogen, dan kadar hemoglobin yang lebih
rendah.
3. Umur
Daya tahan kardiorespiratori akan semakin menurun sejalan dengan bertambahnya umur. Namun penurunan ini dapat berkurang, bila seseorang
berolahraga teratur sejak dini Moeloek, 1984. Kebugaran meningkat sampai mencapai maksimal pada usia 25-30 tahun, kemudian akan terjadi penurunan
kapasitas fungsional dari seluruh tubuh, kira-kira sebesar 0,8-1 pertahun, tetapi bila rajin berolahraga penurunan ini dapat dikurangi sampai separuhnya Depkes,
2002. Berdasarkan penelitian kepada seseorang yang memulai berlatih aerobik
pada usia 30 tahun memiliki nilai VO
2max
sebelumnya 46 mlkg.min sebelumnya menjadi 54 mlkg.min, beberapa bulan kemudian mengalami penurunan karena
tidak meneruskan latihan. Di usia 60 tahun, ia memiliki waktu untuk melakukan aktivitas dan tes kebugarannya menujukan nilai 52 mlkg.min artinya walaupun
kemampuan latihan dapat menurun seiring dengan usia, ahli gerontologi olahraga, Dr. Herb de Vries telah menunjukkan bahwa kebugaran dapat
ditingkatkan, bahkan setelah usia 70 de Vreis, 1986 dalam Sharkley, 2011.
4. Status Kesehatan
Status kesehatanmerupakan salah satu determinan atau faktor penentu dari kebugaran kardiovaskuler daya tahan kardiovaskuler Malina dan Bouchard,
1989 dalam Haskell dan kiernan, 2000. Kemampuan untuk menjalani aktivitas fisik yang lebih berat dari biasanya dapat diketahui dengan menggambarkan
status kesehatan seseorang. Hal tersebut juga diperlukan sebelum melakukan tes kebugaran sehingga status kesehatan responden dapat dikontrol.
Salah satu instrumen yang dapat digunakan untuk mengetahui status kesehatan adalah kuesioner Par-Q Physical Activity Readiness Questionnaire.
Kuesioner tersebut melihat status kesehatan melalui enam pertanyaan yang meliputi kondisi jantung berdasarkan keterangan dokter, ada atau tidaknya nyeri
dada saat beraktivitas dan tidak beraktivitas, rasa pusing atau pengalaman kehilangan kesadaran, masalah tulang dan sendi, obat tekanan darah atau jantung
yang sedang dikonsumsi serta alasan lain yang berhubungan dengan kesehatan Health Canada, 1998.
5. Kebiasaan Konsumsi Rokok dan Alkohol
Kebiasaan merokok terutama berpengaruh pada daya tahan kardiovaskuler. Pada asap termbakau terdapat 4 karbonminoksida CO. Daya ikat afinitas
CO pada hemoglobin sebesar 200-300 kali lebih kuat dari oksigen. Hal ini berarti CO lebih cepat mengikat hemoglobin daripada oksigen. Hemoglobin berfungsi
mengangkut oksigen ke seluruh tubuh, dengan adanya ikatan CO pada hemoglobin maka akan menghambat pengangkutan oksigen kejaringan tubuh
Astrand, 1992.
Karbondioksida dari rokok mengurangi suplai oksigen dari darah ke jaringan dan sel tubuh. Nikotin dapat mempersempit pembuluh darah dan mengahalangi
peredaran darah. Alkohol juga dapat memberikan akibat yang merugikan kepada kesanggupan jantung dalam memberikan sambutan kepada olahraga Kuntaraf,
1992. Seperti faktor risiko penyakit kardiovaskuler, merokok menjadi salah satu
yang berhubungan dengan kejadian jantung koroner. Perokok dengan konsumsi rendah kandungan tar, nikotin, memiliki risiko lebih kecil dibandingkan dengan
perokok yang mengonsumsi lebih banyak zat berbahaya tersebut. Tetapi itu semua berbahaya dan dapat berisiko terhadap kematian. Bucher, 1985.
