61
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian analitik melalui pendekatan kuantitatif dengan desain cross sectional karena pengambilan data variabel
independen yaitu Indeks Massa Tubuh IMT, persen lemak tubuh, asupan gizi dan aktivitas fisik dengan variabel dependen yaitu kebugaran dilakukan pada saat yang
bersamaan. Desain ini digunakan karena mudah dilaksanakan, sederhana, murah, ekonomis dalam hal waktu, dan hasilnya dapat diperoleh dengan cepat
Notoatmodjo, 2010.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai Agustus tahun 2013 di Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari unit di dalam pengamatan yang akan kita lakukan Sabridkk,2009. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
Mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat yang berstatus aktif sebagai mahasiswi di tahun ajaran 2012 2013 diketahui sebanyak 305 orang.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.Adapun Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswi Program Studi Kesehatan
Masyarakat tahun ajaran 20122013. Dengan pengambilan sampel probability sampling dengan teknik pengambilan sampling secara simple random sampling
dengan kriteria.Sampel diperoleh dengan memperhatikan kriteria inklusi sebagai berikut:
a. Mahasiswi berstatus aktif sebagai mahasiswi tahun ajaran 20122013 usia
19-21 tahun. b.
Tidak memiliki penyakit tertentu seperti jantung, karena akan berakibat terhadap lemahnya daya tahan tubuh setelah melakukan pengujian step test.
c. Mengisi kuesioener PAR-Q and You untuk mengetahui kesanggupan dalam
melakukan tes kebugaran kardiorespiratori dan dinyatakan bisa mengikuti tes tersebut.
d. Tidak Mengonsumsi rokok dan alkohol
Jumlah sampel diperoleh dengan menggunakan rumus uji hipotesis koefisien kolerasi. Perhitungan didasarkan pada transformasi Fisher Ariawan, 1998:
Keterangan:
Ζ = Koefisien Fisher
r = Koefisien kolerasi antara aktivitas fisik tingkat
moderat dengan
estimasi kebugaran
kardiorespiratori aerobik anak 0,33 Kristensen, et,al, 2010
n = Jumlah sampel
Z
1- α2
= 1,96 tingkat kepercayaan 0,5 Z
1- β
= 1,28 kekuatan uji 90 Ζ
= Koefisien Fisher 0,34 hasil perhitungan dengan r sebesar 0,33
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus tersebut, diperoleh bahwa besar sampel berjumlah 94 orang. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah simple random sampling, yaitu pengambilan sampel secara acak, sesuai langkah yang ditetapkan. Dengan pembagian jumlah sampel per angkatan sebagai
berikut: Tabel 4.1
Pembagian Jumlah Sampel
Angkatan Jumlah
2009 52 305 x 94 = 16
2010 56305 x 94 = 17
2011 105305 x 94 = 32
2012 92 305 x 94 = 29
Total 94
Sampel pada setiap angkatan diambil secara acak berdasarkan undian dan disesuaikan dengan jumlah yang dibutuhkan. Setelah didapatkan jumlah sampel
sebanyak 94 orang dicocokkan dengan kriteria yang ditentukan, jika terdapat responden yang tidak sesuai maka dilakukan drop out dan dipilih kembali sampai menemukan
responden yang sesuai.
D. Pengumpulan Data
1. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer yang langsung diperoleh dalam penelitian adalah pengukuran status gizi dengan antropometri tinggi dan berat badan serta persen lemak
tubuh, asupan gizi dengan wawancara recall 24 jam, aktivitas fisik dengan wawancara kuesioner IPAQ, dan kebugaran kardiorespiratori dengan
menggunakan tes bangku 3 menit YMCA. b.
Data Sekunder Data sekunder yang diperoleh adalah data mengenai profil dan jumlah
Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah yang diperoleh dari bagian program studi.
2. Instrumen Penelitian
Pelaksanaan pengumpulan data memerlukan instrumen yang sesuai standar prosedur uji kebugaran kardiorespiratori. Berikut instrumen yang digunakan
dalam pengumpulan data : a
Kuesioner PAR-Q and You
b Kuesioner penelitian yang berisi pendahuluan dan kolom data diri, prosedur
pemgumpulan data, kolom recall 24 jam, kolom recall aktivitas fisik IPAQ dan kolom hasil pengukuran antropometrik.
c Timbangan berat badan digital merek Seca
d Pengukuran tinggi badan microtoise
e Alat pengukuran persen lemak tubuh bioelectrical impedance analysis
BIA merek Omron dengan ketelitian 1 f
Bangku kayu tes kebugaran kardiorespiratori dengan tinggi 31 cm. g
Rekaman suara alat pengatur ketukan irama metronome h
Dua buah alat pengukur waktu stopwatch.
3. Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan membagi tahapan menjadi tiga pos. Pos pertama merupakan pos wawancara recall 24 jam, pos kedua merupakan pos
pengukuran antropometrik dan pos ketiga merupakan pos tes kebugaran kardiorespiratori dengan tes bangku 3 menit YMCA. Pengumpulan data telah
dilakukan dengan prosedur sebagai berikut. a
Sebelum pelaksanaan tes sampel penelitian yang telah terpilih mengisi kuesioner PAR-Q and You untuk mengetahui keanggupan dalam melakukan
tes fisik. Jika diketahui ada sampel yang tidak memenuhi kriteria maka dilakukan drop out ajuan pengeluaran dan dilakukan penarikan sampel
kembali sesuai jumlah yang dibutuhkan.
b Tahap pertama, responden menuju pos untuk registrasi dan melakukan
wawancara food recall 24 jam dan recall aktivitas fisik dengan kuesioner IPAQ 2005.
c Tahap kedua, responden melakukan tes pengukuran antropometrik untuk
dilakukan pengukuran. Hasil pengukuran dicatat pada lembar entri data pada kuesioner masing-masing responden.
d Tahap ketiga, responden melakukan tes kebugaran kardiorespiratori sesuai
prosedur lampiran dan hasil perhitungan denyut nadi ditulis pada lembar entri data dalam kuesioner.
e Setelah data seluruh responden terkumpul, penulis melakukan pemeriksaan
kuesioner yang telah diisi untuk menghindari kesalahan pengisian.
4. Pengukuran Data
a Kebugaran
Dalam pengukuran kebugaran melakukan tes langsung dengan naik turun bangku selama 3 menit tes bangku 3 menit YMCA. Sebelumnya responden
mengisi kuesioner PAR-Q and You untuk mengetahui kesanggupan dalam melaksanakan aktivitas tes yang terdiri dari 7 pertanyaan kemudian
dikategorikan dapat melakukan tes jika ≥1 jawaban “Ya”, tidak dapat melakukan tes jika ≥1 jawaban “Tidak”. Untuk tes bangku 3 menit YMCA
setelah itu dihitung denyut nadi responden oleh mahasiswi keperawatan. b
Status Gizi IMT Dalam penelitian ini status gizi dengan melihat Indeks Massa Tubuh
IMT dilakukan pengukuran secara langsung menggunakan timbangan digital.
Pelaksanaannya dilakukan sebanyak 2 kali untuk mendapatkan hasil yang presisi dan akurasi. Hasil pengukuran dihitung dari pembagian antara berat
badan dibagi dengan tinggi badan dalam m
2
oleh mahasiswi gizi kesehatan masyarakat.
c Status Gizi Persen Lemak Tubuh
Penilaian status gizi untuk mengetahui persen lemak tubuh menggunakan alat BIA Bioelectric Impedance Analyses secara langsung oleh mahasiswi gizi
kesehatan masyarakat. d
Aktivitas Fisik Untuk mengetahui aktivitas fisik responden, peneliti menggunakan
kuesioner yang telah standarisasi secara internasional yaitu IPAQ. Kuesioner IPAQ terdiri dari 7 pertanyaan. Skor total nilai aktivitas fisik dilihat dalam
MET-menitminggu berdasarkan penjumlahan dari aktivitas berjalan, aktivitas sedang, dan aktivitas berat dalam durasi menit dan frekuensi hari. MET
merupakan hasil dari perkalian Basal Metabolisme Rate dan MET-menit IPAQ,2005.
e Asupan Gizi
Untuk mengetahui asupan gizi pada responden maka digunakan teknik wawancara recall 24 jam yang dilakukan 2 kali dalam waktu yang berlainan.
Wawancara menanyakan makanan yang responden konsumsi 1 hari sebelumnya dan takaran yang dikonsumsi. Hasil wawancara dimasukan dalam software
Nutri Survey 2007 versi Indonesia sehingga langsung dapat diketahui jumlah zat gizi. Wawancara dilakukan oleh mahasiswi gizi kesehatan masyarakat.
5. Teknik Manajemen dan Analisis Data
Agar analisis penelitian menghasilkan informasi yang benar, beberapa tahapan dalam pengolahan data yang harus dilalui. Pengolahan data yang telah
dikumpulkan dilakukan dengan proses komputerisasi melalui beberapa langkah sebagai berikut:
a. Penyutingan Editing
Penyutingan data dilakukan sebelum pemasukan data ke dalam komputer. Untuk Informasi yang belum lengkap ditanyakan kembali kepada responden
melalui telepon. b.
Entri Data Entry Template kolom entri data dibuat dengan menggunakan Microsoft Office Excel
disertai dengan tahapan check yang dilakukan untuk memberi menghindari kekeliruan dalam memasukkan data. Selanjutnya data dimasukkan dalam
program peranti lunak untuk diproses pada tahap selanjutnya. c.
