memiliki status gizi normal yang mana pada kondisi normal tidak terjadi pengaruh terhadap penurunan kebugaran. Selain itu perbedaan kemaknaan
dengan pengukuran status gizi dengan IMT adalah pada mahasiswi dimungkinkan memiliki komposisi tubuh lebih besar pada jaringan bebas lemak
dibandingkan dengan jaringan lemak. Penelitian ini tidak sejalan dengan Mifsud,et,al 2008 dan Indrawagita
2009 bahwa ada hubungan antara persen lemak tubuh dengan kebugaran. Dengan menandakan semakin tinggi persen lemak tubuh responden semakin
rendah kebugaran berdasarkan VO
2max
. Dan juga tidak sejalan dengan penelitian oleh Gutin 2002 pada remaja obesitas usia 13-16 tahun di Georgia, Amerika
Serikat yang diperolah hasil adanya hubungan yang signifikan antara kebugaran dengan persen lemak tubuh dengan arah hubungan yang negatif sedang r= -
0,622, P0,001. Perbedaan hasil penelitian ini dengan penelitian Gutin 2002 dimungkinkan karena karakteristik sampel yang berbeda yaitu pada penelitian ini
responden memiliki persen lemak tubuh rata-rata normal sedangkan penelitian oleh Gutin seluruh responden memiliki riwayat obesitas.
3. Gambaran dan Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kebugaran
Aktivitas fisik didefinisikan sebagai pergerakan badan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan
kesehatan fisik dan mental, serta mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari. Dengan melakukan aktivitas fisik dapat
mempertahankan bahkan meningkatkan derajat kesehatan Fatmah, 2011.
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata aktivitas fisik mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Jakarta adalah 1892,32 sampai dengan 3296,27
METs dengan nilai variasi aktivitas fisik sebesar 3685,92. Dan nilai aktivitas fisik terendah 17 METs dan tertinggi 22344 METs. Dengan demikian, maka
pada umumnya responden memiliki aktivitas fisik sedang cendrung berat. Menurut IPAQ 2005 aktivitas sedang berada pada rentang 600-3000 METs,
aktivitas ringan 600 METs dan aktivitas berat 3000 METs. Hasil uji statistik antara aktivitas fisik dengan kebugaran diperoleh
Pvalue sebesar 0,862. Dengan demikian hipotesis penelitian ditolak, artinya tidak terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan kebugaran. Selain itu, diperoleh
nilai koefisien kolerasi sebesar 0,018 yang menujukan nilai korelasi mendekati 0 yang berarti tidak ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kebugaran. Hal ini
tidak sesuai dengan hipotesis awal bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan kebugaran pada mahasiswi Program Studi
Kesehatan Masyarakat. Aktivitas fisik berperan penting dalam proses pembakaran cadangan
lemak tubuh. Seseorang yang kurang aktivitas fisik akan menyebabkan penumpukan lemak dalam jaringan tubuh yang berpengaruh terdapat
kebugarannya. Menurut Sharkley 2011 aktivitas secara teratur dapat mengurangi beban kerja jantung sehingga lebih efisien yang outputnya akan
menghasilkan kebugaran terutama pada kardiorespirasinya. Pada mahasiswi diketahui berdasarkan skor aktivitas fisik rata-rata
memiliki aktivitas fisik sedang. Diantaranya aktivitas yang banyak dilakukan
adalah berjalan cepat, melakukan pekerjaan rumah tetapi tidak jarang yang melakukan aktivitas fisik olahraga secara teratur dan terstruktur sehingga tidak
sesuai dengan teori diatas. Tidak ditemukannya kemaknaan antara aktivitas fisik dengan kebugaran
pada penelitian ini dimungkinkan karena variasi data yang homogen. Kemudian asumsi lainnya dalam penelitian ini masih terdapat keterbatasan penelitian
penghitungan aktivitas fisik menggunakan kuesioner aktivitas fisik International Physical Activity Quesionnaire IPAQ, 2005 yang mungkin terjadi bias dalam
pengisian. Kuesioner penelitian ini merupakan kuesioner internasional untuk menilai aktivitas fisik usia 18-65 tahun yang sudah tervalidasi dan juga dilakukan
uji validitas pada kuesioner secara langsung oleh peneliti. Namun pengukuran dengan menggunakan kuesioner aktivitas fisik bergantung pada daya ingat
responden karena menggingat aktivitas yang telah dilakukan selama satu minggu kebelakang.
Berbeda dengan studi yang dilakukan oleh Gutin 2005 dengan menggunkan alat yang lebih canggih berupa komputer kecil yang dipasang pada
dada responden selama tujuh hari berturut-turut lepas saat tidur atau melakukan aktivitas berbahaya sehingga kadar aktivitas fisik didapat secara otomatis dan
data yang diperoleh langsung berupa durasi melakukan aktivitas fisik istirahat, ringan, sedang dan berat dalam satuan menithari dan studi yang dilakukan oleh
Rizo 2007 yang menggunakan sebuah monitor aktivitas juga untuk menilai aktivitas fisik.
Perbedaan cara pengukuran tersebut dapat berdampak pada hasil yang jauh lebih akurat dibandingkan dengan pengisian kuesioner. Selain itu, pada
penelitian Gutin 2005 jumlah sampel yang jauh lebih banyak sehingga data mejadi lebih variatif dan memperjelas makna hubungan. Apabila dibandingkan
dengan studi Sharkey 1979, responden pada penelitian tersebut berada pada kondisi yang sedang menurun dan diberi intervensi langsung sehingga
aktivitasnya dapat terkontrol. Berbeda dengan pengisian kuesioner yang hanya memberikan persepsi dan keterangan mengenai kehidupan sehari-hari
menggunakan sudut pandang subjektif sehingga besar terjadinya bias. Kemudian, pernyataan Astrad 1992 yang mendukung bahwa aktivitas
fisik mempengaruhi status gizi, yaitu dapat meningkatkan metabolisme tubuh dan mencegah obesitas. Hal tersebut menunjukkan secara tidak langsung
aktivitas fisik memiliki hubungan dengan status gizi. Sehingga peneliti berpendapat bahwa aktivitas fisik sesungguhnya memiliki hubungan dengan
kebugaran. Namun, hubungan tersebut tidak secara langsung mempengaruhi terhadap kebugaran melainkan dengan hubungan antara status gizi dengan
kebugaran . Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Sassen,dkk, 2010
pada 1298 responden berumur 18-62 tahun pada staf di kantor Utrecht Police Lifestyle Intervention Fitness and Training UP-LIPI menunjukkan hubungan
positif yang signifikan antara kebugaran dengan kebiasaan beraktivitas r = 0,018 dan intensitas aktivitas fisik r = 0,238 dengan kekuatan hubungan yang
lemah. Perbedaan kemaknaan ini dikarenakan pada penelitian diatas berada pada sampel yang besar dan jenis kelamin yang heterogen.
Kemudian responden dalam penelitian ini sebagian besar memiliki aktivitas fisik sedang seperti membersikan rumah, mengangkat beban dari buku
dan alat tulias kuliahnya tanpa diimbangi dengan olahraga yang teratur sehingga berdampak pada kebugaran yang rendah pula.
4. Gambaran dan Hubungan Asupan Energi dengan Kebugaran