6. Aktivitas Fisik
Kegiatan fisik sangat mempengaruhi semua komponen kesegaran jasmani, latihan fisik yang bersifat aerobik dilakukan secara teratur akan mempengaruhi
atau meningkatkan daya tahan kardiovaskular dan dapat mengurangi lemak tubuh Depkes, 1994 dalam Fatmah, 2011. Aktivitas fisik adalah pergerakan tubuh
akibat aktivitas otot-otot skelet yang mengakibatkan pengeluaran energi. Latihan fisik adalah aktivitas fisik yang terencana, terstruktur dilakukan berulang-ulang
dan bertujuan untuk memperbaiki dan mempertahankan kebugaran. Latihan fisik merupakan bagian dari aktivitas fisik, sedangkan olahraga adalah aktivitas fisik
yang mempergunakan otot-otot besar yang bersifat baik kompetitif maupun non kompetitif. Aktivitas fisik merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi
tingkat kebugaran seseorang. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa latihan fisik merupakan salah satu faktor yang menghambat proses penuaan yang
ditandai dengan penurunan kapasitas aerobik dan kekuatan otot yang akan menurunkan tingkat kebugaran Astrad, 1992.
Para ahli epidemiologi membagi aktivitas fisik ke dalam dua kategori, yaitu aktivitas fisik terstruktur kegiatan olahraga dan aktivitas fisik tidak terstruktur
kegiatan sehari-hari seperti berjalan, bersepeda dan berkerja Williams, 2002. Aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur dapat mengurangi risiko terhadap
penyakit seperti cardiovakuler disease CDV, stroke, diabetes mellitus dan kanker kolon. Selain itu juga memberikan efek positif terhadap penyakit seperti
kanker payudara, hipertensi, osteoporosis, dan risiko jantung, kelebihan berat badan, kondisi muskuloskletal, gangguan mental dan psikologikal dan
mengontrol perilaku yang berisiko seperti merokok, alkohol, serta juga dapat meningkatkan produktivitas dalam bekerja WHO, 2008 dalam Fatmah, 2011.
Aktivitas fisik rutin dapat memberikan dampak positif bagi kebugaran seseorang, di antaranya yaitu Astrad, 1992 :
1 Peningkatan kemampuan pemakaian oksigen dan curah jantung.
2 Penurunan detak jantung, penurunan tekanan darah, peningkatan efisiensi
kerja otot jantung. 3 Mencegah mortalitas dan morbiditas akibat gangguan jantung.
4 Peningkatan ketahanan saat melakukan latihan fisik. 5 Peningkatan metabolisme tubuh berkaitan dengan gizi tubuh.
6 Meningkatkan kemampuan otot. 7 Mencegah obesitas
Kebiasaan olahraga didefinisikan sebagai suatu kegiatan fisik menurut cara dan aturan tertentu dengan tujuan meningkatkan efisiensi fungsi tubuh yang hasilnya
adalah meningkatkan kesegaran jasmani. Sedangkan kualitas olahraga adalah penilaian terhadap aktivitas olahraga berdasarkan frekuensi dan lamanya berolahraga
setiap kegiatan dalam seminggu. Olahraga dapat meningkatkan kebugaran apabila memenuhi syarat-syarat berikut Depkes, 1994 dalam Fatmah 2011:
a. Intensitas latihan
Makin besar intensitas latihan, makin besar pula efek latihan tersebut. Intensitas kesegaran jasmani sebaiknya antara 60-80 dari kapasitas aerobik
yang maksimal. Intensitas latihan yang dianjurkan untuk berolahraga kesehatan adalah antara 72 dan 78 dari denyut nadi maksimal.
b. Lamanya latihan
Jika kita menghendaki hasil latihan yang baik, berarti cukup bermanfaatkan bagi kesegaran jantung dan tidak berbahaya, maka harus berlatih
sampai mencapai training zone yaitu selama 15-25 menit. c.
Frekuensi latihan Frekuensi latihan berhubungan erat dengan intensitas dan lamanya
latihan. Olahraga dilakukan secara teratur setiap hari atau 3 kali seminggu minimal 30 menit setiap berolahraga.