Koreksi Cleaning Proses koreksi terlebih dahulu agar tidak terjadi kesalahan yang dapat
menggangu proses pengolahan data selanjutnya. Untuk melihat apakah terdapat kesalahan dalam entry data maka dilakukan dengan cara membuat distribusi
frekuensi sehingga akan muncul kesalahan dalam mengentri data. d. Analisis Data
1 Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil tiap penelitian Notoatmodjo, 2010. Pada analisis ini akan menghasilkan
tabel distribusi data digunakan untuk mengetahui sebaran nilai rata-rata, simpangan baku, nilai minimun dan maksimum dari hasil pengukuran
pendukung, yaitu umur responden, tinggi dan berat badan serta denyut nadi sebelum dan lima menit setelah tes bangku 3 menit YMCA.
2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara dua variabel, yaitu satu variabel bebas IMT dan persen lemak tubuh, aktivitas
fisik, asupan energi, protein, vitamin A, vitamin B, zat besi Fe, dan seng Zn dan satu variabel terikat kebugaran Analisis bivariat menggunakan
uji statistik korelasi. Tujuan dari uji korelasi ini adalah untuk mengetahui keeratan hubungan dan untuk mengetahui arah hubungan dari kedua
variabel numerik.Jika data berditribusi normal digunakan uji kolerasi Pearson, jika data berdistrubsi tidak normal digunakan uji kolerasi
Spearman. Perhitungan koefisien korelasi r menggunakan rumus berikut.
Nilai r berkisar 0 sampai 1 sementara untuk menunjukkan arah nilainya antara -1 hingga +1. Jika nilai = 0 menunjukkan tidak ada
hubungan linier, nilai r = -1 menunjukkan hubungan linier negatif sempurna, dan nilai r = +1 menunjukkan hubungan linier positif
sempurna. Menurut Colton dalam Sutanto, 2011, kekuatan hubungan antara dua
variabel secara kualitatif ditunjukkan ke dalam empat area, yaitu: r = 0,00-0,25 menunjukkan tidak ada hubungan hubungan lemah
r = 0,26-0,50 menunjukkan hubungan sedang r = 0,51-0,75 menunjukkan hubungan kuat
r = 0,76-1,00 menunjukkan hubungan sangat kuat sempurna Untuk mengetahui hubungan antara dua variabel menggunakan uji
hipotesis. Tujuan dari uji hipotesis ini adalah untuk mengetahui apakah hubungan antar variabel terjadi secara signifikan atau tidak by
chance. Uji hipotesis ini menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau tingkat kesalahan α = 5. Uji hipotesis kolerasi sebagai berikut: Uji
hipotesis ini dilakukan dengan two-tail, dan jika keluaran SPSS menunjukkan p-value
≤0,05, berarti hipotesis ditolak atau terdapat hubungan yang signifikan antara varibel x dengan y, atau dapat
diterima hipotesis jika p-value 0,05 atau tidak terdapat hubungan yang signifikan antara varibel x dengan y.
71
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Analisis Univariat
Analisis univariat pada penelitian ini memaparkan gambaran hasil analisis dari kebugaran berdasarkan nilai denyut nadi, Indeks Massa Tubuh IMT, persen lemak
tubuh, aktivitas fisik dan asupan gizi energi, protein, vitamin A, vitamin B
1
, Fe dan Zn pada mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta tahun 2013.
1. Distribusi Kebugaran pada Mahasiswi Program Studi Kesehata
Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013
Dari hasil penelitian yang dilakukan diketahui kebugaran bersadarkan nilai denyut nadi setelah 5 detik tes kebugaran mahasiswi yang sangat bervariasi.
Distribusi kebugaran mahasiswi penelitian dipaparkan pada tabel 5.1 berikut ini:
Tabel 5.1 Distribusi Kebugaran pada Mahasiswi Program Studi Kesehatan
Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013 Variabel
Mean 95 CI SD
Min-Max Kebugaran
112,45- 119,38 kalimenit
17,03kalimenit 76 -151 kalimenit
Sumber :Data Primer, 2013
Tabel 5.1 menunjukkan bahwa nilai rata-rata pada Coefisien Interval 95 kebugaran berdasarkan denyut nadi dari total seluruh mahasiswi yaitu 112,45-
119,38 kalimenit. Variasi nilai kebugaran berdasarkan denyut nadi sebesar
17,03. Sedangkan sebaran nilai kebugaran berdasarkan denyut nadi terendah adalah sebesar 76 kalimenit dan tertinggi sebesar 151 kalimenit.
1. Distribusi Status Gizi pada Mahasiswi Program Studi Kesehatan
Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013. a.