d. Cara Pengukuran Aktivitas Fisik
Pengukuran aktivitas fisik tergolong kompleks dan tidak mudah. Berbagai pendekatan telah dikembangkan diantaranya adalah klasifikasi
pekerjaan, obeservasi perilaku, penggunaan alat sensor gerakan, penandaan
fisiologi detak jantung serta penggunaan kalorimeter. Namun, metode yang paling sering digunakan saat ini adalah self-reported survey survei dengan
pelaporan diri Haskell dan Kiernan, 2000. 1
International Physical Activity Questionnaire IPAQ International Physical Activity Questionnaire IPAQ merupakan
kuesioner internasional yang dirancang untuk mengukur aktivitas fisik pada orang dewasa pada 7 hari sebelumnya. Jenis aktivitas fisik lebih spesifiknya
terbagi menjadi aktivitas berjalan, aktivitas sedang, dan aktivitas berat IPAQ, 2005. Aktivitas sedang adalah aktivitas yang menggunakan tenaga
fisik sedang sehingga membuat bernafas agak lebih kuat daripada biasanya serta dilakukan minimal 10 menit. Aktivitas fisik berat adalah aktivitas yang
menggunakan tenaga fisik kuat sehingga nafas jauh lebih cepat dari biasanya dan dilakukan minimal 10 menit. Menurut WHO 2011 beberapa jenis
aktivitas sedang dan berat adalah seperti pada tabel 2.3 Tabel 2.3
Jenis Aktivitas Fisik Sedang dan Berat
No Aktivitas Fisik Sedang Aktivitas Fisik Berat
1 Berjalan cepat
Berlari 2
Menari Mendaki bukit
3 Berkebun
Bersepeda cepat 4
Melakukan pekerjaan rumah tangga menyapu, mengepel
Aerobik 5
Berburu Berenang cepat
6 Bermain dengan anak-anak
Bertanding olahraga sepak bola, voli, basket
7 Badminton
Menyekop atau menggali parit 8
Membawamemindahkan barang 20 kg
Membawamemindahkan beban 20kg
Sumber : WHO, 2011
Skor total nilai aktivitas fisik dilihat dalam MET-menitminggu berdasarkan penjumlahan dari aktivitas berjalan, aktivitas sedang, dan aktivitas berat dalam
durasi menit dan frekuensi hari. MET merupakan hasil dari perkalian dari Basal Metabolisme Rate dan METs-menit hasil dari dihitung dengan mengalikan skor
METs dengan kegiatan yang dilakukan dalam menit. Nilai METs untuk berjalan adalah 3,3; aktivitas sedang adalah 4,0; dan aktivitas berat adalah 8,0.
Berikut merupakan cara perhitungan aktivitas fisik menurut IPAQ 2005.
7. Status Gizi
Ketersediaan zat gizi dalam tubuh akan berpengaruh pada kemampuan otot berkontraksi dan daya tahan kardiovaskuler. Untuk mendapatkan kebugaran yang
baik, seseorang haruslah melakukan latihan-latihan olahraga yang cukup mendapatkan gizi yang memadai untuk kegiatan fisiknya dan tidur Fatmah,
2011. Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi, dibedakan antara gizi kurang, baik, dan lebih Almatsier,
2002. Definisi lain menyebutkan bahwa status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu.
Dalam dunia olahraga, keadaan status gizi baik dan ketersediaan energi dalam jumlah yang cukup serta pada waktu yang tepat sangat penting. Teknik dan latihan
Total MET-menitminggu
= aktivitas berjalan METs x durasi x frekuensi + aktivitas sedang METs x
durasi x frekuensi + aktivitas berat
apabila tidak dilengkapi dengan status gizi yang baik tidak akan mencapai prestasi yang optimal Proyek Pengembangan Kesehatan Olahraga RI, 1985.
Kelebihan lemak tubuh meningkatkan massa tubuh sehingga menurut hukum II Newton akan menurunkan percepatan gerak. Peningkatan berat badan akan
membawa pada kebutuhan energi yang lebih besar pada sistem aerobik untuk melakukan dan melangsungkan pergerakan badan. Oleh karena itu, kelebihan berat
badan umumnya menyebabkan saat kelelahan yang jauh lebih dini Woolford, et.al, 1993 dalam Wijayanti, 2006. Ketidakmampuan tubuh dalam melakukan
aktivitas sering dikaitkan dengan penimbunan lemak Marley,1988 dalam Permaesih 2000. Jumlah energi panas yang dibutuhkan untuk meningkatkan
temperatur lemak jaringan lebih sedikit dibandingkan yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur massa bukan lemak lean body-mass. Oleh karena itu,
dengan persen lemak yang besar, suhu tubuh akan meningkat lebih banyak Woolford,et.al, 1993 dalam Wijayanti, 2006.