Indeks Massa Tubuh
Status gizi mahasiswi pada penelitian ini diukur dengan menggunakan indikator Indeks Massa Tubuh IMT. Hasil uji statistik univariat untuk nilai
IMT mahasiswi dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut ini:
Tabel 5.2 Distribusi Indeks Massa Tubuh pada Mahasiswi Kesehatan Masyarakat
Tahun 2013 Variabel
Mean 95 CI SD
Min-Max IMT
20,60-22,41 kgm
2
4,25 15,37-39,26 kgm
2
Sumber : Data Primer 2013
Nilai rata-rata IMT pada Coefisien Interval 95 mahasiswi adalah 20,60- 22,41 kgm
2
dengan variasi nilai IMT sebesar 4,25. Sedangkan sebaran nilai IMT terendah adalah 15.37 kgm
2
dan tertinggi adalah 39.26 kgm
2
. Gambaran kategori IMT mahasiswi yang diteliti berdasarkan standar
Depkes RI 2004 diketahui sebanyak 16 mahasiswi tergolong kurus, 66 mahasiswi tergolong normal dan 18,1 kegemukan.
b. Persen Lemak Tubuh
Status gizi mahasiswi pada penelitian ini diukur dengan menggunakan indikator persen lemak tubuh. Hasil uji statistik univariat untuk nilai status gizi
mahasiswi dapat dilihat pada tabel 5.3 berikut ini:
Tabel 5.3
Distribusi Persen Lemak Tubuh pada Mahasiswi Kesehatan Masyarakat Tahun 2013
Variabel Mean 95 CI
SD Min-Max
Persen Lemak Tubuh
22,70-25,34 6,71
9,20-42
Sumber : Data Primer, 2013
Tabel 5.3 menunjukkan bahwa nilai rata-rata persen lemak tubuh pada Coefisien Interval 95 penelitian ini adalah 22,70-25,34 dengan variasi nilai
persen lemak tubuh sebesar 17,03. Sedangkan sebaran persen lemak tubuh terendah yaitu sebesar 9,20 dan tertinggi sebesar 42,00.
Gambaran kategori persen lemak tubuh mahasiswi berdasarkan Depdiknas Pengembangan Olahraga 2002 diketahui persentase lemak tubuh
mahasiswi sebesar 70,2 berada pada keadaan normal dan 29,8 berada pada keadaan lebih.
2. Distribusi Aktivitas Fisik pada Mahasiswi Program Studi Kesehatan
Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013.
Data aktivitas fisik digambarkan dengan nilai aktivitas fisik berdasarkan perhitungan total skor IPAQ dan disajikan dalam bentuk metabolic equivalen
METs. Distribusi nilai aktivitas fisik dipaparkan dalam tabel 5.4 berikut :
Tabel 5.4 Distribusi Nilai Aktivits Fisik pada Mahasiswi Kesehatan Masyarakat 2013
Variabel Mean 95 CI
SD Min-Max
Aktivitas Fisik
1892,32-3296,27 METs 3685,92 17-22344 METs
Sumber : Data Primer, 2013
Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata aktivitas fisik mahasiswi dari hasil total nilai METs pada Coefisien Interval 95 adalah
sebesar 1892,32-3296,27 METs dan variasi nilai aktivitas fisik sebesar 3685,92.
Distribusi nilai aktivitas fisik berada pada kategori nilai 600-3000 METs, artinya sebagian besar mahasiswi memiliki aktivitas fisik sedang dengan variasi data
3685,923 METs. Sedangkan sebaran total nilai aktivitas fisik terendah adalah 17 METs dan nilai tertinggi adalah 22344 METs.
Gambaran kategori aktivitas fisik mahasiswi berdasarkan klasifikasi IPAQ 2005 diketahui 28,7 memiliki aktivitas fisik rendah, 50 memiliki
aktivitas fisik sedang, dan 21,3 memiliki aktivitas fisik tinggi.
3. Distibusi Status Gizi berdasarkan Asupan Gizi pada Mahasiswi Program
Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013.
Asupan gizi yang diteliti meliputi zat gizi makro dan mikro yang terdiri dari energi, protein, vitamin A, vitamin B
1
, Fe dan Zn. Adapun distribusi asupan gizi dipaparkan di bawah ini.
a. Asupan Energi
Data tentang gambaran asupan energi mahasiswi diperoleh dari hasil wawancara kuesioner food recall 2x24 jam. Hasil univariat gambaran asupan
gizi energi responden dapat dilihat pada tabel 5.5 berikut ini:
Tabel 5.5 Distribusi Asupan Energi pada Mahasiswi Kesehatan Masyarakat 2013
Variabel Mean 95 CI
SD Min-Max
Asupan Energi
1478,8-1655,42 kkal 430,1
516,9-3009 kkal
Sumber : Data Primer, 2013
Tabel 5.5 menunjukkan bahwanilai rata-rata asupan energi pada Coefisien Interval 95 dalam satu hari adalah sebesar 1478,8-1655,42 kkal
dengan variasi jumlah asupan energi sebesar 430,10. Sedangkan sebaran asupan energi terendah sebesar 516,90 kkal dan tertinggi sebesar 3009 kkal.
Gambaran kategori asupan energi mahasiswi berdasarkan Departemen Kesehatan 2004 yang memiliki asupan energi kurang sebesar
54,3 dan asupan energi cukup sebesar 45,7.
b. Asupan Protein
Data tentang gambaran asupan protein mahasiswi diperoleh dari hasil wawancara kuesioner food recall 2x 24 jam. Hasil univariat gambaran asupan
protein mahasiswi dapat dilihat pada tabel 5.6 berikut ini:
Tabel 5.6 Distribusi Asupan Protein pada Mahasiswi Kesehatan Masyarakat 2013
Variabel Mean 95 CI
SD Min-Max
Asupan Protein 51,14-58,69 gram
6,71 17,45-119,86 gram
Sumber: Data Primer 2013
Tabel 5.6 menunjukkan bahwa nilai rata-rata pada Coefisien Interval 95 adalah 51,14-58,69 gram dan variasi jumlah asupan protein sebesar
17,63. Sedangkan sebaran asupan protein terendah berkisar antara 17,45 gram dan tertinggi 119,85 gram.
Gambaran kategori asupan protein mahasiswi berdasarkan Departemen Kesehatan 2004 yang memiliki asupan protein kurang sebesar
18,1 dan asupan protein cukup sebesar 81,9.
c. Asupan vitamin A
Data tentang gambaran asupan vitamin A mahasiswi diperoleh dari hasil wawancara kuesioner food recall 2x24 jam. Hasil univariat gambaran asupan
vitamin A responden dapat dilihat pada tabel 5.7 berikut ini:
Tabel 5.7 Distribusi Asupan Vitamin A pada Mahasiswi Kesehatan Masyarakat
2013 Variabel
Mean 95 CI SD
Min-Max Asupan Vitamin A
663,65-1015,03 µg 6,71
72,70-5999 µg
Sumber : Data Primer, 2013
Tabel 5.7 menunjukkan bahwa nilai rata-rata asupan vitamin A pada Coefisien Interval 95 adalah 663,65-1015,03 µg dan variasi jumlah asupan
vitamin A sebesar 904,88. Sedangkan sebaran asupan vitamin A terendah sebesar 72,70 µg dan tertinggi sebesar 5999 µg. Gambaran kategori asupan
vitamin A mahasiswi berdasarkan Departemen Kesehatan 2004 yang memiliki asupan vitamin A kurang sebesar 93,6 dan asupan vitamin A
cukup sebesar 6,4.
d. Asupan Vitamin B
1
Data tentang gambaran asupan vitamin B
1
mahasiswi diperoleh dari hasil wawancara kuesioner food recall 2x24 jam. Hasil univariat gambaran asupan
vitamin B
1
responden dapat dilihat pada tabel 5.8 berikut ini: Tabel 5.8
Distribusi Asupan Vitamin B
1
pada Mahasiswi Kesehatan Masyarakat 2013
Variabel Mean 95 CI
SD Min-Max
Asupan Vitamin B
1
0,45-0,53 mg 0,187
0,20-1,25 mg
Sumber : Data Primer, 2013
Tabel 5.8 menunjukkan bahwa nilai rata-rata asupan vitamin B
1
mahasiswi pada Coefisien Interval 95 adalah 0,45-0,53 mg dengan variasi jumlah
asupan vitamin B
1
sebesar 0,187. Sedangkan sebaran asupan vitamin B
1
terendah sebesar 0,20 mg dan tertinggi sebesar 1,25 mg. Gambaran kategori asupan vitamin B
1
mahasiswi berdasarkan Departemen Kesehatan 2004 yang memiliki asupan vitamin B
1
kurang sebesar 94,7 dan asupan vitamin B
1
cukup sebesar 5,3.
e. Asupan Fe
Data tentang gambaran asupan Fe responden diperoleh dari hasil wawancara kuesioner food recall 2x 24 jam. Hasil univariat gambaran
asupan Fe mahasiswi dapat dilihat pada tabel 5.9 berikut ini:
Tabel 5.9 Distribusi Asupan Vitamin Fe pada Mahasiswi Kesehatan Masyarakat
2013 Variabel
Mean 95 CI SD
Min-Max Asupan Vitamin Fe
6,74-8,66 mg 4,695
0,90-30,60 mg
Sumber : Data Primer, 2013
Berdasarkan hasil analisis, dapat diketahui asupan Fe mahasiswi. Nilai rata-rata asupan Fe pada Coefisien Interval 95 adalah 6,74-8,66 mg dengan
variasi jumlah asupan Fe sebesar 4,695. Sedangkan sebaran asupan Fe terendah adalah 0,90 mg dan tertinggi adalah 30,60 mg.