Sebuah penelitian yang dilakukan di Maputo, Mozambik dari 2316 orang anak- anak dan remaja berusia 6
–18 tahun menyatakan bahwa kelompok gizi lebih overweight tergolong paling rendah dalam hampir seluruh tes kebugaran.
Sementara itu, dibandingkan dengan kelompok normal, kelompok gizi kurang underweight lebih buruk dalam tes kekuatan, sama baiknya dalam aspek
kelenturan dan ketangkasan, namun justru lebih baik dalam daya tahan kardiovaskular Prista, et.al, 2003dalam Indrawagita, 2009. Sementara itu, sebuah
penelitian pada 80 remaja obesitas yang dilakukan di Georgia, AS memperoleh hasil
bahwa kebugaran daya tahan kardiovaskuler berhubungan terbalik dengan persen lemak tubuh Gutin, et.al, 2002.
8. Asupan Gizi
Asupan gizi merupakan salah satu faktor yang menentukan kebugaran karena berkaitan dengan aktivitas fisik dan status gizi. Keadaan atau status gizi sangat
ditentukan oleh kebiasaan makan yang baik dalam jangka waktu yang lama Proyek Pengembangan Kesehatan Olahraga RI, 1985.
Proses pencapaian kebugaran tidak terlepas dari pengaturan gizi. Pada awalnya pengaturan gizi hanya fokus pada penanggulangan defisiensi zat gizi untuk
pencegahan penyakit kronis. Namun, dampak dari perubahan gaya hidup dan peningkatan umur harapan hidup maka konsep bugar mulai diterapkan. Konsep
bugar yang dimaksud adalah kemampuan untuk hidup aktif dan sehat dan membutuhkan kualitas hidup yang baik dimana adanya kecukupan dan
keseimbangan zat gizi mikro dan makro Fatmah, 2011. Asupan gizi yang harus dipenuhi diantaranya energi, protein, vitamin, dan mineral.
a. Energi
Peningkatan aktivitas fisik atau intensitas olahraga yang dilakukan seseorang diiringi dengan peningkatan pemakaian energi Wardlaw, 1999 dalam
Indrawagita, 2009. Hal ini berkaitan dengan penelitian yang dilakukan pada atlet yang membutuhkan berat badan yang ringan dan rendah konsumsi
energinya cendrung memiliki rendahnya kekuatan kardiores piratori Pařízková,
1989.
Sebuah penelitian yang dilakukan pada wanita dan pria berusia 47 – 48 tahun
menyatakan bahwa zat gizi yang berpengaruh lebih kuat pada komponen kebugaran persen lemak tubuh jika dibandingkan dengan laki-laki adalah
berupa makronutrien, yaitu karbohidrat dan lemak Paul, et.al, 2004 dalam Indrawagita, 2009.
b. Protein
Protein adalah salah satu zat gizi esensial yang sangat penting. Protein memiliki fungsi fisiologis yang penting. Protein memilki fungsi fisiologis untuk
mengoptimalkan performa aktivitas fisik. Survei menyatakan bahwa banyak sekolah menegah dan perguruan tinggi atlet mempercayai bahwa performa atlet
meningkat karena performa aktivitas fisik Williams, 2002. Sebuah penelitian yang dilakukan di Georgia, AS pada 80 orang remaja dan
anak-anak obesitas menyatakan bahwa terdapat hubungan hampir bermakna nilai p = 0,063 antara kebugaran daya tahan kardiovaskuler dengan asupan
protein. Namun, hubungan tersebut bersifat terbalik, yaitu semakin kecil konsumsi protein, semakin tinggi daya tahan kardiovaskulernya atau sebaliknya
Gutin, et.al, 2002. Selain itu, penelitian lain menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara asupan protein dengan status gizi menurut
IMT pada bebagai ras dan golongan umur Slattery, 1992. c.
Vitamin A Vitamin A adalah salah satu vitamin larut lemak. Secara teoritis, defisiensi
vitamin A dapat mempengaruhi performa aktivitas fisik Williams, 2002. Penelitian lain yang dilakukan pada wanita menyatakan bahwa terdapat
hubungan positif antara konsumsi buah dengan kesehatan kardiovaskuler. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif antara
β- karoten berasal dari vitamin A dalam darah dengan daya tahan kardiovaskuler
Lloyd, 1998. Penelitian-penelitian sepuluh tahun terakhir menunjukkan kemungkinan hubungan antara
β-karoten dan vitamin A dengan pencegahan dan penyembuhan penyakit jantung koroner dan kanker. Hal ini dikaitkan
dengan fungsi beta-karoten dan vitamin A sebagai antioksidan yang mampu menyesuaikan fungsi kekebalan dan sistem perlawanan tubuh terhadap
mikrorganisme atau proses merusak lainnya Schmidt, 1991 dalam Almatsier, 2006.
d. Vitamin B
1
Vitamin B
1
atau thiamin merupakan jenis vitamin yang larut dalam air, berpengaruhterhadap kebugaran sesuai dengan fungsinya sebagai koenzim
dalam mengatur metabolisme glikogen dalam otot William, 2002. Vitamin B lainnya secara signifikan meningkatkan daya tahan kardiorespiratori Manore,
2000. B
1
adalah bagian dari sebuah koenzim dikenal sebagai thiamin pirofosfat, yang diperlukan untuk mengubah piruvat ke Asetil KoA untuk
masuk ke dalam krebs. Thiamin sangat penting untuk fungsi normal dari sistem saraf dan penurunan energi dari glikogen dalam otot Williams, 2002.
e. Zat Besi Fe
Zat besi memiliki fungsi utama dalam tubuh sebagai alat transportasi dan utilitas dari oksigen. Fungsi zat besi penting dalam penggunaan oksigen dalam
tubuh. Fungsi ini terutama penting bagi seseorang yang melakukan latihan
aerobik berupa daya tahan dan harus memiliki asupan yang cukup Williams, 2002. Zat gizi bersatu dengan protein hemoglobin dalam sel darah merah
sehingga dapat membantu melepaskan energi sebagai bahan bakar untuk kerja sel Hoeger dan Boyle, 2001. Penelitian menyatakan bahwa penurunan
kebugaran VO
2max
pada wanita non anemia dengan defisiensi Fe dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang berhubungan dengan rendahnya simpanan
zat besi dalam tubuh Zhu dan Haas, 1997. f.
Seng Zn Tubuh mengandung 2-2,5 gram seng yang tersebar dihampir semua sel.
Sebagian besar seng berada dalam hati, prankreas, ginjal, otot dan tulang. Jaringan yang banyak mengandung seng adalah bagian mata, kelenjar prostat,
spermatozoa, kulit dan rambut, dan kuku Almatsier, 2006. Status seng yang rendah dapat menghambat fungsi alat-alat tubuh yang berperan dalam
mengoptimalkan kebugaran. Seng yang rendah mengakibatkan menurunnya konsentrasi Zn serum yang berhubungan dengan rusaknya fungsi-fungsi otot,
termasuk dalam menurunnya kekuatan dan meningkatnya kecenderungan untuk menjadi lelah dan turunnya tenaga selama puncak kerja, kemudian status Zn
yang rendah menyebabkan menurunnya fungsi fisik dan penampilan Ramayulis, 2008 dalam Cassadra, 2011.