Gambaran kategori asupan Fe mahasiswi berdasarkan Departemen Kesehatan 2004 yang memiliki asupan Fe kurang sebesar 96,8 dan asupan
Fe cukup sebesar 3,2.
f. Asupan Zn
Data tentang gambaran asupan Zn mahasiswi diperoleh dari hasil wawancara kuesioner food recall 2x 24 jam. Hasil univariat gambaran asupan
Zn mahasiswi dapat dilihat pada tabel 5.10 berikut ini:
Tabel 5.10 Distribusi Asupan Zn pada Mahasiswi Kesehatan Masyarakat 2013
Variabel Mean 95 CI
SD Min-Max
Asupan Vitamin Zn
5,94-6,88 mg 2,304
1,95-14,60 mg
Sumber : Data Primer, 2013
Berdasarkan hasil analisis, dapat diketahui asupan Zn responden. Nilai rata-rata asupan Zn pada Coefisien Interval 95 adalah 5,94-6,88 mg
dengan variasi jumlah asupan Zn sebesar 2,304. Sedangkan sebaran asupan Zn terendah adalah 1,95 mg dan tertinggi adalah 14,60 mg.
Gambaran kategori asupan Zn mahasiswi berdasarkan Departemen Kesehatan 2004 yang memiliki asupan Zn kurang sebesar 92,6 dan asupan
Zn cukup sebesar 7,4.
B. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel yaitu variabel dependen dan variabel independen. Dalam penelitian ini yang menjadi
variabel dependen yaitu kebugaran, sementara variabel independen yaitu IMT, persen lemak tubuh, aktivitas fisik, dan asupan gizi energi, protein, vitamin A, vitamin B
1
,
Fe dan Zn yang dianalisis menggunakan uji korelasi dengan jenis data secara
keseluruhan adalah numerik dan numerik.
1. Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Kebugaran pada Mahasiswi
Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013
Adapun hubungan antara IMT dengan kebugaran yang diukur menggunakan denyut nadi sesaat setelah 5 detik setelah tes kebugaran dapat
dilihat pada tabel 5.11 berikut ini: Tabel 5.11
Analisis Hubungan IMT dengan Kebugaran pada Mahasiswi Kesehatan Masyarakat Tahun 2013
Variabel Jumlah n
Korelasi r P-value
IMT
94 0,251
0,015
Sumber: Data Primer 2013
Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara IMT dengan kebugaran sesaat setelah tes kebugaran dengan
nilai Pvalue sebesar 0,015 P ≤0,05. Nilai koefisien korelasi r = 0,251
menunjukkan pola hubungan antar variabel yang positif dengan pola hubungan yang lemah, menunjukkan dengan semakin bertambahnya nilai IMT maka akan
semakin bertambah denyut nadi setelah tes kebugaran yang berarti tingkat kebugarannya semakin berkurang.
2. Hubungan Persen Lemak Tubuh dengan Kebugaran pada Mahasiswi
Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013
Adapun hubungan persen lemak tubuh dengan kebugaran yang diukur menggunakan denyut nadi sesaat setelah 5 detik setelah tes kebugaran dapat
dilihat pada tabel 5.12 berikut ini:
Tabel 5.12 Analisis Hubungan Persen Lemak Tubuh dengan Kebugaran pada
Mahasiswi Kesehatan Masyarakat Tahun 2013 Variabel
Jumlah n Korelasi r
P-value Persen Lemak Tubuh
94 0,114
0,275
Sumber: Data Primer 2013
Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara persen lemak tubuh dengan Kebugaran sesaat setelah tes
kebugaran dengan nilai Pvalue sebesar 0,275 P 0,05. Nilai koefisen korelasi r = 0,114 menunjukkan pola hubungan antar variabel yang positif dengan pola
hubungan yang sedang, yang berarti semakin bertambahnya nilai persen lemak tubuh maka akan semakin bertambah denyut nadi setelah tes kebugaran yang
berarti tingkat kebugarannya semakin berkurang.
3. Hubungan Aktifitas Fisik dengan Kebugaran pada Mahasiswi Program
Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013
Adapun hubungan aktivitas fisik dengan kebugaran yang diukur menggunakan denyut nadi sesaat setelah 5 detik setelah tes kebugaran dapat
dilihat pada tabel 5.13 berikut ini:
Tabel 5.13 Analisis Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kebugaran pada Mahasiswi
Kesehatan Masyarakat Tahun 2013 Variabel
Jumlah n Korelasi r
P-value Aktivitas Fisik
94 0,018
0,862
Sumber: Data Primer 2013
Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan anatar aktivitas fisik dengan Kebugaran sesaat setelah tes
kebugaran dengan nilai Pvalue sebesar 0,862 P 0,05. Nilai koefisien korelasi r = 0,018 menunjukkan pola hubungan antar variabel yang positif dengan pola
hubungan yang lemah hampir tidak terdapat hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan kebugaran pada mahasiswi Program Studi Kesehatan
Masyarakat.
4. Hubungan Asupan Energi dengan Kebugaran pada Mahasiswi Program
Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013
Adapun hubungan asupan energi dengan kebugaran yang diukur menggunakan denyut nadi sesaat setelah 5 detik setelah tes kebugaran dapat
dilihat pada tabel 5.14 berikut ini :
Tabel 5. 14 Analisis Hubungan Asupan Energi dengan Kebugaran pada Mahasiswi
Kesehatan Masyarakat Tahun 2013 Variabel
Jumlah n Korelasi r
P-value Asupan Energi
94 -0,128
0,220
Sumber: Data Primer 2013
Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dengan Kebugaran sesaat setelah tes
kebugaran dengan nilai Pvalue sebesar 0,220 P 0,05. Nilai koefisien korelasi
r = -0,128 menunjukkan pola hubungan antar variabel yang negatif dengan pola hubungan yang lemah, yang berarti semakin bertambahnya nilai asupan energi
maka akan semakin berkurangnya denyut nadi setelah tes kebugaran yang berarti tingkat kebugarannya semakin bertambah.
5. Hubungan Asupan Protein dengan Kebugaran pada Mahasiswi Program
Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013
Adapun hubungan asupan protein dengan kebugaran yang diukur
menggunakan denyut nadi sesaat setelah 5 detik setelah tes kebugaran dapat dilihat pada tabel 5.15 berikut ini:
Tabel 5.15 Analisis Hubungan Asupan Protein dengan Kebugaran pada Mahasiswi
Kesehatan Masyarakat Tahun 2013 Variabel
Jumlah n Korelasi r
P-value Asupan Protein
94 -0,209
0,043
Sumber: Data Primer 2013
Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan anatar asupan protein dengan Kebugaran sesaat setelah tes kebugaran
dengan nilai Pvalue sebesar 0,043 P ≤0,05.Nilai koefisien korelasi r = -0,209
menunjukkan pola hubungan antar variabel yang negatif dengan pola hubungan yang lemah, yang berarti semakin bertambahnya nilai asupan protein maka akan
semakin berkurangnya denyut nadi setelah tes kebugaran yang berarti tingkat kebugarannya semakin bertambah.
6. Hubungan Asupan Vitamin A dengan Kebugaran pada Mahasiswi Program
Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013
Adapun hubungan asupan vitamin A dengan kebugaran yang diukur
menggunakan denyut nadi sesaat setelah 5 detik setelah tes kebugaran dapat dilihat pada tabel 5.16 berikut ini:
Tabel 5.16 Analisis Hubungan Asupan Vitamin A dengan Kebugaran pada
Mahasiswi Kesehatan Masyarakat Tahun 2013 Variabel
Jumlah n Korelasi r
P-value Asupan Vitamin A
94 -0,079
0,451
Sumber : Data Primer, 2013
Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara asupan vitamin A dengan kebugaran sesaat setelah tes
kebugaran dengan nilai Pvalue sebesar 0,451 P 0,05.Nilai koefisien korelasi r = -0,079 menunjukkan pola hubungan antar variabel yang negatif dengan pola
hubungan yang sangat lemah, yang berarti semakin bertambahnya nilai asupan vitamin A maka akan semakin berkurangnya denyut nadi setelah tes kebugaran
yang berarti tingkat kebugarannya semakin bertambah.
7. Hubungan Asupan Vitamin B
1
dengan Kebugaran pada Mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun 2013
Adapun hubungan vitamin B
1
dengan kebugaran yang diukur berdasarkan denyut nadi sesaat setelah 5 detik setelah tes kebugaran dapat dilihat pada tabel
5.17 berikut ini:
Tabel 5.17 Analisis Hubungan vitamin B
1
dengan Kebugaran pada Mahasiswi Kesehatan Masyarakat Tahun 2013
Variabel Jumlah n
Korelasi r P-value
Asupan Vitamin B
1
94 -0,099
0,341
Sumber: Data Primer 2013
Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan anatar asupan vitamin B
1
dengan kebugaran sesaat setelah tes kebugaran dengan nilai Pvalue sebesar 0,341 P 0,05. Nilai koefisien korelasi
r = -0,099 menunjukkan pola hubungan antar variabel yang negatif dengan pola hubungan yang lemah, yang berarti semakin bertambahnya nilai asupan vitamin
B
1
maka akan semakin berkurangnya denyut nadi setelah tes kebugaran yang berarti tingkat kebugarannya semakin bertambah.