C. Angka Kecukupan Gizi Usia Dewasa
Gizi untuk usia dewasa mengutamakan pentingnya makanan untuk menjaga kesehatan, mencegah penyakit dan menghambat perkembangan penyakit
degeneratif. Susunan makanan yang dapat mengoptimalkan kesehatan gizi jangka panjang adalah dengan menerapkan pola makan seimbang, beraneka ragam, rendah
lemak terutama lemak jenuh, mengutamakan makanan sumber protein dari ikan dan kacang-kacangan, seperti kacang kedelai, mengonsumsi sayuran dan buah-buahan,
serta mengurangi garam dan gula. Untuk mengetahui angka kecukupan gizi dewasa
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.4 Angka Kecukupan Gizi Usia Dewasa
Zat Gizi Laki-Laki
Perempuan 19-29
tahun 30-49
tahun 50-64
tahun 19-29
tahun 30-49
tahun 50-64
tahun Energi Kkal
2550 2350
2250 1900
1800 1750
Protein gram 60
60 60
50 50
50 Vitamin A RE
600 600
600 500
500 500
Vitamin D µg 5
5 10
5 5
10 Vitamin E mg
15 15
15 15
15 15
Vitamin K µg 65
65 65
55 55
55 Tiamin mg
1,2 1,2
1,2 1,0
1,0 1,0
Riboflavin mg 1,3
1,3 1,3
1,1 1,1
1,1 Niasin mg
16 16
16 14
14 14
Asam Folat µg 400
400 400
400 400
400 Piridoksin mg
1,3 1,3
1,7 1,3
1,3 1,5
Vitamin B
12
µg 2,4
2,4 2,4
2,4 2,4
2,4 Vitamin C µg
90 90
90 90
90 90
Kalsium mg 800
800 1000
800 800
1000 Fosfor mg
600 600
600 600
600 600
Magnesium mg 290
300 300
250 270
270 Besi mg
13 13
13 26
26 12
Yodium µg 150
150 150
150 150
150 Seng mg
13 13,4
13,4 9,3
9,8 9,8
Selenium µg 30
30 30
30 30
30 Mangan mg
2,3 2,3
2,3 1,8
1,8 1,8
Flour mg 3
3,1 3,1
2,5 2,7
2,7
Sumber :Widya Pangan Gizi Nasional 2014
a. Energi
Kebutuhan energi pada usia dewasa menurun sesuai dengan bertambahnya usia, yang disebabkan oleh menurunnya metabolisme basal dan berkurangnya
aktivitas fisik. Usia dewasa muda yang berkisar antara 19-49 tahun merupakan usia produktif, banyak kegiatan yang dilakukan terutama pada pekerja buruh
kebutuhan energi pada orang dewasa aktif lebih tinggi dibandingkan kelompok usia lanjut 50-64 tahun. AKG pada perempuan usia 19-29 tahun adalah 1900
kkal AKG Depkes RI, 2004. b.
Protein Kebutuhan protein kelompok usia dewasa terutama digunakan untuk
mengganti protein yang hilang sehari-hari melalui urin, kulit, feses, dan rambut serta untuk mengganti sel-sel yang rusak. Pada usia ini seseorang tidak
mengalami pertumbuhan lagi. AKG protein untuk perempuan sebesar 50 grhari AKG Depkes RI, 2004. Asupan protein lebih dari jumlah yang dianjurkan
dapat meningkatkan kajadian kanker tertentu, penyakit jantung koroner, terutama sebagai akibat tingginya asupan lemak jenuh dan kolesterol yang terdapat pada
makanan hewani. Untuk mengurangi asupan lemak jenuh dianjurkan sebagian dari protein berasal dari makanan nabati, yaitu kacang-kacangan.
c. Vitamin
Angka kucukupan vitamin pada kelompok usia dewasa umumnya dapat dipenuhi apabila makanan sehari-hari sesuai dengan Pedoman Umum Gizi
Seimbang PUGS. Masalah kekurangan vitamin pada usia dewasa bisa terjadi karena asupan makanan kaya vitamin yang kurang.
Di Indonesia, AKG untuk vitamin A adalah sebanyak 600 IU wanita 18 tahun dan 500 IU untuk yang berumur 19 tahun AKG Depkes RI, 2004. Di
Indonesia, AKG menyatakan bahwa wanita berumur 18 tahun membutuhkan masing-masing vitamin B
1
sebanyak 1,1 mg sedangkan wanita berumur 19 tahun membutuhkan 1
– 1,1 mg AKG Depkes RI, 2004. g.
Mineral Angka kecukupan mineral pada usia dewasa umumnya dapat dipenuhi
apabila makana sehari-hari sesuai dengan PUGS. Angka kecukupan besi untuk laki-laki dewasa muda dan setengah tua adalah 13 mghari untuk perempuan
dewasa muda 26 mghari, dan dewasa setengah tua 12 mghari. Angka kecukupan besi perempuan dewasa muda lebih tinggi dari pada dewasa setengah
tua karena pada usia tersebut perempuan kehilangan besi tiap bulan melalui haid. Makanan sumber besi adalah daging merah, hati, kuning telur, sayuran hijau,
serta kacang-kacangan dan hasil olahan seperti tempe dan tahu. AKG menyatakan bahwa wanita usia 18-19 tahun membutuhkan Fe
sebanyak 26 mg per hari AKG Depkes RI, 2004. AKG Depkes RI 2004 menentukan bahwa wanita usia 18
– 19 tahun membutuhkan Zn sebanyak 13 mg per hari.
D. Penilaian Status Gizi