8. Hubungan Asupan Fe dengan Kebugaran pada Mahasiswi Program Studi
Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013
Adapun hubungan Asupan Fe dengan kebugaran yang diukur berdasarkan
denyut nadi sesaat setelah 5 detik setelah tes kebugaran dapat dilihat pad atabel 5.18 berikut ini:
Tabel 5.18 Analisis Hubungan Asupan Fe dengan Kebugaran pada Mahasiswi
Kesehatan Masyarakat Tahun 2013 Variabel
Jumlah n Korelasi r
P-value Asupan Fe
94 -0,089
0,392
Sumber: Data Primer 2013
Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan anatar asupan Fe dengan Kebugaran sesaat setelah tes kebugaran
dengan nilai Pvalue sebesar 0,392 P 0,05. Nilai koefisien korelasi r = -0,089
menunjukkan pola hubungan antar variabel yang negatif dengan pola hubungan yang sangat lemah, yang berarti semakin bertambahnya nilai asupan vitamin Fe
maka akan semakin berkurangnya denyut nadi setelah tes kebugaran yang berarti tingkat kebugarannya semakin bertambah.
9. Hubungan Asupan Zn dengan Kebugaran pada Mahasiswi Program Studi
Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013
Adapun hubungan asupan Zn dengan kebugaran yang diukur
menggunakan denyut nadi sesaat setelah 5 detik setelah tes kebugaran dapat dilihat pada tabel 5.19 berikut ini:
Tabel 5.19 Analisis Hubungan Asupan Zn dengan Kebugaran pada Mahasiswi
Kesehatan Masyarakat Tahun 2013 Variabel
Jumlah n Korelasi r
P-value Asupan Zn
94 -0,182
0,078
Sumber: Data Primer 2013
Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara asupan Zn dengan kebugaran sesaat setelah tes kebugaran
dengan nilai Pvalue sebesar 0,078 P 0,05. Nilai koefisien korelasi r = -0,182 menunjukkan pola hubungan antar variabel yang negatif dengan pola hubungan
yang lemah, yang berarti semakin bertambahnya nilai asupan Zn maka akan semakin berkurangnya denyut nadi setelah tes kebugaran yang berarti tingkat
kebugarannya semakin bertambah.
86
BAB VI PEMBAHASAN
A. Kebugaran Pada Mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2013
Kebugaran pada mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat diukur dengan menggunakan metode tidak langsung melalui denyut nadi setelah melakukan tes
kebugaran step test YMCA 3 menit. Pengukuran kebugaran tersebut menghasilkan nilai rata-rata kebugaran pada Coefisien Interval 95 adalah diantara 112,45-119,38
kalimenit. Standar denyut nadi untuk kebugaran menurut Nieman 2007 bagi perempuan adalah baik jika denyut nadi 113 kalimenit. Sehingga dapat diketahui
bahwa mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat pada penelitian ini kebugaranya kurang baik. Hal ini disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi
kebugaran diantaranya adalah Indeks Massa Tubuh dimana jika terjadi peningkatan akan berdampak terhadap penurunan kebugaran dan asupan protein yang kurang akan
menurunkan kebugaran seseorang. Kemudian dibandingkan dengan beberapa penelitian lain terkait kebugaran, kebugaran mahasiswi Program Studi Kesehatan
Masyarakat lebih rendah dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan di Nevada, Amerika Serikat pada 60 responden sehat dengan rentang usia 18-55 tahun yang
menunjukkan rata-rata denyut nadi setelah 5 detik tes kebugaran sebesar 107 kalimenit berada diatas rata-rata nilai kebugaran dengan metode yang sama yaitu
step test YMCA 3 menit Santo dan Golding, 2003.
Jika kebugaran tersebut diklasifikasikan berdasarkan norma tes kebugaran menurut standar tes bangku 3 menit YMCA Nieman 2007 diketahui persentase
mahasiswi yang bugar sebesar 38,3 dan tidak bugar sebesar 61,7. Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan di Karnatakan, India pada
kelompok dewasa muda dengan menggunakan metode ergometer step test yang diketahui sebanyak 63,3 responden tergolong tidak bugar Halaskar, et.al, 2005.
Dan juga selaras dengan penelitian pada mahasiswi gizi Universitas Indonesia yang diketahui sebanyak 86,7 mahasiswi tidak bugar Indrawagita, 2009. Dari
beberapa penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa dengan metode yang selaras yaitu step test diketahui bahwa rata-rata responden memiliki kebugaran yang
rendah. Ditinjau dari sisi metode, pengukuran kebugaran dengan tes bangku 3 menit
YMCA adalah metode tes bangku yang tergolong baru dengan waktu paling singkat serta perhitungan yang mudah satu kali dan tanpa rumus Nieman, 2007. Hal ini
akan mengurangi resiko kesalahan perhitungan denyut nadi sehingga hasilnya dapat dikatakan akurat.
B. Gambaran serta Hubungan antara Status Gizi berdasarkan Indeks Massa